Monday, May 10, 2010

Jangan Ngambek Sepanjangan

*************************************************

weee...repost dr temen ni..
tapi karena ceritanya bagus.. kaga apa-apa yaa ?
heee

*************************************************

Jangan ngambek berkepanjangan
=================================
Cerita yg Luar biasa, cerita yang
mungkin sering terjadi dilanjutkan dengan adanya EGO yang KUAT =
diantara keduanya.
Sehingga tidak terpikir jalan keluar

JANGAN "NGAMBEK" BERKEPANJANGAN
TERHADAP ORANG YANG DIKASIHI.

Bagi yg sudah pernah baca, luangkan waktu untuk baca sekali lagi
Ini adalah cerita sebenarnya ( diceritakan oleh Lu Di dan di edit =
oleh
Lian Shu Xiang )

Sebuah salah pengertian yg mengakibatkan kehancuran sebuah rumah
tangga.Tatkala nilai akhir sebuah kehidupan sudah terbuka,tetapi
segalanya sudah terlambat. Membawa nenek utk tinggal bersama
menghabiskan masa tuanya bersama kami, malah telah menghianati =
ikrar
cinta yg telah kami buat selama ini,setelah 2 tahun menikah, saya =
dan
suami setuju menjemput nenek di kampung utk tinggal bersama .

Sejak kecil suami saya telah kehilangan ayahnya, dia adalah =
satu-satunya
harapan nenek, nenek pula yg membesarkannya dan menyekolahkan dia =
hingga
tamat kuliah.
Saya terus mengangguk tanda setuju, kami segera menyiapkan sebuah =
kamar
yg menghadap taman untuk nenek, agar dia dapat berjemur, menanam =
bunga
dan sebagainya. Suami berdiri didepan kamar yg sangat kaya
dgn sinar
matahari,tidak sepatah katapun yg terucap tiba-tiba saja dia =
mengangkat
saya dan memutar-mutar saya seperti adegan dalam film
India dan berkata
:"Mari,kita jemput nenek di kampung".

Suami berbadan tinggi besar, aku suka sekali menyandarkan kepalaku =
ke
dadanya yg bidang, ada suatu perasaan nyaman dan aman disana. Aku
seperti sebuah boneka kecil yg kapan saja bisa diangkat dan =
dimasukan
kedalam kantongnya. Kalau terjadi selisih paham diantara kami, dia =
suka
tiba-tiba mengangkatku tinggi-tinggi diatas kepalanya dan =
diputar-putar
sampai aku berteriak ketakutan baru diturunkan.Aku sungguh =
menikmati
saat-saat seperti itu.

Kebiasaan nenek di kampung tidak berubah. Aku suka sekali menghias =
rumah
dengan bunga segar, sampai akhirnya nenek tidak tahan lagi dan =
berkata
kepada suami:"Istri kamu hidup foya-foya, buat apa beli bunga?
Kan bunga
tidak bisa dimakan?" Aku menjelaskannya kepada nenek:"Ibu,
rumah dengan
bunga segar membuat rumah terasa lebih nyaman dan suasana hati =
lebih
gembira."Nenek berlalu sambil mendumel, suamiku berkata sambil
tertawa:
"Ibu, ini kebiasaan orang kota ,
lambat laun ibu akan terbiasa juga."

Nenek tidak protes lagi, tetapi setiap kali melihatku pulang =
sambil
membawa bunga,dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya berapa =
harga
bunga itu, setiap mendengar jawabanku dia selalu mencibir sambil
menggeleng-gelengka n kepala. Setiap membawa pulang barang =
belanjaan,dia
selalu tanya itu berapa harganya ,ini berapa.Setiap aku jawab, dia =

selalu berdecak dengan suara keras.Suamiku memencet hidungku =
sambil
berkata:"Putriku, kan
kamu bisa berbohong.Jangan katakan harga yang
sebenarnya." Lambat laun, keharmonisan dalam rumah tanggaku mulai
terusik.

