Friday, December 21, 2012

Ga ada Judul

Ketika cahaya mulai meredup dengan perlahan..
Keremangan mulai mengisi ruang ini..
Berbisik dalam diam dan merusak sisi otak kiri..

Mereka bertanya kenapa dan mengapa..
Tanpa bisa ku yakinkan, aku hanya menggeleng pelan atau menggangguk terpaksa..
Mereka berteriak mana jalan benar yang harus ku pilih..
Sementara aku terguguh sendiri melihat mereka memilihkan jalan hidupku..

Kamu siapa?
Masih dalam mimpi atau dunia nyata ?
Kenapa ga bisa membedakan yang mana rasa yang mana luka ?
Diamku bukan juga mengabaikan seolah semua ga pernah ada
Namun tersisip duka yang aku pahami tak berarti jika ku ungkap pada yang tak bisa merasa..

Kemudian..
Langkah ini berjalan lagi pelan..
Banyak kerikil tanpa dosa yang tertendang namun kembali di depan langkahku dengan tertahan..

Apa yang bisa ku gerakkan saat belenggu itu makin erat ?
Perasaan hina yang semakin pekat ?
Ataukah keterpurukkan yang mulai mendekat ?

Aku punya mata..
Aku juga punya hati..
Punya rasa yang bisa menentukan langkah ini walau seringkali jatuh seakan ga bisa berdiri sendiri..
Tapi cahaya itu menyilaukan mata lagi..
Menari-nari sementara aku terperosok ke jalan yang lebih kelam dari ini..

Dan..
Pikiranku berlomba-lomba untuk menyalahkan kalian..
Mencari-cari pembenaran dari diri agar rasa bersalah itu pergi..
Memejamkan mata seolah esok pagi ga datang lagi..

Dan..
Mungkin ada baiknya aku katakan kini..
Aku lebih memilih agar tak terlihat lagi..


~20121222
~02:31 AM

Tuesday, September 25, 2012

Bintang Kecil Disini

Aku merangkak keluar dari relung yang mengurungku untuk bebas berjelaga
Menanti fajar dalam dingin lalu berkhayal akan kisah seperti cinderella
Melihat ke atas sana..
Ternyata kau masih berpijar walau pekat malam sedang menyelimuti sinarmu

Aku bintang kecil disini...
Mendapat bagian sinarmu ketika dunia merasa kau harus menutupi dirimu
Apa memang harus selalu begitu ?

Ah.. sebentar lagi fajar datang..
Cahaya yang kau bagikan untukku pun akan pudar dan menghilang
Akankah mimpi ini hanya tercipta ketika malam tiba ?
Saat aku sedang menutup mata dan merasakan cahaya ini milikku sepenuhnya ?

Malam bercerita tentang tangguhnya dirimu menjaga dunia
Memberi kehangatan dan senyum setia setiap pagi kepada siapa saja
Bahkan ada yang mencintaimu melebihi aku yang cuma bisa terpaku
Akankah ini memang cerita sebuah bintang yang menginginkan cahaya matahari hanya tertuju padanya ?

Malam kian larut
Seorang anak kecil yang memegang sebuah boneka melihatku dari bawah sana
Dia tersenyum dan berdoa
Lalu ku sadari hanya aku lah yang menemaninya di setiap malam sepinya
Apa aku ini bintang bodoh yang tak menyadari anugerahnya ?
Kenapa dengan melihat senyumnya aku merasa tertusuk lalu jatuh dan berubah menjadi manusia ?

Ah.. lagi-lagi ini cuma perasaanku saja
Memainkan inti dari semua pergolakan yang sedang aku rasa

Fajar hampir tiba
Cahayanya menggelitikku untuk kembali memujanya
Tapi ini juga berarti aku harus melupakan anak dengan boneka itu

Sudah tidak ada waktu lagi..
Aku sudah tidak boleh disini lagi saat mentari tiba nanti..
Dan aku harus pergi..
Mungkin ketika malam datang lagi..
Aku akan kembali melihat anak dengan boneka itu dan memberikan semua senyum yang ku miliki



Jakarta, Rabu 26092012
9:10 AM

Wednesday, August 29, 2012


Hai.. imajinasiku mulai meninggi lagi
menggantikan kesepian yang mendadak datang ketika ku sendiri malam ini
melihat tanpa bisa berbuat apa-apa,
mendengar seolah tak peduli dengan apa yang terjadi,
merasa namun dipaksa agar menganggap itu ga nyata,
berlari walau tetap akan kembali,

semuaa gelap..
hilang dalam bayangan malam yang pekat
terhempas dalam rutinitas..

Thursday, May 24, 2012

Okay

Okay.. Saat ini gw bisa ngerasa ga suka ama keadaan, padahal tanpa keadaan yang berubah-ubah hidup gw bakalan ga ada warna.
Okay.. Saat ini gw lagi ga suka sama seseorang, tapi apa gw pernah berpikir, apa yang orang ga sukai dari diri gw ?
Okay.. Hidup mereka mewah sekali.. Lalu apa dengan kehidupan seperti itu, lo bisa mengimbanginya ?
Okay.. Mereka punya hidup sempurna di mata lo, terus apa hanya karena itu, lo hanya bisa membanding-bandingin hidup lo dengan hidup mereka ?
Kita masing-masing punya skenario sendiri, ada ketika ortu kita yang merasakan semua dari bawah, ada ketika kita yang merangkak dari bawah, tapi yakinlah, memaknai hidup dari bawah itu lebih indah dan lebih banyak menyediakan lahan kosong yang terus bertambah untuk mensyukuri segala nikmat-nya
Okay.. Lo mau have fun melupakan segala yang lo pikir masalah lalu mengeluh sana sini saat lo liat mereka bagaikan raja yang mempunyai istana ? Tapi lo lupa, ketenangan ga akan lo dapet dari mana-mana kecuali dari Nya
Hey.. Nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan ? Jangan hitung apa yang hilang, tapi hitunglah apa yang datang selama ini
Percayaa.. Cuma itu kunci yang harus lo pegang, dengan percaya lo bakal ngerti yang namanya usaha dan berhentilah mengucap kata ga suka
Okaay.. Malam kian larut.. Syukuri nikmat hari ini, jangan gampang men-jugde itu salah.. Mari.. Belajar syukur dan ikhlas karena itu lah ilmu tersulit dalam hidup ini


Also, remember that the best way to learn is to practice a lot the concepts

Thursday, April 26, 2012

Saat gw lagi kesel

Saat gw lagi kesel sama seseorang, ternyata gw bisa nulis begini.. Hahaa.. suka banget ama kata-kata ini.. Intinya ni tulisan buat orang yang sombong banget di depan gw. Tolonglah, jangan nganggap orang laen remeh begitu. . Gw kesinggung woii.. Haha..

