Sunday, December 19, 2010

Dear my blog..
kali ini rasa sepi ku datang lagi. Berharap dia bisa mengisi kekosonganku. Tapi entah karena aku ga bisa menyampaikan atau gimana, yang ada terjadilah adu mulut lagi.

Aku kesal, benci dengan perasaan sendiri ini. Apa yang harus aku lakuin ?
Aku berharap kepadanya. Tapi sedikitpun dia ga mau ngerti dengan perasaan ini.
Aku ga punya teman disini. Aku terbiasa semua bersamanya
Tapi tentu saja kita semua punya hidup masing-masing.. mungkin dia lelah denganku..
Ah.. ku ingin berakhir..
Aku sungguh ingin melepaskan diri dari nya
Aku mulai merasakan sakit atas pengharapan

Thursday, November 25, 2010

dalam dekapan malam sendu..
dalam desiran angin yang membuat semua makin kelabu..
dalam bisikan yang menggelitik hati untuk semakin meragu..
dalam getaran yang diciptakan emosi untuk menenggelamkan sisi baikku..
dalam irama yang menenangkan batinku..
dalam panjatan syukur yang terlupakan olehku..
dalam penyesalan yang terbunuh oleh waktu..
dalam air mata yang tumpah dan membanjiri pipiku..
dalam desah napas yang berlomba-lomba mengisi hari-hariku
dalam tawa yang kian lama memojokkanku..
dalam cerita yang membuat aku bodoh selalu..

ah.. aku muak dengan alur hidupku
aku ingin mengganti sutradaraku
aku ingin burung selalu menyanyi dalam setiap langkahku
hapuskan gunda ku..

ah.. aku tak sendiri
tapi kenapa selalu merasa sepi..
merasa sulit tuk berbagi..
merasa dunia telah berganti hati..

s***
kata-kataku mulai menusuk jantung lagi
emosiku mulai tinggi dan menciptakan ombak sendiri

s***

Thursday, July 15, 2010

like this

 
\\\///
             /         \
             | \\   // |
           ( | (.) (.) |)
----------o00o--(_)--o00o-------------------
Stand up,be bold,be strong.
Take the whole responsibility on
ur own shoulders and know that
U are the creator of ur own destiny.
------ooo0-------------------------------------
   (   )     0ooo
    \ (      (   )
     \_)      ) /
             (_/
 

Friday, July 2, 2010

aku bukan..

aku memang bukan seorang putri raja yang punya mahkota.. hidup mewah.. anggun dan mempesona serta bisa membawa diri dimana ia berada
aku juga bukan lah seorang briliant,, yang bisa ciptakan pikiran indah dan mampu selesaikan semua dengan sempurna
aku bukan seorang cinderella yang miskin karena dirampas hartanya dan ga bahagia karena disiksa ibu dan saudara tirinya
aku bukan juga seorang putri salju yang tertidur lama lalu terbangun dan menemukan cinta sejatinya
aku bukan penuntut yang meminta segalanya

aku.. hanya ingin semua sihir itu aku kuasai
agar senyum ini bisa kubagi untuk semua orang yang ku kasihi

Wednesday, June 30, 2010

ga suka kamu..

ga suka kamu..
ngerti ga si..
selalu aj telat..ga konsisten n pelupa
ga suka kamu..
tau ga..
srg bgt bikin naek darah
emosi tingkat lima
n g bs bkn batin ngrasa'n segerny musim buah
msh jg ga suka kamu
km pgn ny ak slalu ad smntara ak mngemispun tak kau pedulikn jg
ga suka kamu
kerjamu marah2 selalu
seenakny begini begitu
tnpa tw ap rasaku
ga suka km..
tp ak jg g bs boong'n hatiku
walo ga suka km..
ak tetep sayang km..

aku..yang kuat..

ak bkn g sanggup terbang tnggi mjangkau bintang
ak hny bth sayap yg dpt mlambungkanku terbang
ak bkn g snggp rengkuh sayap in u'putari dunia
tp aku br belajar terbang n msh mcari arah yg gkan mnyesatkn langkah
ak bkn g snggp ttawa
tp ttalu bny ttawa bs mbwt ku mlupakan arah
ak bkn mcari2 alasn dg kt tapi
ak hnya b'usaha mnyembunyikan lemahku d mata mereka
lalu..ap ak jd tlihat kuat?
dg caraku..ak cm ingin mrasa kuat walau tak tlihat kuat

yaa..KARENA AKU GA SAMA..Tegaslah untuk melakukan sesuatu yg baru

tegaslah untuk melakukan hal baru..
hm..sekilas aku baca di status facebook seorang tmn.
qt bisa merangkai mimpi sedemikian indahny.berdoa dan berusaha selayakny org yang menginginkan sesuatu.tp terkadang,di tengah jalan keraguan bahkan ketakutan datang.perlahan qt usir mimpi itu,lalu datangkan mimpi baru yg qt gubah agar terlihat lebih indah n menggoda
tidakkah ak jd ga ada bedanya dengan kalian yang begitu?sedang mimpiku g sekedar mimpi.ak ingin terbangun saat aku mendapatkannya.yaa krn ..AKU GA SAMA..

Wednesday, June 23, 2010

Terdengar suara isak dari dalam kamar. Diiringin hujan yang kian deras dan mendung yang makin pekat. Suara-suara lain pun berlomba memasuki telingaku. Seperti suara kodok bernyanyi senang saat hujan datang ataukah ... ???

Ah.. tak bisakah suara itu berhenti sebentar ?
Tak bisakah melodi yang kumainkan ini terdengar indah dan sisakan senyuman ?
Kenapa harus ada pertemgkaran ini lagi ?
Hatiku mencoba untuk terbiasa dengan keadaan tapi ternyata aku ga sanggup juga.

Tangisan lagi.. Suara-suara itu lagi. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan dalam keadaan kaya gini ?

Aku hidup dalam keluarga berantakan seperti ini. Dimana kemarahan dan emosi yang selalu berbicara. Kemanjaan dan kemewahan yang membutakan. Dan nasehat yang membuat telinga tuli untuk mendengarkan. Tiada rasa persaudaraan bahkan kekeluargaan.

Cinta ? Kasih sayang ?
Semua selalu dikalahkan dengan harta dan kemewahan.
Manusia hanya dijadikan sebagai mesin pencari uang.

Tuesday, June 22, 2010

Hehe

Kam, 3 Juni, 2010 17:06:21

Andai kau jadi bunga
Aku pasti jadi kumbangnya
Andai kau putri raja
Aku pasti sang pangeran
Walau takkan nyata
Ku ingin kau mengerti

Andai kau pantai yang indah
Kan kubelai dengan ombakku
Andai kau sebuah pelangi
Aku akan jadi langitmu

Untuk 1000 puisi
Takkan cukup
Ungkapkan rasa cintaku dan rindu
Takkan cukup ungkapkan sayangku padamu
Walau sederhana,
kurangkai kata-kata untukmu
Walau apa adanya,
kucipta puisi untukmu

From MY Beloved Prince..

Kam, 17 Juni, 2010 21:29:30

kesabaran adalah kunci
yang menjaga kita terus bertahan
penat yang datang sesekali
pasti slalu Ada Di Sepanjang Jalan

aku masih mampu untuk menemanimu
belum ada rasa ingin menyerah
dan aku masih mampu untuk melindungimu
belum ada terkikis oleh lelah

kau meragukanku saat ini
seperti kau meragukan perasaanmu padaku
percaya padaku sekali ini
aku masih pantas untuk kau tunggu

aku masih mampu untuk menemanimu
belum ada rasa ingin menyerah
dan aku masih mampu untuk melindungimu
belum ada terkikis oleh lelah

Aku Masih Mampu Untuk Mencintaimu
Dengan Semua Ketulusan Hatiku

BungaKU

Ku temukan wangi bunga untuknya.
Ku ingat warna dan namanya.
Kurangkai satu persatu sebagai hadiah di hari bahagianya.
Agar ia selalu melihat warna dalam hidupnya.

Ku nanti ia di tempat yang sama.
Kulihat senyumannya yang merekah.

Ku genggam tangannya agar ia tak tersesat dalam emosinya.
Mencoba mendengar keluh kesahnya walau kadang aku tak sabar tuk berbagi juga dengannya.

Ku rengkuh jemarinya saat kelabu penuhi jiwanya.
Ku coba mengarang cerita saat ku tak bisa hadapi emosinya.

Tapi.. amarah selalu yang meraja lela.
Terkadang rasa cinta juga terlupa.
Terkadang semua seakan tak bisa padam dan dijalani dengan terpaksa.

My Prince..
Bawakan aku segelas air untuk hilangkan dahagaku.
Aku tak butuh yang lain.. hanya dirimu..

My Prince..
Perasaan bisa aja ga sama.
Tapi ada 1 yang menyamakan kita.
Lalu kenapa selalu amarah yang ada ?

Ambil bunga ini.
Hiasi kelabumu dengan warna dan wangi dari bunga ini.
Bunga bisa mati, sayang..
Siramilah dia dengan air yang menenangkan..
Dan bagilah wanginya pada semuanya..
Tunjukkan warna yang paling indah untukku.
Lalu berikan 1 wangi yang ga pernah mati padaku.

