Wednesday, June 30, 2010

ga suka kamu..

ga suka kamu..
ngerti ga si..
selalu aj telat..ga konsisten n pelupa
ga suka kamu..
tau ga..
srg bgt bikin naek darah
emosi tingkat lima
n g bs bkn batin ngrasa'n segerny musim buah
msh jg ga suka kamu
km pgn ny ak slalu ad smntara ak mngemispun tak kau pedulikn jg
ga suka kamu
kerjamu marah2 selalu
seenakny begini begitu
tnpa tw ap rasaku
ga suka km..
tp ak jg g bs boong'n hatiku
walo ga suka km..
ak tetep sayang km..

aku..yang kuat..

ak bkn g sanggup terbang tnggi mjangkau bintang
ak hny bth sayap yg dpt mlambungkanku terbang
ak bkn g snggp rengkuh sayap in u'putari dunia
tp aku br belajar terbang n msh mcari arah yg gkan mnyesatkn langkah
ak bkn g snggp ttawa
tp ttalu bny ttawa bs mbwt ku mlupakan arah
ak bkn mcari2 alasn dg kt tapi
ak hnya b'usaha mnyembunyikan lemahku d mata mereka
lalu..ap ak jd tlihat kuat?
dg caraku..ak cm ingin mrasa kuat walau tak tlihat kuat

yaa..KARENA AKU GA SAMA..Tegaslah untuk melakukan sesuatu yg baru

tegaslah untuk melakukan hal baru..
hm..sekilas aku baca di status facebook seorang tmn.
qt bisa merangkai mimpi sedemikian indahny.berdoa dan berusaha selayakny org yang menginginkan sesuatu.tp terkadang,di tengah jalan keraguan bahkan ketakutan datang.perlahan qt usir mimpi itu,lalu datangkan mimpi baru yg qt gubah agar terlihat lebih indah n menggoda
tidakkah ak jd ga ada bedanya dengan kalian yang begitu?sedang mimpiku g sekedar mimpi.ak ingin terbangun saat aku mendapatkannya.yaa krn ..AKU GA SAMA..

Wednesday, June 23, 2010

Terdengar suara isak dari dalam kamar. Diiringin hujan yang kian deras dan mendung yang makin pekat. Suara-suara lain pun berlomba memasuki telingaku. Seperti suara kodok bernyanyi senang saat hujan datang ataukah ... ???

Ah.. tak bisakah suara itu berhenti sebentar ?
Tak bisakah melodi yang kumainkan ini terdengar indah dan sisakan senyuman ?
Kenapa harus ada pertemgkaran ini lagi ?
Hatiku mencoba untuk terbiasa dengan keadaan tapi ternyata aku ga sanggup juga.

Tangisan lagi.. Suara-suara itu lagi. Bagaimana mungkin mereka bisa bertahan dalam keadaan kaya gini ?

Aku hidup dalam keluarga berantakan seperti ini. Dimana kemarahan dan emosi yang selalu berbicara. Kemanjaan dan kemewahan yang membutakan. Dan nasehat yang membuat telinga tuli untuk mendengarkan. Tiada rasa persaudaraan bahkan kekeluargaan.

Cinta ? Kasih sayang ?
Semua selalu dikalahkan dengan harta dan kemewahan.
Manusia hanya dijadikan sebagai mesin pencari uang.

Tuesday, June 22, 2010

Hehe

Kam, 3 Juni, 2010 17:06:21

Andai kau jadi bunga
Aku pasti jadi kumbangnya
Andai kau putri raja
Aku pasti sang pangeran
Walau takkan nyata
Ku ingin kau mengerti

Andai kau pantai yang indah
Kan kubelai dengan ombakku
Andai kau sebuah pelangi
Aku akan jadi langitmu

Untuk 1000 puisi
Takkan cukup
Ungkapkan rasa cintaku dan rindu
Takkan cukup ungkapkan sayangku padamu
Walau sederhana,
kurangkai kata-kata untukmu
Walau apa adanya,
kucipta puisi untukmu

From MY Beloved Prince..