Nenek sangat tidak bisa menerima melihat suamiku bangun pagi =
menyiapkan
sarapan pagi untuk dia sendiri, di mata nenek seorang anak =
laki-laki
masuk ke dapur adalah hal yang sangat memalukan. Di meja makan, =
wajah
nenek selalu cemberut dan aku sengaja seperti tidak mengetahuinya. =
Nenek
selalu membuat bunyi-bunyian dengan alat makan seperti sumpit dan
sendok, itulah cara dia protes.

Aku adalah instrukstur tari, seharian terus menari membuat badanku =

sangat letih, aku tidak ingin membuang waktu istirahatku dengan =
bangun
pagi apalagi disaat musim dingin. Nenek kadang juga suka =
membantuku di
dapur, tetapi makin dibantu aku menjadi semakin repot, misalnya; =
dia
suka menyimpan semua kantong-kantong bekas belanjaan, dikumpulkan =
bisa
untuk dijual katanya.Jadilah rumahku seperti tempat pemulungan =
kantong
plastik, dimana-mana terlihat kantong plastik besar tempat semua
kumpulan kantong plastik.

Kebiasaan nenek mencuci piring bekas makan tidak menggunakan =
cairan
pencuci, agar supaya dia tidak tersinggung, aku selalu mencucinya =
sekali
lagi pada saat dia sudah tidur.Suatu hari, nenek mendapati aku =
sedang
mencuci piring malam harinya, dia segera masukke kamar sambil =
membanting
pintu dan menangis.Suamiku jadi serba salah, malam itu kami tidur
seperti orang bisu, aku coba bermanja-manja dengan dia, tetapi dia =
tidak
perduli. Aku menjadi kecewa dan marah."Apa salahku?" Dia
melotot sambil
berkata:"Kenapa tidak kamu biarkan saja? Apakah memakan dengan =
pring
itu
bisa membuatmu mati?"

Aku dan nenek tidak bertegur sapa untuk waktu yg culup lama, =
suasana
mejadi kaku. Suamiku menjadi sangat kikuk, tidak tahu harus =
berpihak
pada siapa? Nenek tidak lagi membiarkan suamiku masuk ke dapur, =
setiap
pagi dia selalu bangun lebih pagi dan menyiapkan sarapan untuknya, =
suatu
kebahagiaan terpancar di wajahnya jika melihat suamiku makan =
dengan
lahap, dengan sinar mata yang seakan mencemohku sewaktu melihat =
padaku,
seakan berkata dimana tanggung jawabmu sebagai seorang
istri?
Demi menjaga suasana pagi hari tidak terganggu, aku selalu membeli =

makanan diluar pada saat berangkat kerja. Saat tidur, suami
berkata:"Lu
di, apakah kamu merasa masakan ibu tidak enak dan tidak bersih =
sehingga
kamu tidak pernah makan di rumah?" sambil memunggungiku dia =
berkata
tanpa menghiraukan air mata yg mengalir di kedua belah pipiku.Dan =
dia
akhirnya berkata:"Anggaplah ini sebuah permintaanku, makanlah
bersama
kami setiap pagi."Aku mengiyakannya dan kembali ke meja makan yg
serba
canggung itu.

Pagi itu nenek memasak bubur, kami sedang makan dan tiba-tiba ada =
suatu
perasaan yg sangat mual menimpaku, seakan-akan isi perut mau =
keluar
semua.Aku menahannya sambil berlari ke kamar mandi, sampai disana =
aku
segera mengeluarkan semua isi perut. Setelah agak reda, aku =
melihat
suamiku berdiri didepan pintu kamar mandi dan memandangku dengan =
sinar
mata yg tajam, diluar sana
terdengar suara tangisan nenek dan
berkata-kata dengan bahasa daerahnya. Aku terdiam dan terbengong =
tanpa
bisa berkata-kata. Sungguh bukan sengaja aku berbuat demikian!.
Pertama kali dalam perkawinanku, aku bertengkar hebat dengan =
suamiku,
nenek melihat kami dengan mata merah dan berjalan
menjauhA6suamiku
segera mengejarnya keluar rumah.