Tuntutan dan Cinta

"Mbak, uang kuliah aku harus di bayar akhir bulan ini."
"Mbak, handphone aku rusak."
"Mbak, aku butuh printer ama internet."
"Ta, uang buat belanja udah ga ada."
"Ta, temen aku punya gadget baru."

Klik.
Akhirnya telepon selesai sudah.

Namaku Reta. Aku baru saja lulus SMA 1 tahun yang lalu. Sekarang aku kerja di Bogor. Awalnya aku hanya bermaksud untuk mengunjungi temanku yang kuliah di kota hujan ini. Tapi ga aku sangka, aku bisa juga mendapatkan pekerjaan disini.

Ayahku adalah seorang pengusaha kaya yang bangkrut. Dan kini, kami semua hanya bisa mengenangnya. Aku kini merantau demi menggantikan posisi Ayahku.

Adikku Meta, masih kuliah. Aku berharap suatu saat nanti ia bisa berdiri sendiri. Kakakku Deka, lebih tua 10 tahun dariku. Seharusnya di usia segitu dia sudah mapan dan mempunyai keluarga sendiri. Tapi, mungkin karena kebiasaan di manja oleh Ayah, dia tidak mau berusaha mencari pekerjaan.

Sungguh.. kalau aku ingat gimana latar belakang keluarga ku dulu, hatiku terasa teriris. Aku seakan tak bisa melakukan apa-apa untuk mengingatkan keluargaku. Keluargaku juga seakan ga mau ngerti keadaan sekarang. Aku ngerasa selalu dituntut ini itu. Selalu disindir untuk bisa memenuhi manjanya kebutuhan duniawi mereka.

Aku iri.. Tuhan..
Melihat dia dia dan dia bisa hidup bahagia sejak dia mebgenal dunia.
Aku bosan.. Tuhan..
Kenapa hanya aku yang merasa kayak gini?

Ibuku sangat aku cintai.
Apapun yang bisa buat dia tersenyum, akan aku lakukan.
Tapi.. saat ini..
Saat ini aku ga bisa memenuhin permintaannya.
Aku kecewa dengan diriku.
Tapi aku juga kecewa dengan semuanya.
Kenapa aku seakan ga diterima di keluarga kalau aku ga punya duit ?

Kakakku..
Kenapa ga bisa bersikap selayaknya kakak bagiku ?
Kenapa hanya bisa minta dan minta uang saja ?
Ga pernahkah ia tau, aku rindukan sosoknya.

Ku telusuri jalan setapak ini sendirian.
Tiada penopang ataupun arahan kemana aku harus berpijak.
Semua seakan menolak diriku yang tanpa uang.

"Brum.. Brum.."
Sebuah sepeda motor melintas di depan mataku. Sudah sejak lama aku menginginkan itu. Tapi kali ini, keinginan itu beda. Aku udah ngerasa ga ada yang peduli dengan diriku. Semua hanya peduli dengan uangku.

Aku ga kaya.
Aku ga punya tahtah.
Tapi mereka memaksaku untuk mengejar itu semua walau hatiku ga bisa.

Aku ingin hilang ingatan untuk sementara.
Aku ingin lakukan apapun yang aku suka hari ini saja.
Bagiku esok sudah tiada.
Bagiku hujan kali ini adalah airmata terakhir yang pernah ada.

Ku sebrangin jalanan yang mulai sepi itu.
Ku langkahkan kaki ini.
Berharap akan ada kendaraan yang ga menyadari kalau aku menunggu mereka menghempaskan tubuh ini.

"TraaaKkkk... "
Aku terhempas ke aspal.
Hampir saja tubuhku hancur terlindas truk yang sudah didepan mataku.
Ini bukan pilihanku untuk mengakhiri hidupku.
Aku hanya ingin lakukan apa yang aku suka hari ini.

"Aku takut.."
Teriakanku masih bisa terdengar di telingaku.
Sesaat terbayang wajah keluargaku yang tersenyum.
Mereka tersenyum karena aku ga akan ada lagi.
Tidak.. mereka tersenyum karena aku masih ada.

"Ta.. Ta.."
"Kamu udah bangun, sayang ?"
"Auw.. sakit.."
Aku belum bisa banyak bergerak.

"Bu.. kenapa Ibu sama kakak ada disni ?"
"Reta kenapa bisa di perban dan ini di.."
Kalimat ku terpotong dengan pelukan erat dan tangisan Ibu.


"Kamu sudah 3 hari koma."
"Syukurlah..sekarang kamu udah sadar."
Ibu masih saja menangis dan menangis.

Ku lihat disana, ia berdiri dengan senyuman.
"Marko.." Panggilku.
"Yaa.. Reta..Kamu ditabrak mobil lalu saat terhempas dan hampir dilindas truk, aku langsung menarikmu."
"Aku bahkan ga nyangka itu kamu."

Subhanallah. Hatiku tersentuh ya ALLAH.
Tadinya aku berpikir ga ada yang sayang padaku.
Tadinya aku berpikir mereka semua hanya butuh uangku.
Tapi sekarang... Tuhan.. makasi telah tunjukkan kebenaran padaku.

Ku rengkuh ibu dan meminta maaf nya.
Aku berjanji yaa Tuhan.Ga akan lagi mikir yang ga ga.
Aku sayang mereka, Tuhan.
Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan agar aku bisa membalas cinta mereka.


To : My Family n' my Beloved Prince
Tued, 23 June 2010. 04:49 AM

Tuesday, June 15, 2010

HATI HATI DENGAN DOSA DOSA KITA KEPADA IBU KITA...

HATI HATI DENGAN DOSA DOSA KITA KEPADA IBU KITA...
By Kembang Anggrek Today at 12:28pm

Sahabat, mungkin tulisan ini sdh pernah sahabat baca, biar kita membaca berulang kali tetap saja menghadirkan rasa yang membuat bulu roma berdiri, merinding. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Pada akhir tahun 2003, sebelas malam istri saya tidak bisa tidur. Katanya, “Mas, mungkin saya kurang dibelai. Susah tidur.” Sudah saya belai-belai tapi tidak tidur-tidur juga. Akhirnya saya membawa istri saya ke Rumah Sakit Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi tidak ketahuan penyakitnya. Tidak ada hasil. Kemudian saya pindahkan istri saya ke Rumah sakit Azra, Bogor. Selama berada di Rumah sakit Azra, istri saya setiap malam minum 3 galon aqua.

Ya, 3 galon aqua. Karena badannya selalunya panas sehingga ia selalu kehausan; kehausan yang mencekik kerongkongan. Selama 3 bulan dirawat di Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.

Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke Rumah sakit Harapan Mereka di Jakarta. Ya, harapan mereka karena mahal, kalau harapan kita mah murah. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai 2,5 juta. Istri saya waktu itu langsung di rawat di ruang ICU.

Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu, penyakit istri belum bisa teridentifikasi, penyakit apa sebenarnya.

Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”

“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”

“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”

“Berapa harganya dok?”

“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”

“Satu hari berapa kali suntik dok?”

“Sehari 3 kali suntik.”

“Berarti sehari 36 juta dok?”

“Iya pak Jamil.”

“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”

“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kalau pak Jamil tahu, kami sudah mendatangkan perlengkapan dari Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”

“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”

“Pak jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.

“Iya dok.”

Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua rekaat. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,

“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”

Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak 125 rupiah.

Dulu, ketika kelas 6 SD, Spp saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu Spp bulanannya adalah 25 rupiah. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “Jamil, kapan mbayar spp ? Jamil, kapan mbayar spp ? Jamil, kapan mbayar spp ?” malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang 125 rupiah di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. 75 rupiah untuk membayar Spp dan 50 rupiah saya gunakan untuk jajan.

Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis.Setelah itu saya menelpon ibu saya,

“Assalamu’alaikum ma…”

“Wa’alaikumus salam mil….” Jawab ibu saya.

“Bagaimana kabarnya ma ?”

“Ibu baik-baik saja mil.”

“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak ma ?”

“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.

“Belum sembuh ma.”

“Yang sabar ya mil.”



Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”

“Yang mana mil ?”

“Kejadian ketika mama kehilangan uang 150 rupiah yang tersimpan di bawah bantal ?”



Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)



“Mil, sampai mama meninggal, mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),




“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama mil. Orang itu mencaci-maki mama mil. Orang itu menghina mama mil, padahal di situ banyak orang. rasanya mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT. SAKIT. SAKIT rasanya.”

Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”

“Tidak tahu mil…mama tidak tahu.”

Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,

“Ma, yang mengambil uang itu saya ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan mama. Ma, tolong maafkan jamil ma…., jamil berjanji nanti kalau bertemu sama mama, jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya ma, maafkan saya….”

Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,

“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”

“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”

“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu mil.”

“Ma, tolong maafkan saya ma. Maafkan saya ma?”

“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”

“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya ma agar cepat sembuh.”

“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”

Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,

“Selamat pak jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”

“Apa dok?”

“Infeksi prankeas.”

Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”

Selesai memeluk, dokter itu berkata,

“Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankeas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”

Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya,

“Terima kasih ma…., terima kasih ma.”. Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf mil, mama yang seharusnya minta maaf.”

Pesan pak Jamil di akhir kisah,

“Kalau kita punya kesalahan sama mama kita, maka mintalah maaf kepadanya, dan jangan menunggu waktu lebaran.

Kenapa istri saya sakit tidak kunjung sembuh dan uang tabungan saya habis ? karena itu terkuras oleh energi negatif saya berupa mengambil uang. Uang itu memang tidak seberapa, 125 rupiah namun karena energi dicaci, direndahkan dan diremehkan di depan banyak orang terkumpul menjadi satu dan itu sangat membuat ibu saya tersiksa, dan mungkin mendoakan kejelekan kepada orang yang mengambil uangnya, maka hal itu sudah cukup menguras uang tabungan saya dan ujian berupa sakitnya istri yang tidak kunjung sembuh. Energi negatif berbuah negatif dan energi positif berbuah positif.”

Kisah di atas disampaikan oleh pak Jamil Zaini (Trainer Asia Tenggara), Kubik, Jakarta. Dalam acara buka bersama dengan tema, “Inspiring the Spirit of Life.” Dan bertempat di madrasah al-Azhar, Solo Baru, 20 Oktober 2006.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Berhati-hatilah kalian terhadap do’anya ke dua orang tua karena do’a mereka bisa menambah rizki dan memulihkan penyakit, atau mendatangkan malapetaka dan mengundang bencana.”
(Thobaqotus Syafi’iyyah Al-Kubro : 2/328-329 dan At-Tawwabin : 1/237-241).


Sahabat,.. Beruntung sekali yang sekarang ini Kedua orang tuanya masih ada, Coba ingat ingat lagi.., dosa dosa kita kepada mereka..., datangilah segera mereka, mohonlah maaf pada mereka, mohonlah ridho mereka atas semua kesalahan kita, dari kecil hingga sekarang ini, baik yang sengaja ataupun tidak, mohonlah ampun pada mereka agar mudah jalan kita di dunia dan akhirat kelak..

Semoga Bermanfaat dan menjadi bahan perenungan untuk kita semua...

16 Juni 2010



Love you All Cause of Allah

♥♥ ♥♥

(¯`v´¯)

`·.¸.·´

¸.·´... ¸.·´¨) ¸.·*¨)

(¸.·´ (¸.·´ .·´ ¸¸.·¨¯`·. ♥♥ Al faqir Ilmu Nadia Saleh Alatas ♥♥



disadur dari : http://m.facebook.com/notes/kembang-anggrek/hati-hati-dengan-dosa-dosa-kita-kepada-ibu-kita/10150213446225570?rb19e4c88&refid=9&r35538ac1&m_sess=1bjnPB-dIu4hy3g

Thursday, June 3, 2010

Lirik Lagu Tunjukkan Padaku Sheila On 7

Lirik Lagu Tunjukkan Padaku
Sheila On 7

Tenangkan resahku saat langkahku terasa berat
Teduhkan jiwaku saat matahari bersinar terlalu pijar
Karena dirimu satu-satunya yang kuandalkan
Saat diriku tak mampu berdiri di sini sendiri
Ceritakan sayang
Hari-hari yang t’lah kau lalui
Katakanlah sayang
Semua hal yang kau benci dari diriku

Cobalah… cobalah…
‘Tuk mengerti keadaan ini
Aku rapuh… saat kau tinggalkan

Reff:
Tunjukkan… padaku…
Kau s’lalu mencintaiku
Jadilah pelindung bagi sayapku
Aku berjanji… aku berjanji
Selalu menemani langkahmu
Dalam setiap helai nafasmu

Bangunkan tidurku bila kau terjaga lebih dulu
Dan bergegaslah sayang kita isi makna
Indahnya hari ini

Monday, May 10, 2010

Jangan Ngambek Sepanjangan

*************************************************

weee...repost dr temen ni..
tapi karena ceritanya bagus.. kaga apa-apa yaa ?
heee

*************************************************

Jangan ngambek berkepanjangan
=================================
Cerita yg Luar biasa, cerita yang
mungkin sering terjadi dilanjutkan dengan adanya EGO yang KUAT =
diantara keduanya.
Sehingga tidak terpikir jalan keluar

JANGAN "NGAMBEK" BERKEPANJANGAN
TERHADAP ORANG YANG DIKASIHI.

Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi
Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit =
oleh
Lian Shu Xiang )

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati =
ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya =
dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah =
satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia =
hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah =
kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam =
bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya
dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia =
mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film
India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku =
ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan =
dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia =
suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan =
diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh =
menikmati
saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias =
rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan =
berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga?
Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu,
rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati =
lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil
tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota ,
lambat laun ibu akan terbiasa juga."

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang =
sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa =
harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang =
belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia =

selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku =
sambil
berkata:"Putriku, kan
kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai
terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi =
menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak =
laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, =
wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. =
Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku =

sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan =
bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka =
membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; =
dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan =
bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan =
kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan =
cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya =
sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku =
sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil =
membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia =
tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia
melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan =
pring
itu
bisa membuatmu mati?"

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, =
suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus =
berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, =
setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, =
suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan =
dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat =
padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang
istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli =

makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami
berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih =
sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia =
berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan =
dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah
bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg
serba
canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada =
suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau =
keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana =
aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku =
melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan =
sinar
mata yg tajam, diluar sana
terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong =
tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan =
suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan
menjauhA6suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga =
meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku =
sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu =
merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku =
yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku
berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan
aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. =
Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek =

sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak =
bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu =

tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat =
ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan =
matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. =
Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. =
Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar =
sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam =
taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini =
berakibat
sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa =
tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis =
dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku =

menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata =
sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin =
tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. =

Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh =
lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara =
cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya =
membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan =
seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja
mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku =
terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek =
sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku.
Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur =
sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu =
nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. =
Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai =
tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika =
aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika........ ....dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan =
badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah =
tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa =
semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya =

walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat =
lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia =
pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah caf=C3=A9, melalui =
keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu =
harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera =
hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku =

dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak =
jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju =
kematian.

Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika =
tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa =
yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang =

sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas =
dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku =
tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan =
untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua =
berlalu
begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. =
Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, =
hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja =
bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku =
tidak
bersalah.

"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. =

Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas =
meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat
apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku =
berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda
tanganinya"" .Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku =
berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini =
terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak =
keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, =
aku
menanda tangani surat
itu dan menyodorkan kepadanya."" Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia
berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir =
keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu
sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami
saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke =
tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, =
semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil =
kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan
kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi
tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku =
lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah =
sebuah
akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu =
tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa =
bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak =
pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah =

pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda =
tangani
surat itu,
semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku =
segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam =
hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak =
perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan =

bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........ , itu adalah dulu, saat cintaku =
masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang =
mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli =
barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan =
untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak =
dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku =
tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari =
dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. =
Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. =
Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit =
dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke =
kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah =
sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus =
keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus =
kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa =
lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan =
penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan =
sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, =
dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil =

tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas =
memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. =
Aku
berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka
matanyaA6=E2=80=A6aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun =
untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan =
sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg =
lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak =
lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke =
kamar
nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, =
aku
masih berpikir dia sedang =
bersandiwaraA6A6Sebuah
surat yg sangat
panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi
dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah =
harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk =
kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu =
tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, =
ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan =
hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis
surat ini, ayah merasa telah menemanimu
hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia =

sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan =
adalah
orang yg paling ayah cintai"".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak
TK , SD ,
SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat
untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, =
maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau =
kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat
ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan =
hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku =
menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata:
"Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia =
merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia =

membuka matanya, tersenyum... ......... ..anak itu tetap dalam
dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan =
lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera =
di
tangan sambil berurai air mata........ ......... ...

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita =
semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata =
kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, =
ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati
diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan =
didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali =
semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum =
segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan =
sebelum
kita menyesalinya seumur hidup.
Diterjemahkan secara bebas oleh =
aku

Sunday, February 14, 2010

Cerpen

Catatan: Cerpen ini dimuat di Republika, Minggu (31/01/2010)


ARAJANG
Oleh Khrisna Pabichara

[Kepada M. Aan Mansyur & Puang Matowa Saidi’]


|1|
Sudahkah kau memeluk dirimu hari ini?[1]


TIDAK MUDAH menjadi lelaki. Begitu pun menjadi perempuan. Tapi lebih tidak mudah lagi menjadi calabai—lelaki yang menyerupai perempuan. Di kampung kelahiranku, Malakaji—sebuah kampung di kaki Gunung Lompobattang, lelaki hanya butuh mahir berkuda, beladiri, bertani, atau berdagang. Menjadi perempuan lebih gampang lagi. Yang penting bisa masak, mencuci, mengasuh suami dan anak. Tapi tidak begitu jika kamu calabai. Kamu akan digiring takdir ke negeri antara, merasakan pedihnya dicaci dan dilecehkan, dan berulang seolah sarapan pagi yang harus kamu santap setiap hari.