Dia boleh ngerasa yang paling diantara yang lain, apalagi jika dibumbui dengan racikan kata-kata yang membuatnya semakin bernaluri mengepakkan sayap lebih tinggi.. tapi dia juga harus mengerti, suatu saat sayap itu bisa rapuh dan lelah oleh waktu.. jadi selalu nikmati waktumu.. dan lupakan topeng-topeng di depanmu.. setiap makhluk punya jalan ceritanya sendiri, lalu cobalah mengukir skenario hidupmu dengan caramu sendiri :D

-AJ-
 

Sunday, April 8, 2012

Akuu

Papa dan mama bertengkar lagi. Suara-suara keributan mulai memenuhi ruang depan. Tak ada teriakan atau kata-kata kasar yang terlontar, hanya dentingan piring atau kaca yang terhempas dari tempatnya berada. Aku berusaha tidak mendengarnya, menutup telingaku dengan earphone dan menyalakan lagu dengan volume tertinggi. Berpura-pura seolah semua baik-baik saja dengan mengunci pintu kamarku rapat-rapat lalu merebahkan diri di atas kasur yang menungguku dari tadi. Ini bukanlah yang pertama kali dan aku selalu melakukan hal yang sama setiap kali hal ini terjadi.

Bertahun-tahun berlalu, tapi tak ada kejelasan hubungan di antara mama dan papa. Aku semakin tak terlihat di mata mereka. Hidupku pun mulai tak terarah. Mencoba menjadi seseorang yang tak menerima siapa saja dan berteman dengan music yang hampir selalu terdengar di telingaku. Tapi hari ini aku akan mulai hidup baru, rasanya kehidupan duniaku akan jauh dari suara dentingan kaca dan piring lagi. Hari ini, saat aku melangkah pergi menuju sekolah, seperti biasanya aku mengabaikan sekitarku. Melangkah tanpa tau akan ada yang terjadi pada hidupku dan aku selalu ditemani oleh earphone kesayanganku.

"Sreeeeeeet...... BRAKKKKK..."
Hanya suara itu yang aku ingat lalu semuanya menjadi gelap. Kebisingan di sekitarku seakan berdenging pelan dan tak mengubah keadaanku. Darah masih mengucur dari pelipisku, tangan kanan ku patah dan aku sama sekali tak bisa menggerakkan semua anggota tubuhku. Aku bahkan tak bisa menyentuh tubuhku lagi. Aku hanya bisa merasakan sebuah sentuhan di pundak kanan dan kiriku. Mereka bersayap indah dan tersenyum ramah, memberikan kedamaian di saat aku sendiri tak mengerti apa yang terjadi pada tubuhku.

Polisi mulai berdatangan, orang-orang berseragam putih-putih mengangkat dan membawa tubuhku kedalam sebuah mobil berwarna putih. Aku ingin menahan mereka, tapi aku sungguh tak bisa berbuat apa-apa. Aku bahkan tak bisa mengeluarkan suara sekecil apapun.

Mereka yang berdiri di samping kanan dan kiriku membawaku terbang jauh. Jaaauh.. hingga hanya cahaya terang menyilaukan mata yang terlihat di mataku. Mereka tersenyum lalu pergi menjauh dan aku kembali sendiri lagi.

Diatas sini, aku melihat satu catatan kecil yang masih kelihatan baru. Ku ambil pelan-pelan, lalu kubaca dalam hati.

~.......
~.......

Tidak, ternyata ini catatan perjalanan hidupku. Aku akan memiliki orang tua baru di dunia serba putih ini.
Tidak, aku tidak mau walaupun aku terlalu sering mengeluh tentang orang tuaku.

Samar-samar ku lihat dua sosok yang berjalan sambil bergandengan tangan ke arahku. Aku mengenalinya, karena mereka adalah dua sosok bersayap yang tadi menjemputku saat kecelakaan itu.

Punggungku sedikit-sedikit mulai terasa panas, seakan-akan sepasang sayap ingin keluar lalu mengajakku terbang tinggi meninggalkan papa dan mama.

Tidak.. mereka mulai dekat sekali denganku dan kurasakan sayap itu mulai bergerak-gerak dari punggungku.

Ku lihat sosokku dari air sungai yang mengalir di kakiku. Akuu.. aku benar-benar indah dengan sayap putihku..

Tangan mereka bergerak-gerak berusaha menggapaiku disini. Aku menjerit namun tak terdengar apa-apa. Sedikit lagi, sedikit lagi mereka mampu menyentuh tanganku. Aku...

Tidaaaak..
Tidaaaak..
Aku menjerit lagi dengan sekuat tenaga, tapi yang kudapat hanyalah bentakan dari mama, karena ternyata aku hanya mengalami bunga tidur.

~Hehe

~Just remember, Mom

ALHAMDULILLAH.. I have a great mom. The strong mom. The lovely mom.
Yes, indeed I ever have some problem with u. I won't talk a cheap. That day, I'm so hard talk to you. I never knew what you're thinking before. But today, as soon as I feel you are strong, mom.. Hope I can to be great mom like u.