Menyambut anggota baru tetapi dibayar dengan nyawa nenek.
Selama 3 hari suamiku tidak pulang ke rumah dan tidak juga =
meneleponku.
Aku sangat kecewa, semenjak kedatangan nenek di rumah ini, aku =
sudah
banyak mengalah, mau bagaimana lagi? Entah kenapa aku selalu =
merasa mual
dan kehilangan nafsu makan ditambah lagi dengan keadaan rumahku =
yang
kacau, sungguh sangat menyebalkan. Akhirnya teman sekerjaku
berkata:"Lu
Di, sebaiknya kamu periksa ke dokter."Hasil pemeriksaan menyatakan
aku
sedang hamil. Aku baru sadar mengapa aku mual-mual pagi itu. =
Sebuah
berita gembira yg terselip juga kesedihan. Mengapa suami dan nenek =

sebagai orang yg berpengalaman tidak berpikir sampai sejauh itu?

Di pintu masuk rumah sakit aku melihat suamiku, 3 hari tidak =
bertemu dia
berubah drastis, muka kusut kurang tidur, aku ingin segera berlalu =

tetapi rasa iba membuatku tertegun dan memanggilnya. Dia melihat =
ke
arahku tetapi seakan akan tidak mengenaliku lagi, pandangan =
matanya
penuh dengan kebencian dan itu melukaiku. Aku berkata pada diriku
sendiri, jangan lagi melihatnya dan segera memanggil taksi. =
Padahal aku
ingin memberitahunya bahwa kami akan segera memiliki seorang anak. =
Dan
berharap aku akan diangkatnya tinggi-tinggi dan diputar-putar =
sampai aku
minta ampun tetapi..... mimpiku tidak menjadi kenyataan. Didalam =
taksi
air mataku mengalir dengan deras. Mengapa kesalah pahaman ini =
berakibat
sangat buruk?

Sampai di rumah aku berbaring di ranjang memikirkan peristiwa =
tadi,
memikirkan sinar matanya yg penuh dengan kebencian, aku menangis =
dengan
sedihnya. Tengah malam,aku mendengar suara orang membuka laci, aku =

menyalakan lampu dan melihat dia dgn wajah berlinang air mata =
sedang
mengambil uang dan buku tabungannya. Aku nenatapnya dengan dingin =
tanpa
berkata-kata. Dia seperti tidak melihatku saja dan segera berlalu. =

Sepertinya dia sudah memutuskan utk meninggalkan aku. Sungguh =
lelaki yg
sangat picik, dalam saat begini dia masih bisa membedakan antara =
cinta
dengan uang. Aku tersenyum sambil menitikan air mata.

Aku tidak masuk kerja keesokan harinya, aku ingin secepatnya =
membereskan
masalah ini, aku akan membicarakan semua masalah ini dan pergi
mencarinya di kantornya.Di kantornya aku bertemu dengan =
seketarisnya yg
melihatku dengan wajah bingung."Ibunya pak direktur baru saja
mengalami
kecelakaan lalu lintas dan sedang berada di rumah sakit. Mulutku =
terbuka
lebar.Aku segera menuju rumah sakit dan saat menemukannya, nenek =
sudah
meninggal. Suamiku tidak pernah menatapku, wajahnya kaku.
Aku memandang
jasad nenek yg terbujur kaku. Sambil menangis aku menjerit dalam
hati:"Tuhan, mengapa ini bisa terjadi?"
Sampai selesai upacara pemakaman, suamiku tidak pernah bertegur =
sapa
denganku,
jika memandangku selalu dengan pandangan penuh dengan kebencian.

Peristiwa kecelakaan itu aku juga tahu dari orang lain, pagi itu =
nenek
berjalan ke arah terminal, rupanya dia mau kembali ke kampung. =
Suamiku
mengejar sambil berlari, nenek juga berlari makin cepat sampai =
tidak
melihat sebuah bus yg datang ke arahnya dengan kencang. Aku baru
mengerti mengapa pandangan suamiku penuh dengan kebencian. Jika =
aku
tidak muntah pagi itu, jika kami tidak bertengkar,
jika........ ....dimatanya, akulah penyebab kematian nenek.