Begitulah nasib yang harus kuterima sebagai suratan. Lima tahun silam, dari tahun kugubah kisah ini, dengan kasar Ayah mengusirku dari rumah. Sungguh, sabda Ayah selalu tak terbantahkan. Ayah memang diktator ulung, suka mengambil keputusan semaunya. Ibu hanya terisak di tepi dipan kayu yang tak bertilam tak berseprai. Aku bergeming. Tidak dibenarkan membantah, meski sebatas membela diri. Aku tahu Ibu akan menahanku, tapi aku harus tetap pergi. Kalau tak salah, usiaku kala itu lima belas tahun. Masih terlalu muda untuk mengadu untung di rantau.

“Jangan kembali ke rumah ini sebelum kamu jadi lelaki,” begitu kata Ayah dengan muka merah dan mata nyaris meloncat dari pelupuknya.

Aku berjalan menuruni tangga. Tak menoleh barang sekilas. Padahal aku sangat ingin bersimpuh di kaki Ibu atau setidaknya berucap selamat tinggal. Atau, “Jaga diri baik-baik, Ammak[2].” Kamu tahu? Aku sangat ingin memeluk Ibu, seperti setiap pagi beliau rajin membangunkan aku dengan pertanyaan sama yang diulang setiap hari.

“Sudahkah kau memeluk dirimu hari ini?”

Tapi aku harus tetap pergi. Meski aku tak pernah berniat menjadi lelaki.



|2|
lenganmu memang terlalu pendek buat tubuhmu
tetapi tentu saja cukup panjang buat tubuhku[3]


BAIKLAH. Sebelum kutuntaskan kisah ini, akan kuceritakan padamu riwayat kelahiranku yang dulu kudengar bak renjana setiap hari. Konon, aku adalah bayi paling dinantikan oleh Ayah. Ya, kamu perlu tahu. Kebanggaan bagi setiap Ayah ketika berhasil memiliki anak lelaki. Dan tiga kakakku semuanya perempuan. Pantas kiranya jika kelahiranku disambut penuh sukacita. Satu ekor kuda, dua ekor kambing, dan berpuluh-puluh ayam dikorbankan. Hari itu Ayah menghamburkan tunai tiga juta demi sebuah pesta akikah.

Lalu, aku tumbuh menjadi bayi ajaib. Belum sembilan bulan aku sudah fasih bicara. Memasuki bulan kesepuluh aku mampu berdiri tanpa harus disangga lembut lengan Ibu. Inilah awal-mula mitos kemasyhuranku. Ayah selalu bangga, dengan mata berbinar acapkali bertutur tentang kelebihanku dibanding balita lain. Betapa tidak, di tahun keempat setelah kelahiranku, 1994, aku meramal bahwa Brasil akan keluar sebagai Juara Dunia FIFA World Cup 1994. Ayahku percaya. Alhasil, dia sukses memenangkan banyak taruhan. Dan, hadiah bagiku sebuah kecupan lembut di kening. Waktu itu, aku masih ingat, Ayah berkata dengan mata sarat cahaya, “Kamu memang lelaki paling hebat, Nak. Hidupmu bakal disesaki teka-teki, tapi kamu tak akan sendiri. Ayah akan selalu menemanimu.”

Aku selalu ingat peristiwa itu. Mengharukan. Membahagiakan.

Kamu juga harus tahu. Pada umur lima tahun aku sering bermimpi tentang sebuah rumah panggung dengan pesta tari, bau dupa, gemuruh gendang dan lengking puik-puik[4]. Juga rancak penari mengelilingi sebuah tempat—dulu aku belum tahu namanya—dan keris atau badik yang dihujamkan ke bagian tubuh paling rentan tikaman senjata. Sesekali aku bermimpi tentang lelaki asing berwajah perempuan. Aku benar-benar tak tahu apakah itu imaji kehidupan masa kini yang sedang kujalani, kehidupan sebelumnya, atau berhubungan dengan kehidupanku di masa datang. Kadang aku seolah berada di tengah sebuah ruang lapang dan semua orang serentak menyeretku ke masa kehidupan lain.

Kamu pasti merasa ganjil, tapi begitulah adanya. Ayah sangat bangga padaku. “Kamu anak ajaib. Ada banyak kekuatan mengeram di tubuhmu,” katanya setiap matahari terbit. Saat itu aku sudah bisa membaca pikiran orang. Aku juga sudah bisa meramalkan bahaya yang bisa mengintai orang yang ada di dekatku. Suatu ketika, aku sedang berada di pinggir jalan bersama Ibu. Kemudian aku dengar lirih suara menyuruhku segera menyeberang. Lalu, kutarik lengan Ibu menjauh. Tak lama berselang, sebuah pete-pete[5] menabrak rumah tempat tadi kami berdiri di depannya. Banyak lagi kejadian lain yang jika kuceritakan semua, kamu akan lelah mendengarnya.

Ketika umurku menjelang tiga belas, nasib mulai berubah. Aku tidak punya jakun seperti lumrahnya lelaki. Suaraku lebih mirip suara perempuan. Tak ada satu sisi pun pada diriku yang layak disebut gagah, apalagi lelaki. Sejak itu pula bencana bermula. Ayah mulai berubah. Tak ada lagi pelukan, tak ada lagi kecupan. Tidak juga dongeng menjelang tidur, atau tutur lembut yang meneduhkan hati.

Sungguh, itu kiamat bagiku!



|3|
tubuh memang ditakdirkan
awalnya jadi milik pelukan
lalu kemudian milik peluru[6]


TAHUKAH KAMU apa yang terjadi sesudah itu? Setelah menumpang truk sayur dari Malakaji ke Jeneponto, aku berjalan sepanjang sembilan puluh kilometer ke Makassar. Tiga hari tiga malam. Aku berjalan bak orang kesetanan dengan kaki telanjang. Tak pernah berhenti meski sekadar melemaskan kaki. Tak merasa lapar, tak merasa haus. Terus berjalan. Tak menoleh kanan-kiri. Tak menyapa sesiapa. Aku seolah sudah hafal arah jalan, padahal baru kali ini aku menapakinya. Anehnya, imaji itu terus bergelayut di benakku: Lelaki berdandan bak perempuan; musik dan tari saling berlaga; dan bau dupa. Sesekali terdengar cekikikan roh-roh. Tapi tak ada yang tampak. Semuanya lamur dan samar. Kemudian aku dengar nyanyian mendayu-dayu, seperti puja-puji yang entah ditujukan untuk siapa. Lututku gemetaran, langkahku terhuyung. Aku tetap berjalan menyemburkan bau kecut keringat dan amarah. Dan, ah, tiba-tiba aku ingat Ibu. Kamu pasti tahu bagaimana rasanya merindukan Ibu, kan?

Ibu, engkaulah perempuan paling Ibu di dunia.

Oh ya, aku ringkas saja ceritanya. Tibalah aku di lapangan Karebosi. Entah siapa yang menuntunku ke sini. Yang pasti, tiga orang perempuan tiba-tiba berdiri di hadapanku. Wanita pertama memakai baju adat kurung berwarna kuning keemasan, yang kedua berwarna merah, yang ketiga berwarna hitam. Mereka mengajakku berjalan, menembus pekat malam dan udara yang berkabut di kota Makassar yang sedang mendengkur. Dingin. Ngilu menyelusup di pori. Semuanya melangkah gemulai sepertiku. Ajaib, aku sama sekali tak mampu membaca pikiran mereka. Jadilah aku memilih diam, tak berkata apa-apa.

Lalu, sekonyong-konyong aku diserang kantuk luar biasa. Dan, pulas.



|4|
Setelah Kau pergi, aku segera mencari Rumah,
tak berpintu tak berjendela.[7]


TUNGGU, riwayat yang kuceritakan ini belum tamat. Seperti yang kujelaskan tadi, aku tertidur sepanjang perjalanan dan tak tahu kemana ketiga perempuan itu membawaku. Oh, sebentar, aku ingat sekarang. Merekalah yang kerap mengisi mimpi dan imaji-imajiku. Ya, tidak salah lagi. Itu mereka! Para bissu yang kuyakini bakal jadi Ibu baru bagiku selama di rantau. Ya, andai saja kamu bisa berada di sini. Dan, ommalek!

Lihatlah! Mereka sedang mempersiapkan upacara mapparebba, ritus sakral yang hanya dilakukan setiap hendak melantik anggota bissu baru. Tahukah kamu siapa yang akan dilantik? Aku. Ya, aku. Lihat, mereka duduk mengelilingi arajang, tempat bakal muncul Batara—Tuhan yang mereka imani. Belakangan aku tahu, tidak semua calabai bisa menjadi bissu. Hanya yang terpilih. Mereka kelak akan meneruskan lelaku penghubung antara Tuhan, penguasa, dan manusia. Yang akan menentukan kapan musim tanam tiba, membilang tanggal bajik, dan rupa-rupa amanat lain. Dulu mereka nyaris punah diberangus karena dituding musyrik dan menyimpang dari ajaran agama. Hari ini, aku jadi bagian tak terpisahkan dari mereka.