Malam ini, entah malam yang ke berapa lagi aku duduk sendiri disini. Di ruangan sepi dan lagi-lagi tanpa dirimu disisi. Malam ini, telepon ku berbunyi lagi. Ku lihat namamu tampil di layar handphoneku. Dengan enggan aku angkat dan ku dengar suara letihmu lagi. Entah, sudah berapa kali aku merasa enggan seperti ini. Tapi, seakan mampu membaca nada bicaramu, aku mengerti, Bu.. Ada banyak gelisah yang kini mengganggumu, ada banyak air mata yang kau sembunyikan di sudut matamu. Saat semua orang mampu melemparkan kesalahan kepadamu dan berkata semau mereka terhadapmu, kau hanya tersenyum kecil seolah anakmu ini hanya sedang tidak mengerti keadaanmu. Kantung matamu semakin besar, Bu. Ku lihat dengan lirih kau mencoba membuang semua kekhawatiranmu. Mencoba melukis pelangi setelah hujan di sore ini, mencoba menghiasi langit sunyi dengan warna jingga yang teduh dan mendamaikan mata yang melihatnya.

Aku sedikit demi sedikit mengerti bagaimana rasanya sendiri tanpa ada tempat berbagi, bagaimana rasanya perih ketika tak ada yang sedikitpun membela diri. Bagaimana menyembunyikan dan menggantungkan air mata walau sudah sangat ingin tumpah.

Demikian kuatnya  Ibu. Demikian sabarnya Ibu. Demikian banyaknya air mata yang jatuh tanpa kami ketahui. Demikian banyaknya kami melemparkan kesalahan ke Ibu demi untuk kami merasa selalu benar. Demikian tak mampunya kamu untuk mengerti keadaan hati Ibu. Demikian mudahnya kami melontarkan kata-kata kasar hingga bentakan kepada Ibu. Demikian sangat tak membantunya diri kami saat Ibu merasa benar-benar gelisah akan dunia yang mengombang-ambingkan kami.

Tuhan.. jagalah selalu Ibu kami di setiap saat, terutama di saat kami sedang tidak berada disampingnya untuk menjaganya. Aaaaamin.

~Just remembering Mom
Minggu, 8 April 2012 11:40 PM

Sunday, March 11, 2012

~

Ide itu bisa dicuri, dimanipulasi, bahkan bisa sama dengan orang lain.
Ohh ohh Ohh.. tapi kalau belum sempet nyobain cari ide.. itu baru namanya chicken !!!

Friday, March 9, 2012

I'm Invisible

Hai kamu..
Mau temenin aku ngopi bentar ? Ya sekalian berbagi rahasia sedikit.
Apa ? Kamu ga tau aku ini siapa ?
Haha. Wajar si, aku ini memang si invisible. Seorang pahlawan yang cuma bisa sembunyi-sembunyi. Yang baru melepas jubah rahasia yang dipinjamin Harry Potter jika Supermen atau Batman sudah kalah.
Kamu masih ga menyadari siapa aku ? Aku juga seringkali menjadi pemeran pengganti di beberapa film dunia.
Tapi ya sudahlah.. yang penting kamu tau aku ga mau invisible kalo di depan kamu.

Hey.. aku juga ga biasa mengacungkan jari saat mereka semua berlomba terlihat di depan media.
Aku juga ga pernah merasa menggunakan barang mewah sehingga mata-mata mereka dapat melihat itu adalah kewajiban yang harus ada.
Aku lebih suka seperti ini.
Kamu keberatan ? Kalau kamu memang merasa keberatan, aku bisa menyihirmu agar kamu dapat melupakan apa yang terjadi hari ini.
Atau mungkin juga dengan ramuan yang lain.
Tapi jelas tidak dengan ramuan yang membuatmu menyukai aku.
Haha.. aku memang bodoh. Tapi karena itu lah kamu bisa mengenalku.

Berapa lama kita saling mengenal ?
Ooops.. maaf aku salah.. maksudku berapa lama aku mencari sela agar bisa mengenalmu.
Oke.. kamu ga perlu bilang kalo kamu ga pernah liat aku sekalipun.
Karena memang aku yang selalu memandangimu dari jauh dengan ketidakberadaan diriku di matamu.

Aku melihat loh.. saat dia mencoba untuk mengenalmu lebih jauh
Mungkin saja saat ini ternyata kamu memang telah memilihnya
Tapi bukan berarti aku harus menghilang meskipun aku ga berarti apa-apa
Karena aku juga tau aku ga akan bisa lama-lama menampakkan wujudku di hadapanmu.

Kau lihat mentari sore yang mulai beranjak meninggalkan singgasananya ?
Pernahkah sekali kau menyapa kedatangannya ?
Menyadarinya bahwa dia telah menerangi harimu dengan senyumannya ?

Atau sang awan putih yang tinggi disana ?
Sadarkah kau bahwa dia berusaha menutupi mentari agar kau nyaman di bawahnya ?
Atau saat sang awan menangis membasahi bumi ketika kau tak sedikitpun menoleh saat dia berhasil menutupi sang mentari ?

Aduh.. harusnya aku tak boleh berkata seperti ini tentang mereka
Karena aku sungguh tak pantas dibandingkan dengan mereka
Maafkan aku awan,
Maafkan aku mentari,
Aku hanya agak sedikit iri
Kenapa aku ga bisa bersikap sekuat kalian saat aku merasa sendiri
Dan maafkan aku wahai kamu yang mencoba mencerna kata-kataku,
Seperti yang ku bilang di awal kita bertemu,
Aku hanya ingin kau menemaniku minum kopi sambil berbicara tentang rahasiaku

Baiklah,
Sebentar lagi sang mentari harus pergi dari singgasananya
Aku harus menyimpan cahayanya agar bisa kembali aku sebarkan di esok pagi
Aku juga harus menebarkan sedikit rona jingga saat aku menyimpan cahayanya dari muka bumi

Aku..
Aku ingin seperti mentari,
Pagi tersenyum menyambut kedatangannya yang menghangatkan dan menerangi
Sore menangis dengan warna jingga saat melepas dia pergi