Suamiku pindah ke kamar nenek, setiap malam pulang kerja dengan =
badan
penuh dengan bau asap rokok dan alkohol. Aku merasa bersalah =
tetapi juga
merasa harga diriku terinjak-injak. Aku ingin menjelaskan bahwa =
semua
ini bukan salahku dan juga memberitahunya bahwa kami akan segera
mempunyai anak. Tetapi melihat sinar matanya, aku tidak pernah
menjelaskan masalah ini. Aku rela dipukul atau dimaki-maki olehnya =

walaupun ini bukan salahku. Waktu berlalu dengan sangat =
lambat.Kami
hidup serumah tetapi seperti tidak mengenal satu sama lain. Dia =
pulang
makin larut malam. Suasana tegang didalam rumah.

Suatu hari, aku berjalan melewati sebuah caf=C3=A9, melalui =
keremangan lampu
dan kisi-kisi jendela, aku melihat suamiku dengan seorang wanita
didalam. Dia sedang menyibak rambut sang gadis dengan mesra. Aku
tertegun dan mengerti apa yg telah terjadi. Aku masuk kedalam dan
berdiri di depan mereka sambil menatap tajam kearahnya. Aku tidak
menangis juga tidak berkata apapun karena aku juga tidak tahu =
harus
berkata apa. Sang gadis melihatku dan ke arah suamiku dan segera =
hendak
berlalu. Tetapi dicegah oleh suamiku dan menatap kembali ke arahku =

dengan sinar mata yg tidak kalah tajam dariku. Suara detak =
jangtungku
terasa sangat keras, setiap detak suara seperti suara menuju =
kematian.

Akhirnya aku mengalah dan berlalu dari hadapan mereka, jika =
tidak..
mungkin aku akan jatuh bersama bayiku dihadapan mereka.
Malam itu dia tidak pulang ke rumah. Seakan menjelaskan padaku apa =
yang
telah terjadi. Sepeninggal nenek, rajutan cinta kasih kami juga
sepertinya telah berakhir. Dia tidak kembali lagi ke rumah, kadang =

sewaktu pulang ke rumah, aku mendapati lemari seperti bekas =
dibongkar.
Aku tahu dia kembali mengambil barang-barang keperluannya. Aku =
tidak
ingin menelepon dia walaupun kadang terbersit suatu keinginan =
untuk
menjelaskan semua ini. Tetapi itu tidak terjadi..... ...., semua =
berlalu
begitu saja.

Aku mulai hidup seorang diri, pergi check kandungan seorang diri. =
Setiap
kali melihat sepasang suami istri sedang check kandungan bersama, =
hati
ini serasa hancur. Teman-teman menyarankan agar aku membuang saja =
bayi
ini, tetapi aku seperti orang yg sedang histeris mempertahankan
miliknya. Hitung-hitung sebagai pembuktian kepada nenek bahwa aku =
tidak
bersalah.

"Suatu hari pulang kerja,aku melihat dia duduk didepan ruang tamu. =

Ruangan penuh dengan asap rokok dan ada selembar kertas diatas =
meja,
tidak perlu tanya aku juga tahu surat
apa itu.2 bulan hidup sendiri, aku
sudah bisa mengontrol emosi. Sambil membuka mantel dan topi aku =
berkata
kepadanya:"" Tunggu sebentar, aku akan segera menanda
tanganinya"" .Dia
melihatku dengan pandangan awut-awutan demikian juga aku. Aku =
berkata
pada diri sendiri, jangan menangis, jangan menangis. Mata ini =
terasa
sakit sekali tetapi aku terus bertahan agar air mata ini tidak =
keluar.

Selesai membuka mantel, aku berjalan ke arahnya dan ternyata dia
memperhatikan perutku yg agak membuncit. Sambil duduk di kursi, =
aku
menanda tangani surat
itu dan menyodorkan kepadanya."" Lu Di, kamu
hamil?"" Semenjak nenek meninggal, itulah pertama kali dia
berbicara
kepadaku. Aku tidak bisa lagi membendung air mataku yg menglir =
keluar
dengan derasnya. Aku menjawab:""Iya, tetapi tidak apa-apa. Kamu
sudah
boleh pergi"".Dia tidak pergi, dalam keremangan ruangan kami
saling
berpandangan. Perlahan-lahan dia membungkukan badannya ke =
tanganku, air
matanya terasa menembus lengan bajuku.Tetapi di lubuk hatiku, =
semua
sudah berlalu, banyak hal yg sudah pergi dan tidak bisa diambil =
kembali.
"Entah sudah berapa kali aku mendengar dia mengucapkan
kata:"Maafkan
aku, maafkan aku". Aku pernah berpikir untuk memaafkannya tetapi
tidak
bisa. Tatapan matanya di cafe itu tidak akan pernah aku =
lupakan.Cinta
diantara kami telah ada sebuah luka yg menganga. Semua ini adalah =
sebuah
akibat kesengajaan darinya.