Sekarang, aku tak pernah lagi berniat jadi lelaki.



|5|
pada seorang perempuan
aku dikepung kenangan[8]


SEJAK ITU aku merasa dilahirkan kembali. Tanpa caci-maki, tanpa cibiran. Kini aku jadi bissu termuda. Lelaki paling lelaki yang piawai memainkan atraksi maggiri—menusuk tubuh dengan pisau, kalewang, keris, atau badik. Aku pun menjelma perempuan paling perempuan yang suci karena tak pernah menstruasi, dan tak berdarah karena tubuh tak tembus besi atau timah. Tapi, tahukah kamu apa yang paling kurindukan hari ini?

Aku rindu hangat pelukmu, Ibu.

Oh, maaf, hampir saja aku lupa. Tadi, Kanang, kakak sulungku, datang bertandang. Dia kabarkan Ayah sedang sekarat dan memanggil namaku dalam igau dan sadarnya. Ah, meleleh airmataku. Tapi, aku tak berniat pulang karena aku merasa gagal jadi lelaki seperti harapan Ayah.

“Pulanglah, andik. Sebentar saja…,” bujuk kakakku.

“Tidak, daeng. Aku tidak pernah utuh sebagai lelaki. Ayah pasti kecewa,” jawabku.

Kakakku pulang dengan tangan hampa.

Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus menemui Ayah?

Hah! Aku harus temui Ayah? Oh, tidak bisa, kawan. Maaf, kali ini aku tak bisa menuruti saranmu. Bukan karena hatiku disungkupi dendam. Ada ihwal lain yang perlu kamu ingat: Kesetiaan pada janji. Ya, dulu kamu pernah bilang: Sekali kata terujar, pantang ludah terjilat kembali. Maaf, ya!

Tapi, tunggu dulu! Terima kasih telah mengingatkanku. Kamu telah menyentuh kedalaman rasaku. Ya, aku tak boleh egois. Baiklah, aku segera berkemas. Aku mendapat firasat umur Ayah tak lagi panjang. Lalu, aku akan pamitan pada Puang Matowa[9].

Tiba-tiba handphone-ku berdering. Dan, oh! Ternyata Ibu.

“Kenapa, Ammak?”

“Ikhlaskan semuanya, Nak!”

Klik. Telepon terputus.

●●●

Khrisna Pabichara, lahir di Makassar, 10 November 1975. Saat ini bergiat di Kosakata, Komunitas Mata Aksara, dan Komunitas Planet Senen.


Catatan Akhir:

[1] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[2] Bahasa Makassar = Ibu.
[3] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[4] Alat musik tiup khas Makassar.
[5] Mikrolet/angkutan kota di Makassar.
[6] Dikutip dari sajak Pelukan karya M. Aan Mansyur.
[7] Dikutip dari sajak Mencari Sunyi Paling Puisi karya Khrisna Pabichara.
[8] Dikutip dari sajak Suatu Sore Saat Hujan karya M. Aan Mansyur.
[9] Pemimpin Komunitas Bissu

Sumber : http://www.facebook.com/note.php?note_id=283591393253

Friday, January 15, 2010

Untuk mencuri hati, kau hanya perlu tau apa yang membuatnya tertawa, tetapi untuk mempertahankannya, kau harus mengerti apa yang akan membuatnya menangis. Menyayangi dan menguasai, alangkah tipis kadang bedanya. Bukankah cinta adalah pembiaran… agar dia tumbuh menjadi dirinya yang sempurna, bukan merentang kempiskannya hingga pas dengan bingkai fantasimu. Karena jika begitu, kau hanya mencintai dirimu sendiri yang memantul dalam dirinya.

CINTA bukan saling menatap mata, tetapi memandang ke titik yang sama; aktivitas yang tak selalu membuat betah kalau untuk waktu yang lama. Setiap orang punya jalan masing-masing menuju bahagia, dan jika kau punya jalan lain ke sana, tak serta merta aku boleh menuduhmu telah tersesat. Juga bila aku tidak mencintaimu dengan cara yang kau inginkan, kau tak bisa menyimpulkan bahwa aku tidak mencintaimu dengan segala yang kupunya.

When U say I LOVE U

Sejak semula, keluarga dari si gadis tidak menyetujui hubungannya dengan sang pemuda. Mereka mengajukan alasan mengenai latar belakang keluarga, bahwa jika si gadis memaksa terus bersama dengan sang pemuda, dia akan menderita seumur hidupnya…..

Karena tekanan dari keluarganya, si gadis jadi sering bertengkar dengan pacarnya. Gadis itu benar2 mencintainya, dan dia terus-menerus bertanya, “Seberapa besar kamu mencintaiku?”

Sang pemuda tdk begitu pandai berbicara, dia selalu membuat si gadis marah. Dan komentar-komentar dari orangtuanya membuatnya bertambah kesal.

Sang pemuda selalu menjadi sasaran pelampiasan kemarahannya. Dan sang pemuda selalu membiarkannya melampiaskan kemarahannya kepadanya (wanita)….

Setelah beberapa saat, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Ia bermaksud meneruskan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia pergi, dia melamar gadisnya,
“Saya tidak tahu bagaimana mengucapkan kata2 manis, tapi saya tahu bahwa saya mencintaimu. Jika kamu setuju, saya ingin menjagamu seumur hidupmu. Mengenai keluargamu, saya akan berusaha keras untuk meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita. Maukah kamu menikah denganku?”
Si gadis setuju, dan keluarganya setelah melihat usaha dari sang pemuda, akhirnya merestui hubungan mereka. Sebelum pemuda itu berangkat, mereka bertunangan terlebih dahulu. Si gadis tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja, sementara sang pemuda meneruskan kuliahnya di LN…..

Mereka melanjutkan hubungan mereka melalui surat dan telepon.
Kadang-kadang timbul kesulitan, tapi mereka tidak menyerah terhadap keadaan.

Suatu hari, dalam perjalanan ke tempat perhentian bis sepulang dari kerja, si gadis tertabrak mobil hingga tak sadarkan diri. Ketika siuman, dia melihat
kedua orangtuanya dan menyadari betapa beruntungnya dia dapat selamat.

Melihat air mata orangtuanya, dia berusaha untuk menghibur mereka.
Tetapi dia menemukan… bahwa dia tidak dapat berbicara sama sekali.
Dia bisu….. Menurut dokter kecelakaan tersebut > telah mencederai otaknya, dan itu menyebabkannya bisu seumur hidupnya. Mendengar orangtuanya membujuknya, tapi tidak dapat menjawab sepatah kata pun, gadis tersebut pingsan… Sepanjang hari hanya dapat menangis dan membisu…

Ketika akhirnya dia boleh pulang dari RS, dia mendapati rumahnya masih seperti sedia kala. Hanya jika telepon berdering, dia menjadi pilu.
Dering telepon telah menjadi mimpi terburuknya. Dia tidak dapat memberitakan kabar buruk tersebut kepada pacarnya dan menjadi bebannya.

Dia menulis sepucuk surat untuknya, memberitahukan bahwa dia tdk mau lagi menunggu nya. Hubungan antara mereka sudah putus, bahkan dia mengembalikan cincin pertunangan mereka. Mendapat surat dan telepon dari si pemuda, dia hanya bisa menitikkan air mata… Ayahnya tidak tahan melihat penderitaannya, dan memutuskan untuk pindah. Berharap bahwa dia dapat melupakan segalanya dan menjadi lebih bahagia…

Pindah ke tempat baru, si gadis mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan sang pemuda… Suatu hari sahabatnya memberitahukan bahwa pemuda itu telah kembali dan mencarinya ke mana-mana. Dia meminta sahabatnya untuk tidak memberitahukan di mana dia berada dan menyuruh pemuda tsb. untuk melupakannya….
Lebih dari setahun, tidak terdengar lagi kabar pemuda itu sampai akhirnya sahabat si gadis menyampaikan bahwa sang pemuda akan menikah dan menyerahkan surat undangan. Dia membuka surat undangan itu dengan hati pedih, dan menemukan namanya tercantum dlm undangan. Sebelum dia sempat bertanya kepada sahabatnya, tiba-tiba sang pemuda muncul di hadapannya. Dengan bahasa isyarat yang kaku, ia menyampaikan bahwa….
Aku telah menghabiskan waktu lebih dari setahun untuk mempelajari bahasa isyarat, agar dapat memberitahukan kepadamu bahwa aku belum melupakan janji kita, berikan aku kesempatan, biarkan aku menjadi suaramu.
“I L O V E Y O U”

Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin pertunangannya…. Si gadis akhirnya tersenyum bahagia.

Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu…
dan baru kamu akan belajar cara memberi…..

Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu…..
dan baru kamu akan belajar cara menghargai……

Jangan pernah menyerah.