Aku..
Aku hanyalah makhluk yang berusaha, keajaiban itu ada pada diriku

Tak apa,
Terima kasih sudah menemaniku minum kopi sore ini
Aku tak bisa bicara banyak, karena hari semakin sore

Tak apa,
Tak apa jika aku masih belum terlihat di matamu

Aku akan menunggu hingga sayapku bisa tumbuh

Mungkin sekarang aku hanya ulat kecil yang berjalan lemah di atas daun pohon di sebelah teras rumahmu
Kau pasti ketakutan atau bahkan membunuhku kalau aku berusaha mendekatimu lebih jauh

Tapi, terima kasih teman..
Untuk saat ini aku ingin kita berteman dulu,
Sebentar lagi aku akan makin ga kelihatan karena masa hibernasiku di dalam kepompong akan segera datang..
Lalu saat aku kembali memintamu meminum kopi di sore yang lain,
Kau akan terpesona akan keindahan diriku..
Atau mungkin kau akan mulai mencintaiku..
Mencintai aku seorang putri kupu-kupu yang belum terlihat karena di lempar ke bumi dalam wujud ulat kecil

Baiklah,
Waktuku sudah habis..
Sudah saatnya rembulan bertugas..
Semoga kelak kau bisa mencintaiku..
Aaaamin..

Panggil Dia Melati

Ayam bersahut-sahutan menyambut datangnya mentari pagi, berlari-lari kecil di dalam kandang untuk dibebaskan dan diberi makan oleh pemiliknya. Tapi tentunya kau juga tau, hari masih gelap. Beberapa orang baru bangun karena keributan kecil di luar sana. Beberapa cahaya mulai melukiskan nelangsa kuning kemerahan yang memecah kegelapan.

Lihat, sudah jam 4 lewat. Tetapi aku masih belum bisa memejamkan mata sedikitpun. Pikiranku kalut sekali. Di depanku, seseorang yang cantik sedang terlelap dengan senyum kecilnya. Membuatku semakin merasa bersalah dengan apa yang ku lakukan kemarin malam. Aku sedang di rumah sakit, menungguinya yang belum sadar sejak kemarin dan aku ga tau apa ini benar salahku atau kecelakaan yang sudah ditetapkan dalam hidupnya.

Panggil dia Melati. Seorang gadis manis dengan rambut panjang menjuntai hingga punggungnya. Tipe gadis ceria yang selalu membuat orang lain betah berlama-lama bersamanya. Seseorang yang banyak dipuja oleh lelaki di luar sana, dan termasuk juga aku yang terlalu lama memendam rasa namun tak pernah kuasa untuk ku ungkapkan.

Dia hidup sendiri di kota ini, mencoba mengadu nasib saat gadis seusianya sedang asyik memilih universitas yang diimpikan, saat gadis seusianya sibuk memamerkan pasangan mereka. Dia mulai berusaha bekerja, mencari nafkah agar orang tuanya dapat hidup layak di kota terpencilnya. Namun sayang, baru saja dia hendak melangkah menemui nasib baiknya, tepat 1 malam sebelum keberangkatannya, rumahnya habis dimakan api. Kedua orang tuanya menjadi korban dan dia hanya mampu menangisi kepergiannya. Berpegang pada tekad bulatnya, akhirnya dia tetap melanjutkan perjalanannya menuju keluarga tantenya di kota ini.

Oh.. dasar nasib memang sedang tidak baik atau karena kebaikan membutuhkan perjuangan extra, ternyata keluarga tantenya sudah lama pindah dan entah sekarang berada dimana.

Dia, entah apa lagi yang ada dipikirannya, dia akhirnya memutuskan untuk tetap tinggal di kota ini. Ya Tuhan.. sebenarnya kota apa yang dia tuju ? Ataukah sebenarnya dia salah kota ? Yaa.. sepertinya jalan setapak yang dia lewati berbeda jauh dengan foto yang terakhir kali dikirim oleh tantenya dan akhirnya dia menyadari bahwa dia memang salah kota. Dia menangis sendiri mendapati dirinya terbangun di antara hutan-hutan. Oh.. ini bukanlah hutan biasa. Aku tinggal di sekitar hutan itu.

Dengan ragu-ragu namun sedikit terpesona, aku menyapanya. Aku mulai menyadarkannya bahwa tak jauh dari hutan ini, ada sebuah kota yang aku tinggali. Dia tersenyum dengan rasa percaya. Suatu ketulusan yang jarang kubaca dari manusia biasa.

Tak berapa lama kami berjalan dengan sedikit bicara. Tidak, bukan dia yang tak banyak bicara. Aku lah yang lebih banyak diam karena aku tak tau harus bicara apa.

Gemerisik angin menerpa batang pohon di depan sana, dia sedikit takut dan melompat ke arahku. Saat itu juga mata kami tak sengaja bertemu. Dan entah, mungkin sejak itu aku mulai menyimpan rasa untuknya. Yaa.. aku tau apa asal suara itu, aku hanya melambaikan tangan dan segera saja suara itu menghilang.

Kami terus berjalan hingga bangunan-bangunan indah terpapar indah di depan mata.

“Itu rumahku.”

Aku menunjuk ke istana di depan sana, namun aku tak mungkin mengatakan itu istana. Mana mungkin manusia ini percaya begitu saja.

“Waaw.. tapi kenapa dinamai Istana Bunga ?”

Melati menanyaiku, namun aku hanya tersenyum kecil lalu meninggalkannya bersama adikku.”

Bumi menangis ketika kakinya melangkah memasuki istanaku. Sungguh aku ga tau apa maksudnya. Aku merasa ini hal biasa, akan tetapi.. air mata bumi kali ini berwarna merah muda, senada dengan gaun yang digunakan Melati saat ini. Dia tampak seperti seorang putri bagiku.

Raja dan Ratu sedang pergi ke balik bukit, mungkin sedang bicara dengan sang Kumbang, begitulah kata dayang-dayang.