Kam, 17 Juni, 2010 21:29:30

kesabaran adalah kunci
yang menjaga kita terus bertahan
penat yang datang sesekali
pasti slalu Ada Di Sepanjang Jalan

aku masih mampu untuk menemanimu
belum ada rasa ingin menyerah
dan aku masih mampu untuk melindungimu
belum ada terkikis oleh lelah

kau meragukanku saat ini
seperti kau meragukan perasaanmu padaku
percaya padaku sekali ini
aku masih pantas untuk kau tunggu

aku masih mampu untuk menemanimu
belum ada rasa ingin menyerah
dan aku masih mampu untuk melindungimu
belum ada terkikis oleh lelah

Aku Masih Mampu Untuk Mencintaimu
Dengan Semua Ketulusan Hatiku

BungaKU

Ku temukan wangi bunga untuknya.
Ku ingat warna dan namanya.
Kurangkai satu persatu sebagai hadiah di hari bahagianya.
Agar ia selalu melihat warna dalam hidupnya.

Ku nanti ia di tempat yang sama.
Kulihat senyumannya yang merekah.

Ku genggam tangannya agar ia tak tersesat dalam emosinya.
Mencoba mendengar keluh kesahnya walau kadang aku tak sabar tuk berbagi juga dengannya.

Ku rengkuh jemarinya saat kelabu penuhi jiwanya.
Ku coba mengarang cerita saat ku tak bisa hadapi emosinya.

Tapi.. amarah selalu yang meraja lela.
Terkadang rasa cinta juga terlupa.
Terkadang semua seakan tak bisa padam dan dijalani dengan terpaksa.

My Prince..
Bawakan aku segelas air untuk hilangkan dahagaku.
Aku tak butuh yang lain.. hanya dirimu..

My Prince..
Perasaan bisa aja ga sama.
Tapi ada 1 yang menyamakan kita.
Lalu kenapa selalu amarah yang ada ?

Ambil bunga ini.
Hiasi kelabumu dengan warna dan wangi dari bunga ini.
Bunga bisa mati, sayang..
Siramilah dia dengan air yang menenangkan..
Dan bagilah wanginya pada semuanya..
Tunjukkan warna yang paling indah untukku.
Lalu berikan 1 wangi yang ga pernah mati padaku.

Tuntutan dan Cinta

"Mbak, uang kuliah aku harus di bayar akhir bulan ini."
"Mbak, handphone aku rusak."
"Mbak, aku butuh printer ama internet."
"Ta, uang buat belanja udah ga ada."
"Ta, temen aku punya gadget baru."

Klik.
Akhirnya telepon selesai sudah.

Namaku Reta. Aku baru saja lulus SMA 1 tahun yang lalu. Sekarang aku kerja di Bogor. Awalnya aku hanya bermaksud untuk mengunjungi temanku yang kuliah di kota hujan ini. Tapi ga aku sangka, aku bisa juga mendapatkan pekerjaan disini.

Ayahku adalah seorang pengusaha kaya yang bangkrut. Dan kini, kami semua hanya bisa mengenangnya. Aku kini merantau demi menggantikan posisi Ayahku.

Adikku Meta, masih kuliah. Aku berharap suatu saat nanti ia bisa berdiri sendiri. Kakakku Deka, lebih tua 10 tahun dariku. Seharusnya di usia segitu dia sudah mapan dan mempunyai keluarga sendiri. Tapi, mungkin karena kebiasaan di manja oleh Ayah, dia tidak mau berusaha mencari pekerjaan.

Sungguh.. kalau aku ingat gimana latar belakang keluarga ku dulu, hatiku terasa teriris. Aku seakan tak bisa melakukan apa-apa untuk mengingatkan keluargaku. Keluargaku juga seakan ga mau ngerti keadaan sekarang. Aku ngerasa selalu dituntut ini itu. Selalu disindir untuk bisa memenuhi manjanya kebutuhan duniawi mereka.

Aku iri.. Tuhan..
Melihat dia dia dan dia bisa hidup bahagia sejak dia mebgenal dunia.
Aku bosan.. Tuhan..
Kenapa hanya aku yang merasa kayak gini?

Ibuku sangat aku cintai.
Apapun yang bisa buat dia tersenyum, akan aku lakukan.
Tapi.. saat ini..
Saat ini aku ga bisa memenuhin permintaannya.
Aku kecewa dengan diriku.
Tapi aku juga kecewa dengan semuanya.
Kenapa aku seakan ga diterima di keluarga kalau aku ga punya duit ?