Keindahan Persahabatan dan percintaan adalah bahwa kamu tahu kepada siapa kamu dapat
mempercayakan rahasiamu…

Jangan biarkan selisih paham merusak indahnya persahabatan/percintaan…

Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar, mengandung banyak resiko…

Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata: “Aku mencintaimu…”

“When loving someone… never regret what u do… only regret what u didn’t do”

From : Internet

Sabtu, 2009 April 25 Agak melow sih... Tapi ceritanya Lumayan ^_^. HeHeHe

Peter dan Tina sedang duduk bersama di taman kampus tanpa melakukan apapun, hanya memandang langit sementara sahabat2 mereka sedang asyik bercanda ria dengan kekasih mereka masing2.

Tina : “Duh, bosen banget. Gw jg mau punya pacar yg bisa berbagi waktu sama gw. “

Peter : “Kayak nya tinggal kita berdua doang deh yang jomblo. Cuma kita berdua aja yg ga punya pasangan.”

(keduanya mengeluh dan berdiam beberapa saat)

Tina : “Kayaknya gw ada ide bagus nih. Kita adain permainan yuk? “

Peter : “Eh? Permainan apaan?”

Tina : “Enngg... Gampang sih permainannya, gw jdi pacar lu, dan lu jadi pacar gw, tapi hanya untuk 100 hari aja. Gimana? Mau ga? “

Peter : “ Oke... lagian gw jg ga ada rencana apa-apa buat bbrp bulan ke depan.”

Tina : “ Kok lu ga tlalu niat sih.. Semangat dong! Hari ini akan jadi hari pertama kita kencan. Mau jalan2 kemana nih? “

Peter : “Gimana kalo kita nonton aja? Kalo gak salah film Seven Pounds lagi maen ya? Katanya bagus tuh”

Tina : “Oke deh.. Yuk kita pergi sekarang. Ntar pulang nonton, kita ke karaoke ya.. ajak adik kamu sama pacar nya, biar seru “

Peter : “Boleh juga. Double date nih.. “

(merekapun pergi menonton, berkaraoke dan Peter mengantar Tina pulang malam hari nya)


Hari ke 2 :
Peter dan Tina menghabiskan waktu untuk ngobrol dan bercanda di kafe yang remang2 dan alunan musik yg syahdu membawa hati mereka pada situasi yg romantis. Sebelum pulang Peter membelikan sebuah kalung perak berliontin bintang untuk Tina.

Hari ke 3:
Mereka pergi ke mall untuk mencari kado buat sahabatnya Peter. Setelah berkeliling mall, mereka memutuskan untuk membeli sebuah miniatur mobil mini. Setelah itu mereka beristirahat, duduk di food court, makan satu potong kue dan satu gelas jus berdua dan mulai berpegangan tangan untuk pertama kalinya.

Hari ke 7:
Bermain bowling bersama teman2 Peter. Tangan Tina sakit karena tidak terbiasa bermain bowling. Peter memijit2 tangan Tina dengan lembut.

Hari ke 25:
Peter mengajak Tina makan malam di Ancol Bay. Bulan sudah menampakan diri, langit yang cerah menghamparkan ribuan bintang dalam pelukannya. Mereka duduk menunggu makanan, sambil menikmati suara desir angin berpadu dengan seuara gelombang pantai. Sekali lagi, Tina memandang langit, dan melihat bintang jatuh. Dia mengucapkan suatu permintaan dalam hatinya.

Hari ke 41:
Peter berulang tahun. Tina membuatkan kue ulang tahun untuk Peter. Bukan kue buatannya yang pertama, tapi kasih sayang yg timbul dalam hatinya membuat kue buatannya itu menjadi yg terbaik. Peter terharu menerima kue itu, dan dia mengucapkan suatu harapan saat meniup lilin ulang tahun.

Hari ke 67:
Menghabiskan waktu di Dufan. Naik halilintar, makan es krim bersama, dan mengunjungi stand permainan. Peter menghadiahkan sebuah boneka teddy untuk Tina, dan Tina membelikan Peter sebuah pulpen.

Hari ke 72:
Pergi ke PRJ. Melihat meriahnya pameran lampion dari negri China. Tina penasaran untuk mengunjungi salah satu tenda peramal. Sang peramal hanya mengatakan “Hargai waktumu bersamanya mulai sekarang.” Kemudian peramal itu meneteskan air mata.

Hari ke 84:
Peter mengusulkan agar mereka refreshing ke pantai. Pantai Anyer sangat sepi karena bukan waktunya liburan bagi orang lain. Mereka melepaskan sandal dan berjalan sepanjang pantai sambil berpegangan tangan, merasakan lembutnya pasir dan dinginnya air laut menghempaskan kaki mereka. matahari terbenam, dan mereka berpelukan seakan tidak ingin berpisah lagi.

Hari ke 99:
Peter memutuskan agar mereka menjalani hari ini dengan santai dan sederhana. Mereka berkeliling kota dan akhirnya duduk di sebuah taman kota.

15.20 pm
Tina : “Aku haus. Istirahat dulu yuk sebentar.”

Peter : “Tunggu di sini, aku yang beli aja minumannya. Kamu mau minum apa? Aku teh botol aja ah.”

Tina : “Aku aja yg beli. Kamu kan capek udah nyetir keliling kota hari ini. Bentar ya”

Peter mengangguk. Kakinya memang pegal sekali karena dmn2 Jakarta selalu macet.

15.30pm
Peter sudah menunggu selama 10 menit dan Tina belum juga kembali. Tiba2 seseorang yg tak dikenal berlari menghampirinya dengan wajah panik.

Peter : “Ada apa, Pak?”

Orang asing : “Ada seorang perempuan ditabrak mobil. Kayak nya perempuan itu temanmu”

Peter segera berlari bersama dengan orang asing itu. Disana, di atas aspal yg panas terjemur terik matahari siang, tergeletak tubuh Tina bersimbah darah, masih memegang botol minumannya. Peter segera mengambil mobilnya dan melarikan Tina ke rumah sakit terdekat. Peter duduk diluar ruangan ICU selama 8 jam. Seorang dokter keluar dengan wajah penuh penyesalan.


23.53pm
Dokter : “Maaf, tapi kami sudah mencoba melakukan yg terbaik, dia masih bernafas sekarang, tapi Yang Kuasa akan segera menjemputnya. Kami menemukan surat ini dalam kantongnya.”

Dokter memberikan surat yang terkena percikan darah kepada Peter dan Peter segera masuk ke dalam kamar rawat untuk melihat Tina. Wajahnya pucat tetapi terlihat damai. Peter duduk disamping pembaringan Tina dan menggenggam tangan Tina dengan erat.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan torehan luka yg sangat dalam di hatinya. Butiran air mata mengalir dari kedua belah matanya. Kemudian dia mulai membaca surat yang telah ditulis Tina untuknya.


Dear Peter
Ke 100 hari kita sudah hampir berakhir...
Aku menikmati hari2 yg kulalui bersamamu
Walaupun kadang2 kamu jutek dan tidak bisa ditebak
tapi semua hal ini telah membawa kebahagiaan dalam hidupku...
Aku sudah menyadari bahwa kau adalah pria yg berharga dalam hidupku.
Aku menyesal tidak pernah berusaha mengenalmu lebih dalam lagi sebelumnya.
Sekarang aku tidak meminta apa2 hanya berharap kita bisa memperpanjang hari2 kebersamaan kita.
Sama seperti yg kuucapkan pada bintang jatuh malam itu di pantai, aku ingin kau menjadi cinta sejati dalam hidupku.
Aku ingin menjadi kekasihmu selamanya dan berharap kau juga bisa berada di sisiku seumur hidupku.
Peter, aku sangat sayang padamu


23.58 pm
Peter : “Tina, apakah kau tau harapan apa yg aku ucapkan dalam hati saat meniup lilin ulang tahunku? Akupun berdoa adar Tuhan mengijinkan kita bersama-sama selamanya.
Tina, kamu tidak bisa meninggalkanku! Hari yg kita lalui baru berjumlah 99 hari! Kamu harus bangun dan kita akan melewati puluhan ribu hari bersama-sama! Aku juga sayang padamu, Tina. Jangan tinggalkan aku, jangan biarkan aku kesepian! Tina, aku sayang padamu....!!”

Jam dinding berdentang 12 kali..... Jantung Tina berhenti berdetak.
Hari itu adalah hari ke 100...


Katakan perasaanmu pada orang yang kau sayangi sebelum terlambat.
Kau tidak akan pernah tau apa yg akan terjadi besok.
Kau tidak akan pernah tau siapa yg akan meninggalkanmu dan tidak pernah kembali lagi.

From : Angga Permana

Lampu merah penuh hikmah

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack
segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu
perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup
lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati
Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter
menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia
berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem
mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.

Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya
berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia
melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”

“Hai, Jack.” Tanpa senyum.

“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri
saya sedang menunggu di rumah.”

“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan
anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh
terlambat, dong.”

“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu
merah di persimpangan ini.”

O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.
Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta
sedikit bisa memperlancar keadaan.

“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”

Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup
kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa
saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan
penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup
untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.

Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela.
Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa
ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru
Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.

“Halo Jack,
Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia
sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu
dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah
tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan
mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu
juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan.
Berhati-hatilah.
Bob”

Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob
sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia
mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya
dimaafkan.