Makan malam tiba, Melati duduk di depanku. Aku makin merasakan hal yang tak biasa dengannya. Aku ini pangeran dari sejenis bunga Melati, tapi aku dinamai Raymond. Pangeran Raymond. Tidak salah kan kalau aku menyukai manusia bernama Melati ini ?

Gemerlap bintang memenuhi ruangan makan, ditambah dengan keharuman luar biasa yang lebih dari biasanya. Tiba-tiba terompet di tiup tiga kali. Tentu, ini adalah tanda kedatangan raja dan ratu kami. Raja dan Ratu Flowers.

“Uhuk.. uhuk.. maaf, sepertinya perjalanan ke balik bukit menyebabkan aku sedikit batuk.”

Raja bicara sambil terbatuk-batuk.

“Terima kasih telah menjemputnya, Raymond. Kau pintar sekali untuk tidak kelihatan mencolok di depan Melati.”

Ratu tersenyum setelah mengucapkan kata-kata itu, namun aku makin tak mengerti. Makan malam dilanjutkan, tapi ucapan Ratu tak dilanjutkan, beralih ke pembicaraan lain yang membuatku semakin penasaran.

~Bersambung ga ya ? Hehe

Wednesday, March 7, 2012

The Story of Sushi

video punahnya ikan karena banyaknya ikan di tangkap untuk membuat sushi..
videonya keren :D

The Story of Sushi from Bamboo Sushi on Vimeo.

Thursday, March 1, 2012

Question for today

Kalau kau mulai jengah dengan jalan hidupmu sendiri, lalu berupaya ingin berbelok namun merasa makin tersesat, apa lah yang bisa kau perbuat untuk menolong dirimu ? Tentunya tanpa harus dikasihani oleh orang lain di sekitarmu.

Kalau kau masih bertanya-tanya di persimpangan macam apa sekarang kau berdiri, lalu tak ada panah penunjuk arah yang mampu meyakinkan kau kemana harusnya kau meneruskan perjalananmu, apa yang harus kau putuskan ?

Kalau kau merasa tak ada yang menyemangatimu dalam hidup sedihmu, lantas apa semua usahamu akan selalu bergantung dengan keberadaan mereka di sisimu ? Sementara yang menjalani dan merasakannya adalah kau sendiri. Tidakkah kau merasa kau tak patut di kasihani dengan cara seperti itu ? Kau adalah kau. Bukan kau ada karena semua semangat yang mereka berikan itu ada.

Ketika kau tau jalan keluar dari masalahmu, tapi kau mengeraskan hati untuk mengambil masalah baru, tidakkah pernah kau pikirkan, bagaimana menyelesaikan suatu masalah ? Bukannya menumpuknya lalu mengabaikannya hingga kau merasa tak berguna.

Ketika kau tau merasa kau tak sanggup, akankah kau berhenti lalu mencari celah untuk menggantinya dengan yang baru, sedang kau tak tau bahwa kau hanya merasa jenuh semata.



You never know how close you are.. Never give up on your dreams!

Dan masalahku sekarang, Apa mimpiku ? Apa aku bahagia ? Bahkan aku sendiri tak tau bagaimana perasaanku sekarang. MENYEBALKAN. 

Tiba-tiba terpikir olehku untuk menjadi seorang translater di penerbit, biar aku sekalian bisa membaca novel-novel fantasy dari luar, terutama tulisan Rick Riordan. HAaha.. Mengapa ? Karena aku sedikit kecewa dengan terjemahan Mizan, kadang-kadang bahasanya ga nyaman dibaca. Hahaha.. Gimana ? Gimana ? Sampai kini aku tak tau apa yang bisa membuatku bahagia :(

Happy lucky day !!!
Tikaa~

Monday, February 27, 2012

Krak Krak #Judul aneh

Aku harus bangun pagi hari ini. Seperti biasanya, aku melakukan rutinitas yang sudah aku jalani selama 3 tahun ini. Berangkat ke sekolah. Aku pun mulai bersiap-siap sambil menggigit roti bakar buatan Ibu. dan hey.. aku menemukan pesan di atas meja makan. Ibu tak akan ada di rumah selama seminggu ini. Baru saja aku hendak melonjak kegirangan, samar-samar aku membaca di pesan Ibu bahwa nanti sore Tante Mila akan datang menginap dan menjagaku hingga Ibu pulang bulan depan.

Aku sedikit kecewa. Bukankah aku sudah bisa mengurus diriku sendiri ? Kenapa harus tante Mila si ? Huuf.. aku mulai mengomel sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul 7. Saatnya aku berangkat sekolah. 

Ku hampirin meja belajarku. Mencari-cari kacamata yang biasanya aku gunakan, tetapi tak kutemukan disana. Terpaksa, aku sembarang mengambil kacamata yang ada di meja belajarku. Entah itu punya siapa. Yang jelas aku harus berangkat sekolah sekarang. Jika tidak.. tamatlah aku.. aku pasti disuruh berlari keliling lapangan.

Ku tarik sepatuku. Ku pasang kaos kakiku dan pelan-pelan ku masukkan kaki ku ke dalam sepatu.

"Siap", pikirku.

Kemudian aku mengambil kacamata itu, lalu memakainya. Ku buka pintu dan aku berjalan dengan santai sambil menghirup udara pagi yang masih sedikit tersentuh oleh polusi.

Langkah kakiku rasanya biasa saja. Aku biasa melangkah dengan jarak yang seperti ini, tapi kenapa aku merasa semua jadi berbeda ? Setiap aku melangkahkan kaki, setiap itu pula aku seakan hilang keseimbangan. Setiap aku menengok kanan dan kiri, ada sedikit rasa merinding melihat di sekitar. Dunia apa ini ? Kenapa mereka semua bertanduk dan bersayap ? Bukankah aku berjalan ke arah yang biasanya ?

Langit berubah menjadi kelabu. Rintik mulai membasahi jalanan yang mulai ramai. Aku masih bingung, ada apakah dengan mereka semua ?

"Krak.. Krak.."