Berharap dinding es itu akan mencair, tetapi yang telah berlalu =
tidak
akan pernah kembali.Hanya sewaktu memikirkan bayiku, aku bisa =
bertahan
untuk terus hidup. Terhadapnya, hatiku dingin bagaikan es, tidak =
pernah
menyentuh semua makanan pembelian dia, tidak menerima semua hadiah =

pemberiannya tidak juga berbicara lagi dengannya. Sejak menanda =
tangani
surat itu,
semua cintaku padanya sudah berlalu, harapanku telah lenyap
tidak berbekas.

Kadang dia mencoba masuk ke kamar untuk tidur bersamaku, aku =
segera
berlalu ke ruang tamu, dia terpaksa kembali ke kamar nenek. Malam =
hari,
terdengar suara orang mengerang dari kamar nenek tetapi aku tidak
perduli. Itu adalah permainan dia dari dulu. Jika aku tidak =
perduli
padanya, dia akan berpura-pura sakit sampai aku menghampirinya dan =

bertanya apa yang sakit. Dia lalu akan memelukku sambil tertawa
terbahak-bahak. Dia lupa........ , itu adalah dulu, saat cintaku =
masih
membara, sekarang apa lagi yg aku miliki?

Begitu seterusnya, setiap malam aku mendengar suara orang =
mengerang
sampai anakku lahir. Hampir setiap hari dia selalu membeli =
barang-barang
perlengkapan bayi, perlengkapan anak-anak dan buku-buku bacaan =
untuk
anak-anak. Setumpuk demi setumpuk sampai kamarnya penuh sesak =
dengan
barang-barang. Aku tahu dia mencoba menarik simpatiku tetapi aku =
tidak
bergeming. Terpaksa dia mengurung diri dalam kamar, malam hari =
dari
kamarnya selalu terdengar suara pencetan keyboard komputer. =
Mungkin dia
lagi tergila-gila chatting dan berpacaran di dunia maya pikirku. =
Bagiku
itu bukan lagi suatu masalah.

Suatu malam di musim semi, perutku tiba-tiba terasa sangat sakit =
dan aku
berteriak dengan suara yg keras. Dia segera berlari masuk ke =
kamar,
sepertinya dia tidak pernah tidur. Saat inilah yg ditunggu-tunggu
olehnya. Aku digendongnya dan berlari mencari taksi ke rumah =
sakit.
Sepanjang jalan, dia mengenggam dengan erat tanganku, menghapus =
keringat
dingin yg mengalir di dahiku. Sampai di rumah sakit, aku segera
digendongnya menuju ruang bersalin. Di punggungnya yg kurus =
kering, aku
terbaring dengan hangat dalam dekapannya. Sepanjang hidupku, siapa =
lagi
yg mencintaiku sedemikian rupa jika bukan dia?

Sampai dipintu ruang bersalin, dia memandangku dengan tatapan =
penuh
kasih sayang saat aku didorong menuju persalinan, sambil menahan =
sakit
aku masih sempat tersenyum padanya. Keluar dari ruang bersalin, =
dia
memandang aku dan anakku dengan wajah penuh dengan air mata sambil =

tersenyum bahagia. Aku memegang tangannya, dia membalas =
memandangku
dengan bahagia, tersenyum dan menangis lalu terjerambab ke lantai. =
Aku
berteriak histeris memanggil namanya.