Kakakku..
Kenapa ga bisa bersikap selayaknya kakak bagiku ?
Kenapa hanya bisa minta dan minta uang saja ?
Ga pernahkah ia tau, aku rindukan sosoknya.

Ku telusuri jalan setapak ini sendirian.
Tiada penopang ataupun arahan kemana aku harus berpijak.
Semua seakan menolak diriku yang tanpa uang.

"Brum.. Brum.."
Sebuah sepeda motor melintas di depan mataku. Sudah sejak lama aku menginginkan itu. Tapi kali ini, keinginan itu beda. Aku udah ngerasa ga ada yang peduli dengan diriku. Semua hanya peduli dengan uangku.

Aku ga kaya.
Aku ga punya tahtah.
Tapi mereka memaksaku untuk mengejar itu semua walau hatiku ga bisa.

Aku ingin hilang ingatan untuk sementara.
Aku ingin lakukan apapun yang aku suka hari ini saja.
Bagiku esok sudah tiada.
Bagiku hujan kali ini adalah airmata terakhir yang pernah ada.

Ku sebrangin jalanan yang mulai sepi itu.
Ku langkahkan kaki ini.
Berharap akan ada kendaraan yang ga menyadari kalau aku menunggu mereka menghempaskan tubuh ini.

"TraaaKkkk... "
Aku terhempas ke aspal.
Hampir saja tubuhku hancur terlindas truk yang sudah didepan mataku.
Ini bukan pilihanku untuk mengakhiri hidupku.
Aku hanya ingin lakukan apa yang aku suka hari ini.

"Aku takut.."
Teriakanku masih bisa terdengar di telingaku.
Sesaat terbayang wajah keluargaku yang tersenyum.
Mereka tersenyum karena aku ga akan ada lagi.
Tidak.. mereka tersenyum karena aku masih ada.

"Ta.. Ta.."
"Kamu udah bangun, sayang ?"
"Auw.. sakit.."
Aku belum bisa banyak bergerak.

"Bu.. kenapa Ibu sama kakak ada disni ?"
"Reta kenapa bisa di perban dan ini di.."
Kalimat ku terpotong dengan pelukan erat dan tangisan Ibu.


"Kamu sudah 3 hari koma."
"Syukurlah..sekarang kamu udah sadar."
Ibu masih saja menangis dan menangis.

Ku lihat disana, ia berdiri dengan senyuman.
"Marko.." Panggilku.
"Yaa.. Reta..Kamu ditabrak mobil lalu saat terhempas dan hampir dilindas truk, aku langsung menarikmu."
"Aku bahkan ga nyangka itu kamu."

Subhanallah. Hatiku tersentuh ya ALLAH.
Tadinya aku berpikir ga ada yang sayang padaku.
Tadinya aku berpikir mereka semua hanya butuh uangku.
Tapi sekarang... Tuhan.. makasi telah tunjukkan kebenaran padaku.

Ku rengkuh ibu dan meminta maaf nya.
Aku berjanji yaa Tuhan.Ga akan lagi mikir yang ga ga.
Aku sayang mereka, Tuhan.
Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan agar aku bisa membalas cinta mereka.


To : My Family n' my Beloved Prince
Tued, 23 June 2010. 04:49 AM

Tuesday, June 15, 2010

HATI HATI DENGAN DOSA DOSA KITA KEPADA IBU KITA...

HATI HATI DENGAN DOSA DOSA KITA KEPADA IBU KITA...
By Kembang Anggrek Today at 12:28pm

Sahabat, mungkin tulisan ini sdh pernah sahabat baca, biar kita membaca berulang kali tetap saja menghadirkan rasa yang membuat bulu roma berdiri, merinding. Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.

Pada akhir tahun 2003, sebelas malam istri saya tidak bisa tidur. Katanya, “Mas, mungkin saya kurang dibelai. Susah tidur.” Sudah saya belai-belai tapi tidak tidur-tidur juga. Akhirnya saya membawa istri saya ke Rumah Sakit Citra Insani yang kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi tidak ketahuan penyakitnya. Tidak ada hasil. Kemudian saya pindahkan istri saya ke Rumah sakit Azra, Bogor. Selama berada di Rumah sakit Azra, istri saya setiap malam minum 3 galon aqua.

Ya, 3 galon aqua. Karena badannya selalunya panas sehingga ia selalu kehausan; kehausan yang mencekik kerongkongan. Selama 3 bulan dirawat di Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.

Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke Rumah sakit Harapan Mereka di Jakarta. Ya, harapan mereka karena mahal, kalau harapan kita mah murah. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai 2,5 juta. Istri saya waktu itu langsung di rawat di ruang ICU.

Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dengan kabel yang disambungkan ke monitor untuk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu, penyakit istri belum bisa teridentifikasi, penyakit apa sebenarnya.

Kemudian pada minggu ke-tiga, seorang dokter yang menangani istri saya menemui saya dan bertanya, “Pak Jamil, kami minta izin kepada pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”

“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kepada saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”

“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”

“Berapa harganya dok?”

“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”

“Satu hari berapa kali suntik dok?”

“Sehari 3 kali suntik.”

“Berarti sehari 36 juta dok?”

“Iya pak Jamil.”

“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis untuk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”

“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kalau pak Jamil tahu, kami sudah mendatangkan perlengkapan dari Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tidak ketahuan.”

“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yang memeriksa dan saya akan berdoa kepada Rabb saya. Tolong dok dicari”

“Pak jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tidak juga menemukan penyakit istri bapak, maka dengan terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.

“Iya dok.”

Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua rekaat. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dengan menengadahkan tangan memohon kepada Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Rasululloh,

“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yang aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga engkau menguji aku dengan penyakit istriku yang tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yang aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”

Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yang pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga aku diuji dengan penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak 125 rupiah.

Dulu, ketika kelas 6 SD, Spp saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu Spp bulanannya adalah 25 rupiah. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “Jamil, kapan mbayar spp ? Jamil, kapan mbayar spp ? Jamil, kapan mbayar spp ?” malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang 125 rupiah di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. 75 rupiah untuk membayar Spp dan 50 rupiah saya gunakan untuk jajan.

Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yang aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dengan kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yang menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh dan tabungan saya hampir habis.Setelah itu saya menelpon ibu saya,

“Assalamu’alaikum ma…”

“Wa’alaikumus salam mil….” Jawab ibu saya.

“Bagaimana kabarnya ma ?”

“Ibu baik-baik saja mil.”

“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak ma ?”

“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dengan suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.

“Belum sembuh ma.”

“Yang sabar ya mil.”



Setelah lama berbincang sana-sini –dengan menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, mama masih ingat kejadian beberapa tahun yang lalu ?”

“Yang mana mil ?”

“Kejadian ketika mama kehilangan uang 150 rupiah yang tersimpan di bawah bantal ?”



Kemudian di balik ujung telephon yang nun jauh di sana, mama berteriak, (ini yang membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)



“Mil, sampai mama meninggal, mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),




“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada. Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu, dan memohon maaf karena uang yang sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama mil. Orang itu mencaci-maki mama mil. Orang itu menghina mama mil, padahal di situ banyak orang. rasanya mil. Mamamu direndahkan di depan banyak orang padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita mil tetapi mama dihinakan di depan banyak orang. SAKIT. SAKIT. SAKIT rasanya.”

Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan dan mendengar penderitaan dan sakit hati yang dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yang mengambil uang itu ?”

“Tidak tahu mil…mama tidak tahu.”

Maka dengan mengakui semua kesalahan, saya menjawab dengan suara serak,

“Ma, yang mengambil uang itu saya ma….., maka melalui telphon ini saya memohon keikhlasan mama. Ma, tolong maafkan jamil ma…., jamil berjanji nanti kalau bertemu sama mama, jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya ma, maafkan saya….”

Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,

“Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim….. Astaghfirullahal ‘Azhim…..Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”

“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”

“Mil, bukan kamu yang harus meminta maaf. Mama yang seharusnya minta maaf sama kamu mil karena terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tidak tahu kalau yang mengambil uang itu adalah kamu mil.”

“Ma, tolong maafkan saya ma. Maafkan saya ma?”

“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”

“Ma, tolong iringi dengan doa untuk istri saya ma agar cepat sembuh.”

“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan orang yang mengambil uangku karena ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yang lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu dan istri putraku ya Allah.”

Setelah itu, saya tutup telephon dengan mengucapkan terima kasih kepada mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib, dan pada pukul 11.45 wib seorang dokter mendatangi saya sembari berkata,

“Selamat pak jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”

“Apa dok?”

“Infeksi prankeas.”