Suara mereka terdengar seperti burung gagak yang bersenandung sedih dan entah kenapa aku mulai mendengarkan bisikan-bisikan lembut di kepalaku. Ku cari kesana kemari asal suara itu, tapi yang ku temukan hanya mereka yang bersosok manusia namun bertanduk dan bersayap.

Aku mulai merinding. Langkahku mulai patah-patah. Sesekali aku hampir jatuh dan teregelincir di jalan yang licin ini.

Ku lihat arloji di tangan kiriku. Aku harus lari ke sekolah atau pulang ke rumah ku ?

Semakin aku berputar mengelilingi jalan ini, semakin aku tak tau harus kemana tujuanku.

"Krak.. Krak.."

Sesesok makhluk itu mulai mendekatiku. Aku mundur perlahan-lahan. Mencoba mencari apapun yang bisa aku lemparkan padanya.

Kulitnya tiba-tiba meleleh, matanya kian merah dan menatapku seakan aku ini santapan lezat. Dia berjalan compang camping. Ku perhatikan, makin lama tulang putihnya terlihat.

Dia mendekat. Aku memutar otak.

Dia semakin mendekat. Aku tak bisa pergi dan menjauh.

Baunya semakin tajam di hidungku. Membuat semua isi di dalam perutku seakan ingin keluar.

"Krak.. Krak.."

Kini kakiku keluh. Aku benar-benar tak bisa keluar dari sini. Dia.. Dia.. sedikit lagi bisa menyentuh kulitku. Aku..



Don't judge book from the cover

Yes. Yes.. Dari lubuk hatiku yang paling dalam getaran itu makin menyesakkan, membuatku ingin berpetualang dan terbang dalam buaian angin malam ini, melambungkan harapan tinggi hingga ku yakin pasti aku tak salah mengartikannya lagi.

Aku sangat menantikan hari ini. Walaupun sudah sekian kali dia memberiku beribu janji, tapi tak apa hati ini selalu sabar menanti kepastian yang dia beri. 

Dia, seseorang yang ku kenal hampir setahun yang lalu. Seseorang yang tak pernah aku duga akan mampu menggelitik bunga-bunga cinta yang kini siap berkembang kapan saja. Oh Tuhan.. aku selalu mendoakannya setiap malam. Masih ku ingat dengan jelas, malam itu kami sempat beribadah bersama. Suaranya yang lantang menyenandungkan kalimatmu, semakin membuat hati damai dan sedikit yakin dia bisa menjadi salah satu pilihanku.

Aku mengenalnya, tapi memang tak terlalu banyak yang ku ketahui dari dirinya. Yang aku tau pasti, dia baik dan taat pada agama, sosok yang ku nantikan bisa menjadi pendamping dalam hidupku. 

Aku tak melihat harta yang dimilikinya, walau aku sedikit-sedikit tau dia mempunyai jabatan di tempat kerjanya. Aku tak melihat parasnya, karena saat kau melihatnya pun kau tak kan langsung bilang "Wah.. cakep !!!" lalu cekikikan mencoba mencuri perhatiannya. Aku tidak begitu. Sekali lagi ku tegaskan. Aku tidak begitu.

Hari minggu akhirnya tiba juga. Kau tau badanku sedikit berisi. Terkadang aku tak terlalu menyukai postur tubuh seperti ini. Aku rela, kawan. Aku rela melenyapkan kebiasaan makan malamku dan mengurangi porsi makanku demi agar aku terlihat sempurna di depannya. Agar dia sedikit terpesona setelah sekian lama kami tak berjumpa. 

Aku anak mama ? Tentu saja, mamaku sangat memanjakan aku sehingga di usia hampir seperempat abad pun aku masih selalu di samping mama.

Tapi hari ini tidak. Hehe. Hampir sepanjang malam aku tak bisa memejamkan mata. Hari ini dia tiba dari kotanya, mengunjungiku, itu katanya. Kangen aku ? Tentu saja dia pernah bilang begitu. Jadi menurutmu, pantas kan kalau aku makin berharap padanya ? Dan tentu saja dia seringkali mengingatkanku makan dan ibadah. Sungguh, setitik demi setitik akhirnya hatiku semakin penuh dengan harapan untuk bisa menjadi pendampingnya. Dan lagi, aku tak bisa berbohong pada mama dan sahabat-sahabatku kalau aku sangat mengharapkannya datang kali ini untuk melamarku. Melamarku ? Ahaha. Kau baca saja ceritaku ini.

Kami mulai berjanji bertemu di tempat wisata di kota ini. Kami memang tak bergandengan tangan apalagi mengungkapkan perasaan yang kami pendam. Suaranya pun terdengar sangat memberiku harapan. Jiwaku bergejolak saat dia dengan seringnya mengambil foto-fotoku. Oh.. aku sendiri tak menghitung berapa kali dia menjepretku dengan kameranya itu. Dan dalam pertemuan kami kali ini, aku tak bohong.. aku merasa perlu tau seperti apa dia yang sebenarnya. Perlu kau tau, dia sahabat baiknya sepupuku dan karena itu, aku selalu yakin dia pantas mendapatkan perhatianku. Cinta, apakah sebentar lagi aku akan membangunmu dalam suatu mahligai rumah tangga ??? Aku sangat berharap, Tuhan.

Hari hampir berakhir. Sudah senja. Waktunya aku berpisah dengannya. Mungkin besok kami masih bisa bersama seperti hari ini. 

Tak apa walau tanpa kata cinta. Tak apa walau hanya sebentar saja. Dari pertemuan hari ini, aku sangat yakin dia pantas aku cintai.

Ku lihat handphone yang ku geletakkan di atas meja kamarku. Ingin ku ambil lalu ku telepon sepupuku disana. Aku tak ingin bercerita tentang hari ini. Aku..

"Rttt..."
"Rttt..."

Handphoneku berbunyi tepat saat aku menyentuh handphoneku.

Ya. Aku sangat senang. Ternyata dia yang meneleponku. Tapi..

"Boleh aku pinjem uang Rp.500.000 buat benerin kamera ?"