Setelah sadar, dia tersenyum tetapi tidak bisa membuka
matanyaA6=E2=80=A6aku
pernah berpikir tidak akan lagi meneteskan sebutir air matapun =
untuknya,
tetapi kenyataannya tidak demikian, aku tidak pernah merasakan =
sesakit
saat ini. Kata dokter, kanker hatinya sudah sampai pada stadium
mematikan, bisa bertahan sampai hari ini sudah merupakan sebuah
mukjijat. Aku tanya kapankah kanker itu terdeteksi? 5 bulan yg =
lalu kata
dokter, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan terburuk. Aku tidak =
lagi
perduli dengan nasehat perawat, aku segera pulang ke rumah dan ke =
kamar
nenek lalu menyalakan komputer.

Ternyata selama ini suara orang mengerang adalah benar apa adanya, =
aku
masih berpikir dia sedang =
bersandiwaraA6A6Sebuah
surat yg sangat
panjang
ada di dalam komputer yg ditujukan kepada anak kami."Anakku, demi
dirimu
aku terus bertahan, sampai aku bisa melihatmu. Itu adalah =
harapanku. Aku
tahu dalam hidup ini, kita akan menghadapi semua bentuk =
kebahagiaan dan
kekecewaan, sungguh bahagia jika aku bisa melaluinya bersamamu =
tetapi
ayah tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Didalam komputer ini, =
ayah
mencoba memberikan saran dan nasehat terhadap segala kemungkinan =
hidup
yg akan kamu hadapi. Kamu boleh mempertimbangkan saran ayah.
"""Anakku, selesai menulis
surat ini, ayah merasa telah menemanimu
hidup
selama bertahun -tahun. Ayah sungguh bahagia. Cintailah ibumu, dia =

sungguh menderita, dia adalah orang yg paling mencintaimu dan =
adalah
orang yg paling ayah cintai"".

Mulai dari kejadian yg mungkin akan terjadi sejak
TK , SD ,
SMP, SMA
sampai kuliah, semua tertulis dengan lengkap didalamnya. Dia juga
menulis sebuah surat
untukku.""Kasihku, dapat menikahimu adalah hal yg
paling bahagia aku rasakan dalam hidup ini. Maafkan salahku, =
maafkan aku
tidak pernah memberitahumu tentang penyakitku. Aku tidak mau =
kesehatan
bayi kita terganggu oleh karenanya. Kasihku, jika engkau menangis
sewaktu membaca surat
ini, berarti kau telah memaafkan aku. Terima kasih
atas cintamu padaku selama ini. Hadiah-hadiah ini aku tidak punya
kesempatan untuk memberikannya pada anak kita. Pada bungkusan =
hadiah
tertulis semua tahun pemberian padanya""."

Kembali ke rumah sakit, suamiku masih terbaring lemah. Aku =
menggendong
anak kami dan membaringkannya diatas dadanya sambil berkata:
"Sayang,
bukalah matamu sebentar saja, lihatlah anak kita. Aku mau dia =
merasakan
kasih sayang dan hangatnya pelukan ayahnya".Dengan susah payah dia =

membuka matanya, tersenyum... ......... ..anak itu tetap dalam
dekapannya,
dengan tangannya yg mungil memegangi tangan ayahnya yg kurus dan =
lemah.
Tidak tahu aku sudah menjepret berapa kali momen itu dengan kamera =
di
tangan sambil berurai air mata........ ......... ...

Teman2 terkasih, aku sharing cerita ini kepada kalian, agar kita =
semua
bisa menyimak pesan dari cerita ini.Mungkin saat ini air mata =
kalian
sedang jatuh mengalir atau mata masih sembab sehabis menangis, =
ingatlah
pesan dari cerita ini :"Jika ada sesuatu yg mengganjal di hati
diantara
kalian yg saling mengasihi, sebaiknya utarakanlah jangan simpan =
didalam
hati. Siapa tau apa yg akan terjadi besok?
Ada sebuah pertanyaan: Jika
kita tahu besok adalah hari kiamat, apakah kita akan menyesali =
semua hal
yg telah kita perbuat? atau apa yg telah kita ucapkan? Sebelum =
segalanya
menjadi terlambat, pikirlah matang2 semua yg akan kita lakukan =
sebelum
kita menyesalinya seumur hidup.
Diterjemahkan secara bebas oleh =
aku