Saya terus memeluk dokter tersebut dengan berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”

Selesai memeluk, dokter itu berkata,

“Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yang kami lakukan sama dengan sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankeas. Dan kami meminta izin kepada pak Jamil untuk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yang sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”

Setelah selesai, dan saya pastikan istri dan anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kepada mama bersimpuh meminta maaf kepadanya,

“Terima kasih ma…., terima kasih ma.”. Namun…., itulah hebatnya seorang ibu. Saya yang bersalah namun justru mama yang meminta maaf. “Bukan kamu yang harus meminta maaf mil, mama yang seharusnya minta maaf.”

Pesan pak Jamil di akhir kisah,

“Kalau kita punya kesalahan sama mama kita, maka mintalah maaf kepadanya, dan jangan menunggu waktu lebaran.

Kenapa istri saya sakit tidak kunjung sembuh dan uang tabungan saya habis ? karena itu terkuras oleh energi negatif saya berupa mengambil uang. Uang itu memang tidak seberapa, 125 rupiah namun karena energi dicaci, direndahkan dan diremehkan di depan banyak orang terkumpul menjadi satu dan itu sangat membuat ibu saya tersiksa, dan mungkin mendoakan kejelekan kepada orang yang mengambil uangnya, maka hal itu sudah cukup menguras uang tabungan saya dan ujian berupa sakitnya istri yang tidak kunjung sembuh. Energi negatif berbuah negatif dan energi positif berbuah positif.”

Kisah di atas disampaikan oleh pak Jamil Zaini (Trainer Asia Tenggara), Kubik, Jakarta. Dalam acara buka bersama dengan tema, “Inspiring the Spirit of Life.” Dan bertempat di madrasah al-Azhar, Solo Baru, 20 Oktober 2006.

Ali bin Abi Thalib pernah berkata, “Berhati-hatilah kalian terhadap do’anya ke dua orang tua karena do’a mereka bisa menambah rizki dan memulihkan penyakit, atau mendatangkan malapetaka dan mengundang bencana.”
(Thobaqotus Syafi’iyyah Al-Kubro : 2/328-329 dan At-Tawwabin : 1/237-241).


Sahabat,.. Beruntung sekali yang sekarang ini Kedua orang tuanya masih ada, Coba ingat ingat lagi.., dosa dosa kita kepada mereka..., datangilah segera mereka, mohonlah maaf pada mereka, mohonlah ridho mereka atas semua kesalahan kita, dari kecil hingga sekarang ini, baik yang sengaja ataupun tidak, mohonlah ampun pada mereka agar mudah jalan kita di dunia dan akhirat kelak..

Semoga Bermanfaat dan menjadi bahan perenungan untuk kita semua...

16 Juni 2010



Love you All Cause of Allah

♥♥ ♥♥

(¯`v´¯)

`·.¸.·´

¸.·´... ¸.·´¨) ¸.·*¨)

(¸.·´ (¸.·´ .·´ ¸¸.·¨¯`·. ♥♥ Al faqir Ilmu Nadia Saleh Alatas ♥♥



disadur dari : http://m.facebook.com/notes/kembang-anggrek/hati-hati-dengan-dosa-dosa-kita-kepada-ibu-kita/10150213446225570?rb19e4c88&refid=9&r35538ac1&m_sess=1bjnPB-dIu4hy3g

Thursday, June 3, 2010

Lirik Lagu Tunjukkan Padaku Sheila On 7

Lirik Lagu Tunjukkan Padaku
Sheila On 7

Tenangkan resahku saat langkahku terasa berat
Teduhkan jiwaku saat matahari bersinar terlalu pijar
Karena dirimu satu-satunya yang kuandalkan
Saat diriku tak mampu berdiri di sini sendiri
Ceritakan sayang
Hari-hari yang t’lah kau lalui
Katakanlah sayang
Semua hal yang kau benci dari diriku

Cobalah… cobalah…
‘Tuk mengerti keadaan ini
Aku rapuh… saat kau tinggalkan

Reff:
Tunjukkan… padaku…
Kau s’lalu mencintaiku
Jadilah pelindung bagi sayapku
Aku berjanji… aku berjanji
Selalu menemani langkahmu
Dalam setiap helai nafasmu

Bangunkan tidurku bila kau terjaga lebih dulu
Dan bergegaslah sayang kita isi makna
Indahnya hari ini