Hm.. aku tertegun sebentar. Aku bingung. Rasanya tak mungkin kamerany rusak begitu saja. Bukannya tadi dia sangat asyik mengambil foto ? Atau karena terlalu banyak foto-fotoku ? Ahaha.. aku tak sampai berpikiran seperti itu.

Aku tak pandai mencari alasan. Aku.. akhirnya menjawab iya saja sambil setengah bercanda.

Akhirnya telepon darinya berhasil aku tutup dan sekarang tinggal telepon Kak Budi, sepupuku.

Aku dengan ceria bukan main dibumbui dengan sedikit salah tingkah, akhirnya mampu mengucapkan sepatah kata kepada Kak Budi.

"Kak, dia itu seperti apa ?"

Kak Budi diam kemudian berkata..

"Suruh dia jujur."

Aku sontak terkejut dan terus memaksa Kak Budi, namun pada akhirnya..

"Yang kakak tau, dia mau menikah sebentar lagi."

"Klik."

Telepon selesai. Entah seperti apa rasanya saat itu. Sumpah, air mata ini sudah menggantung di sudut mata, tapi aku tetap butuh kejujuran dari dia. Dia terlalu memberi harapan tinggi untukku.

Persis di saat aku bertanya..

"Ya, tapi hubunganku dengannya sedang tak baik."

Aaah.. mulai detik itu juga, aku tak pernah menghiraukannya lagi. Air mataku memang sempat tak berhenti. Menangisi lelaki yang mempermainkan perasaan hatiku. Aaahh tidak.. Bodoh sekali aku yang hanya melihat sisi luarnya saja. Aaaaah.. rasanya teriak pun sudah percuma. Hatiku sudah terlanjur di robek-robek oleh tingkah lakunya. Aku ini apa ? Mengapa ? Kalau kau sudah punya dia disana, kenapa kau memberiku harapan indah ?

Kau lihat pelangi disana ? Warna-warna yang ada itu karena kau ada dalam setiap langkahku. Kau selalu menyanyikan aku lagu cinta, mengirimkan puisi berisi janji-janji indah, dan melukiskan perasaan yang sungguh.. aku kira itu yang paling sempurna.

Kau lihat secercah kerlip di langit itu ? Kerlip itu memang ku jaga agar tak pergi sehingga janjimu akan benar adanya dan aku menantikan itu hingga kerlip itu menjadi cahaya yang berpijar terang.

Kau tau bagaimana perasaanku ? Sungguh.. ku biarkan kau pergi jauh tenggelam di kedalaman laut sana. Tak perlu kau melemparkan ombak ke pesisirku. Tak perlu kan tinggalkan penyu-penyu itu di sekitarku. Karena aku.. aku sudah jauh dari laut itu dan kau tak kan lagi bisa menggapaiku.


~Inpirasi dari beloved friend - smile, cause u look beautiful when u smile.

Pelajaran yang bisa kita petik :
Don't judge book from the cover


==Jakarta, Selasa 28 February 2012, 02:51 AM==


Friday, February 24, 2012

Apa aja

Aku pengen  nulis fantasi. Udah nyoba jadinya Moldane. Tapi kok ga dapet ide buat ngerampunginnya ya ? Dikit-dikit yang terlintas cerita cinta. Huuuh.. aku kan pengennya nulis kayak Rick Riordan. Bagaimana ? Bagaimana ? Aku ga ada ide.

Dan  by the way, sekarang lagi musim nulis tentang Mesir ya ? Novel-novel fantasi sekarang banyak yang ceritain methodology Mesir. Ikut-ikutan Red Pyramid-nya Rick Riordan.

Oh.. kalau cuma nanya sama penulis lain, dapetnya cuma saran. Kalo kata Tere-Liye, coba action dan nulis karena kesenangan, bukan karena iming-iming peghasilan sama popularitasnya. Tingkatin frekuensi nulis. Kalo kata Niken, kalo udah sering nulis nanti lama-lama bahasanya jadi indah sendiri. Uhuhuhu.. Dan dari kemudian.com aku menemukan karya yang waaaah bagus banget. Jadi terobsesi biar bisa bikin rangkaian kata kaya gitu. Sumpah.. bagus banget !!!

Cinta seorang gadis bisu

Jam berdentang 3 kali, semakin lama semakin setia menunggu kerisauanku pergi. Mengukir mimpi dalam bait-bait cahaya bintang yang tergantung diantara bulan di langit terang.

Sreeet.. lagi-lagi aku merobek kertas dan melemparkannya ke tempat sampah di bawah meja.

Tuhan.. Apa yang harus aku tulis disini ? Apa sebaiknya aku berdiam diri saja sambil selalu memperhatikannya dari jauh ?

Lidahku keluh, tetapi perasaanku makin menggebu.

Bias tawamu menggelitik perasaanku, semakin membuncah seiring waktu, semakin merekah layaknya bunga yang siap berkembang setiap waktu.

Kau.. lagi-lagi melemparkan senyum itu. Aku tau itu bukan untukku saja, tapi apa kau tau setiap senyum itu merekah dari bibirmu, aku jadi semakin mematung dan bisu.

Sikapku mungkin terlihat masa bodoh, tapi hatiku makin berlomba untuk mendapatkan perhatianmu.

Kau lihat aku disini ?
Sedikit-sedikit bernyanyi riuh rendah. Sedikit-sedikit terdiam kecewa karena terlalu banyak sainganku dalam memperebutkan perhatianmu.

Aku kecewa lagi, aku tak bisa menulis apa-apa lagi. Aku bukan pujangga yang mampu melukiskan kata cinta hingga membuatmu terlena. Aku hanya seseorang yang ga tau hingga kapan waktunya, mampu menyatakan semuanya kepadamu.

Aku cuma bisa memandangimu dari sini. Melihatmu turun dan berlari mengejar mimpi setiap pagi.

Aku cuma bisa memperhatikanmu tanpa kata lalu makin mengagumimu yang senantiasa menambahkan rasa cinta dalam diriku.

Aku lelah. Aku bahkan tak terlihat olehmu.