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa
jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga,
jalanilah dengan penuh hati-hati. - Penulis tanpa nama. (Posting dari
seorang rekan yang tak mau disebut namanya.)
sumber : resensi.net

Hidup adalah anugerah

Pada suatu hari ada seorang gadis buta yg sangat membenci dirinya sendiri. Karena kebutaannya itu. Tidak hanya terhadap dirinya sendiri, tetapi dia juga membenci semua orang kecuali kekasihnya.

Kekasihnya selalu ada disampingnya untuk menemani dan menghiburnya. Dia berkata akan menikahi gadisnya itu kalau gadisnya itu sudah bisa melihat dunia.

Suatu hari, ada seseorang yang mendonorkan sepasang mata kepada gadisnya itu Yang akhirnya dia bisa melihat semua hal, termasuk kekasih gadisnya itu .

Kekasihnya bertanya kepada gadisnya itu , ” Sayangggg … sekarang kamu sudah bisa melihat dunia. Apakah engkau mau menikah denganku?” Gadis itu terguncang saat melihat bahwa kekasihnya itu ternyata buta. Dan dia menolak untuk menikahi si pria pacar-nya itu yg selama ini sudah sangat setia sekali mendampingi hidupnya selama si gadis itu buta matanya.

Dan akhirnya si Pria kekasihnya itu pergi dengan meneteskan air mata, dan kemudian menuliskan sepucuk surat singkat kepada gadisnya itu, “Sayangku, tolong engkau jaga baik-baik ke-2 mata yg telah aku berikan kepadamu.”

* * * * *

Kisah di atas memperlihatkan bagaimana pikiran manusia berubah saat status dalam hidupnya berubah. Hanya sedikit orang yang ingat bagaimana keadaan hidup sebelumnya dan lebih sedikit lagi yang ingat terhadap siapa harus berterima kasih karena telah menyertai dan menopang bahkan di saat yang paling menyakitkan.

Hari ini sebelum engkau berpikir untuk mengucapkan kata- kata kasar Ingatlah akan seseorang yang tidak bisa berbicara.

Sebelum engkau mengeluh mengenai cita rasa makananmu, Ingatlah akan seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

Sebelum engkau mengeluh tentang suamimu, ingatlah akan seseorang yang menangis kepada Tuhan untuk meminta penyembuhan sehingga suaminya TIDAK LUMPUH seumur hidup.

Hari ini sebelum engkau mengeluh tentang hidupmu, Ingatlah akan seseorang yang begitu cepat pergi ke alam kubur dengan masih menyertakan kemiskinannya.

Sebelum engkau mengeluh tentang anak-anakmu Ingatlah akan seseorang yang begitu mengharapkan kehadiran seorang anak, tetapi tidak mendapatnya.

Dan ketika engkau lelah dan mengeluh tentang pekerjaanmu Ingatlah akan para penganguran, orang cacat dan mereka yang menginginkan pekerjaanmu.

Dan ketika beban hidup tampaknya akan menjatuhkanmu, pasanglah senyuman di wajahmu dan berterima kasihlah pada Tuhan karena engkau masih hidup dan ada di dunia ini.

Hidup adalah anugerah, syukurilah, jalanilah, nikmatilah dan isilah hidup ini dengan sesuatu yg bermanfaat untuk umat manusia.

SYUKURILAH dan BERI YANG TERBAIK DI SETIAP DETIK DALAM HIDUPMU, KARENA ITU TIDAK AKAN TERULANG LAGI untuk waktumu selanjutnya !!!

HIKMAH
Bersyukur kepada Allah adalah salah satu konsep yang secara prinsip ditegaskan di dalam Al-Qur'an pada hampir 70 ayat. Perumpamaan dari orang yang bersyukur dan kufur diberikan dan keadaan mereka di akhirat digambarkan. Alasan kenapa begitu pentingnya bersyukur kepada Allah adalah fungsinya sebagai indikator keimanan dan pengakuan atas keesaan Allah. Dalam salah satu ayat, bersyukur digambarkan sebagai penganutan tunggal kepada Allah:

Hai orang-orang yang beriman! Makanlah di antara rezeki yang baik yang kami berikan kepadamu. Dan bersyukurlah kepada Allah jika memang hanya dia saja yang kamu sembah. (Al-Baqarah: 172)

Pada ayat lain bersyukur digambarkan sebagai lawan kemusyrikan:

Baik kepadamu maupun kepada nabi sebelummu telah diwahyukan: "Jika engkau mempersekutukan Tuhan, maka akan terbuang percumalah segala amalmu dan pastilah engkau menjadi orang yang merugi. Karena itu sembahlah Allah olehmu, dan jadilah orang yang bersyukur (Az-Zumar: 65-66)


Dikirim oleh Karel Mandey dimuat di resensi.net

Jam Tangan

Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. “Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetak paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?” “Ha?,” kata jam terperanjat, “Mana sanggup saya?” “Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?” “Delapan puluh ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?” jawab jam penuh keraguan.

“Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?” “Dalam satu jam harus berdetak 3,600 kali? Banyak sekali itu” tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya. Tukang jam itu dengan penuh kesabaran kemudian bicara kepada
si jam. “Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetak satu kali setiap detik?” “Naaaa, kalau begitu, aku sanggup!” kata jam dengan penuh antusias.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetak satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa karena ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetak tanpa henti. Dan itu berarti ia telah berdetak sebanyak 31,104,000 kali.

hikmah : qs Al Ashr

1. Demi waktu,
2. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi.
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan, dan saling menasihati untuk kebenaran, dan saling menasihati untuk kesabaran.

sumber : http://planetmotivasi.wordpress.com/2009/05/21/berani-mencoba/#more-80

Kisah tentang Ayah

Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya.....
Akan sering merasa kangen sekali dengan Mamanya.
Lalu bagaimana dengan Papa?
Mungkin karena Mama lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari,
tapi tahukah kamu, jika ternyata Papa-lah yang mengingatkan Mama untuk menelponmu?
Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Mama-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng,
tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Papa bekerja dan dengan wajah lelah Papa selalu menanyakan pada Mama tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian?
Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil......
papa biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda.
Dan setelah Papa mengganggapmu bisa, Papa akan melepaskan roda bantu di sepedamu...
Kemudian Mama bilang : "Jangan dulu Papa, jangan dilepas dulu roda bantunya" ,
Mama takut putri manisnya terjatuh lalu terluka....
Tapi sadarkah kamu?
Bahwa Papa dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA.
Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Mama menatapmu iba.
Tetapi Papa akan mengatakan dengan tegas : "Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang"
Tahukah kamu, Papa melakukan itu karena Papa tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi?
Saat kamu sakit pilek, Papa yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata :
"Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!".
Berbeda dengan Mama yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut.
Ketahuilah, saat itu Papa benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu.
Ketika kamu sudah beranjak remaja....
Kamu mulai menuntut pada Papa untuk dapat izin keluar malam, dan Papa bersikap tegas dan mengatakan: "Tidak boleh!".
Tahukah kamu, bahwa Papa melakukan itu untuk menjagamu?
Karena bagi Papa, kamu adalah sesuatu yang sangat - sangat luar biasa berharga..
Setelah itu kamu marah pada Papa, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu...
Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Mama....
Tahukah kamu, bahwa saat itu Papa memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya,
Bahwa Papa sangat ingin mengikuti keinginanmu, Tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu?

Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Papa melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya.
Maka yang dilakukan Papa adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir...
Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut - larut...
Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Papa akan mengeras dan Papa memarahimu.. .
Sadarkah kamu, bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Papa akan segera datang?
"Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Papa"
Setelah lulus SMA, Papa akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur.
Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Papa itu semata - mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti...
Tapi toh Papa tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginan Papa
Ketika kamu menjadi gadis dewasa....
Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain...
Papa harus melepasmu di bandara.
Tahukah kamu bahwa badan Papa terasa kaku untuk memelukmu?
Papa hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini - itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati. .
Padahal Papa ingin sekali menangis seperti Mama dan memelukmu erat-erat.
Yang Papa lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata "Jaga dirimu baik-baik ya sayang".
Papa melakukan itu semua agar kamu KUAT...kuat untuk pergi dan menjadi dewasa.
Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Papa.
Papa pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain.
Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Papa tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan...
Kata-kata yang keluar dari mulut Papa adalah : "Tidak.... Tidak bisa!"
Padahal dalam batin Papa, Ia sangat ingin mengatakan "Iya sayang, nanti Papa belikan untukmu".
Tahukah kamu bahwa pada saat itu Papa merasa gagal membuat anaknya tersenyum?
Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana.
Papa adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu.
Papa akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat "putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang"
Sampai saat seorang teman Lelakimu datang ke rumah dan meminta izin pada Papa untuk mengambilmu darinya.
Papa akan sangat berhati-hati memberikan izin..
Karena Papa tahu.....
Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti.
dan akhirnya....
Saat Papa melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Lelaki yang di anggapnya pantas menggantikannya, Papa pun tersenyum bahagia....
Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu Papa pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis?
Papa menangis karena papa sangat berbahagia, kemudian Papa berdoa....
Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Papa berkata: "Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik....
Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik....
Bahagiakanlah ia bersama suaminya..."
Setelah itu Papa hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk...
Dengan rambut yang telah dan semakin memutih....
Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya....
Papa telah menyelesaikan tugasnya....
Papa, Ayah, Bapak, atau Abah kita...
Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat...
Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis...
Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu. .
Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa "KAMU BISA" dalam segala hal..

Hikmah : coba buka Al Quran Surat Luqman : 13-19... nasehat Lukman kepada Anaknya
Sumber : Muhammad Efendi..

Once Upon Time in Mekkah

Pak Hasan, adalah jama'ah dari embarkasi Surabaya. Ia dan istrinya berangkat Haji ikut gelombang kedua.Jadi dari Indonesia langsung ke Mekah terlebih dahulu, baru kemudian ke Madinah.

Kondisi pak Hasan ketika berangkat kurang sehat. Batuk pilek setiap hari. Berbicarapun tenggorokannya sudah terasa sakit. Sehingga menjadikan tubuh menjadi malas untuk diajak beraktivitas.

Pak Hasan sudah diobati oleh dokter kloternya. Tetapi batuknya belum juga sembuh. Badannya terasa lunglai, kepala pusing bahkan batuknya tidak berhenti. Dengan kondisi semacam itu, Pak Hasan sehari-harinya berdiam diri saja di hotel.

Beberapa kali istrinya mengajaknya ke masjidil Haram, Karena merasa sembuh, ia malas untuk pergi ke masjidil haram.

"Aku belum fit bu, belum kuat untuk pergi ke masjid. Ibu dulu aja-lah. Nanti setelah badanku sembuh aku akan ke masjid dan akan melakukan ibadah dengan sebaik-baiknya..." demikian kata pak Hasan kepada istrinya.

Beberapa kali, jawaban pak Hasan selalu seperti itu setiap diajak ke Masjidil haram. Karena jengkel, istri pak hasan mengajaknya dengan setengah memaksa . Dia Ingin pergi bersama suaminya ke masjidil haram untuk melakukan ibadah bersama . Baik itu thawaf, maupun shalat-shalat wajibnya.

Maka dengan agak terpaksa, berangkat juga mereka ke masjidil haram.

Pak Hasan di sepanjang perjalanan menuju masjid tiada henti-hentinya batuk. Bahkan kakinya begitu capek dipakai untuk berjalan. Tetapi toh, akhirnya sampai juga mereka di masjidil Haram. Meskipun jarak dari maktab mereka menuju masjid cukup jauh.

----
Sesampai di masjid, mereka mencari tempat yang cukup nyaman. Pak Hasan dan istrinya melakukan thawaf sunah sebagai penghormatan masuk masjidil Haram, sebelum mereka melakukan ibadah lainnya.

Pak Hasan digandeng oleh istrinya pak Hasan mulai melakukan thawaf.

"Bismillaahi allaahu akbar...!"Demikian kalimat pertama yang dilontarkan pak Hasan sebagai pertanda ia memulai thawafnya. Maka dengan hati-hati sekali, karena khawatir badannya bertambah lunglai, pak Hasan melangkahkan kakinya berjalan memutari Ka’bah

Pada saat pak Hasan beberapa langkah memulai thawafnya itu, tiba-tiba di sebelah kanannya, yang hampir berhimpitan dengan pak Masan, ada seorang bertubuh kecil yang juga bergerak melakukan thawaf, beriringan dengan pak Hasan.

Pak Hasan tertarik dengan orang 'kecil' itu, sambil berjalan lambat pak Hasan memperhatikan orang itu lebih seksama . "Mengapa orang itu tubuhnya pendek, bahkan seperti anak kecil?" pikirnya.

Tiba-tiba pak Hasan menjerit lirih! " Ahh... Allohu Akbar!" katanya.

Laki-laki kecil itu menoleh. sehingga mata mereka saling berpandangan. Laki-laki kecil itu tersenyum tulus kepadanya dan terus berthawaf (berkeliling) disamping pak Hasan. sambil terus berdzikir memuji nama Alloh.

Muka pak Hasan kelihatan pucat pasi. Bibirnya agak gemetar menahan tangis. Ia betul-betul terpukul melihat Laki-laki kecil tadi.

Laki-laki kecil itu berjalan dan bergerak thawaf mengelilingi ka'bah dengan hanya menggunakan kedua tangannya saja ! Dia tidak memiliki kaki....! Kedua kakinya buntung sebatas paha. Sehingga ia berjalan hanya dengan menggunakan kedua tangannya.Tapi dengan penuh semangat terus berputar mengelilingi Kakbah sambil berdzikir, berdoa...

Bulu kuduk pak Hasan merinding, jantungnya seperti berhenti. Dia sangat malu kepada Alloh

"...Ya Allaah ampuni aku ya Allaah..., ampuni aku..." Air mata pak Hasan tidak bisa dibendung lagi. Sambil tetap berjalan pak Hasan terus mohon ampun kepada Allah.Seakan Alloh menegurnya, bahwa betapa lemahnya usahanya mendekatkan diri kepada-Nya. Hanya karena flu dia malas melangkahkan kaki ke Baitullah. Alloh tunjukkan hambanya yang tidak memiliki kaki tapi tetap datang ke Baitullah, walau dengan tangan...!

Tanpa terasa, pak Hasan sudah memutari ka'bah untuk yang ke dua kalinya. Dan pak Hasan pun masih terus menangis. Ingin rasanya ia berlari memutari ka'bah itu. Dia merasa malu kepada Alloh....Walau laki-laki tadi sudah tertinggal. Tapi bayangan lelaki kecil dengan cacat tanpa kaki itu terus membayanginya .Seakan-akan berkata kepadanya :

Hasan, Engkau diberi nikmat tubuh yang lengkap saja malas menghadap Alloh. Engkau mengharap syurga ?? Syurga yang mana , Hasan ??

Istri pak Hasan yang berjalan di samping pak Hasan, tidak mengetahui kejadian yang menimpa pak Hasan. Yang ia tahu tiba-tiba pak Hasan tidak batuk lagi, jalannya tidak lamban, bahkan cenderung gesit. Ah, rupanya pak Hasan sudah sembuh

oOo

ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ (٦٥)

“Pada hari ini Kami akan tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan.” (QS Yasin.: 65 )

Dikutip dari : Inspiring Story II (Kisah-Kisah Pembangun Jiwa)

Jadilah Seperti Kopi

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata.

Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”

“Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?” Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

oOo

Kehidupan sebenarnya sekolah kearifan.Persis dengan sekolah yang sebenarnya, ia juga menyimpan banyak PR (pekerjaan rumah). Setiap kali sebuah PR selesai pasti disusul dengan PR yang lain.

Ketika persoalan, tantangan atau godaan itu datang, itu berarti masa ulangan umum (ujian) menjelang kenaikan kelas atau kelulusan akan datang.

Betapa seringnya kita kehilangan kesempatan untuk naik kelas dalam kehidupan, dan betapa banyaknya PR yang kita tinggalkan.Karena kita tidak suka menghadapai masalah bahkan lari darinya

Yang terpenting sebenarnya bukan berapa banyak kita jatuh. Tapi seberapa banyak kita bangun. Karena keberhasilan ditentukan oleh seberapa banyak kita bangun, bukan seberapa banyak kita jatuh!

oOo

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Dikutip dari : Inspiring Story II (Kisah-Kisah Pembangun Jiwa)

Tuesday, January 12, 2010

Suara itu lagi

"Kresek.. Kresek.."

Ah suara dari kamar mandi itu datang lagi. Selalu dan selalu membuatku ga nyaman. Itu suara apa si ? Kecoa kah ? atau ??? Tapi ko adanya cuma pas jam 1 atau setengah 2 pagi ? Du.. gw ga nyaman..
Apaan yaa ?
Apaan ?

Wednesday, January 6, 2010

Antara sabar dan Pengendalian diri

"Sabar.. sabar.. jangan terburu-buru."
"Sabar.. ini cuma cobaan dari yang diatas."

Hm hm.. bedain deh 2 kalimat diatas. Do have any idea ?
Sebenernya, 2 kata sabar di 2 kalimat itu terkesan berbeda. Yang 1 menuntut kita untuk teliti dan pelan-pelan agar ga salah. Dan yang satu menuntut kita untuk berpikir positif.

Ada yang bilang "Sabar tu ada batasnya". Ada juga yang bilang "Sabar tu sebenernya ga ada batasnya, kita aja yang ngasih batesan buat diri kita".

Kalo menurut gw ya.. sabar tu sebenernya cuma sebutan bentuk dari pengendalian diri kita. Semua inti dari permsalahan hidup itu ada di pengendalian diri kita. So, whatever orang mau bilang apa, kita mau ngerasa gimana. Intinya kita harus kendaliin diri biar bisa nunjukkin gimana perasaan yang kita pengen. Misal; lu lagi sedih, terus pengen lupa ma masalah. Yaa, ga harus dilupain gitu aja. Perlahan-lahan luapin semua perasaan lu. Kendaliin diri biar sedihnya ga terus-terusan. Lalu lu cari kegiatan yang bisa bikin fun. Oke kan ?