Tapi, malam ini.. disaat sisa-sisa kekuatanku, aku mencoba menyapamu. Sengaja menunggumu di bawah apartmen yang kebetulan sama dengan milikku.

Aku melempar senyum termanisku. Kau lalu menghampiriku, mengajakku berbicara dan bercanda.

Aku.. aku senang, Tuhan. Tapi apa yang bisa ku lakukan ? Aku sungguh gugup untuk menjawab semua pertanyaannya.

Aku.. aku cuma bisa mengangguk atau menggeleng saat dia tanya apa-apa karena aku tau dia belum pernah berkomunikasi dengan orang seperti diriku.

Yaa.. aku seorang gadis bisu. Aku sendiri ga tau kapan kata cinta yang sangat ingin aku ucapkan ini mampu tersampaikan lewat kata-kata yang dapat dia dengar dengan sempurna.

==Jakarta, Jumat 24 February 2012 23:22==



Kenangan atau Cinta Part 5 #Milana marah

"Ya.. kau tak bisa seenaknya begitu donk ! Jangan hanya karena aku sudah tak kuliah disana, kau bisa mesra-mesraan sama wanita lain disana. Dilatari dengan hujan pula. So romantic.

Haha. Bagus. Kali ini aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada Maria yang telah menyampaikan gosip tentangku dan Pini kepada Milana dengan bumbu yang sempurna membuat kepalaku hampir meledak.

"Milana.. kenapa kau percaya begitu saja pada Maria ? Kau sendiri tau kalau Maria itu penyebar gosip sampah."

Ohh.. Milana maafkan aku membentakmu. Aku tak suka kau menuduhku seperti itu.

Diam. Hening tiba-tiba menyelimuti malam yang penuh bintang ini. Tak ada lagi kata-kata mesra dan manja yang terucap dari bibir Milana. Hanya gesekan sepatu kets ku yang terdengar pelan.

Ku lirik arloji di tangan kiriku yang tak pernah lelah berjalan mengitari angka-demi angka mengisi waktu. Pukul 7 malam. Ku rasa malam ini aku masih bisa mengajaknya nonton bareng atau makan malam seperti biasa. Tapi ternyata bibirku pun keluh untuk merayunya. Tidak. Untuk saat ini aku tak mau menjadi tak bersalah yang rela dituduh-tuduh demi kebaikan hubungan ini.

Ku lirik arlojiku sekali lagi. Sudah sepuluh menit Milana diam dengan memonyongkan bibirnya sedikit. Haha. Biasanya aku paling suka melihatnya manyun seperti ini lalu menggodanya hingga dia membalasku dengan cubitan kecilnya. Dan malam minggu kali ini terpaksa aku memilih untuk pergi dari hadapannya.

Milana diam. Aku tau butiran air mata yang seharusnya tak pernah aku tumpahkan kini menggantung di sudut matanya. Pelangi di matanya kini berganti mendung yang siap tumpah kapan saja. Malam semakin dingin, seperti sikapku padanya saat ini.

Biarlah. Ku pikir Milana sebaiknya aku diamkan sementara. Hubunganku dengannya bukannya baru sehari dua hari. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Lalu.. ku langkahkan kaki menuju mobilku yang terparkir disana. Milana hanya diam dan aku tau saat itu butiran air matanya mulai membasahi pipi chubby-nya. Oh aku sungguh..

Well you've done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more

It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me

Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love
Listen to the music of the moment people dance and sing, we're just one big family
It's our God-forsaken right to be loved loved loved loved loved

So I won't hesitate no more, no more

It cannot wait I'm sure

There's no need to complicate

Our time is short
This is our fate, I'm yours 
(Jason Mraz - I'm yours)

"Jreng.."
Suaraku mulai mengisi malam yang tenang. Menyanyikan I'm yours milik Jason Mraz dengan gitar. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Saat ku lihat butiran air mata itu makin penuh menyesaki mata Milana, aku bertekad menyatakan perasaanku sekali lagi pada Milana.

Kau tak menduganya, hah ? Kau pikir aku berjalan ke mobilku untuk meninggalkan Milana dengan tangisannya begitu saja ? Tidak, kawan. Aku berencana mengambil gitar bututku dan menyanyikan lagu ini lagi buat Milana. Menyatakan perasaanku sekali lagi dan hey..

"Berisik, kak Aria.."
Tiba-tiba saja Dena adiknya Milana keluar dari pintu rumah dengan membawa buku tebal yang sepertinya si, udah siap menimpukku.
"Eh.. Eh.."
Aku gelagapan sekaligus malu bukan main. Aku salah tingkah lagi.

"Maafin, kak Aria, Den.."
"Kau tau lah ini malam minggu. Hahaha.."
Makin tak jelas saja omonganku. Macam anak SD yang mencoba berbohong karena takut ketahuan nakal.

"Haha.. tapi Dena lagi ngerjain PR. Mengganggu, tau.."
"Kak Aria dan Kak Milana pindah ke taman aja, biar sekalian ngusir nyamuk-nyamuk disana. Hihihi."
Dena makin menggodaku saja. Aku makin tak bisa membalas.

"Huff.."
Aku menarik nafas pelan. Berusaha mencari cara agar Dena diam tapi..

"Yasudah, Den."
"Kakak pindah."
Milana menarik tanganku dengan cepat sambil menjulurkan lidahnya kepada Dena. Haha. Lucu sekali melihat kelakuan dua kakak beradik ini. Dena mengejar kami tapi keburu mama Milana menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Haha.

~Di taman

"Aku.."
Aku mencoba memulai percakapan tapi aku bingung lalu memutus kata-kataku.

"Jreng.."
"I won't.."
Aku mencoba memetik gitarku sekali lagi. Berharap kali ini suaraku mampu seirama dengan suara gitar butut ini.

"Hahaha.."
"Sudah.. sudah, Ya.."
"Jangan bikin malam ini jadi turun hujan badai karena terganggu oleh suaramu."
"Benar kata Dena. Suara kau berisik benar. Hahaha."

Bias air mata Milana sudah pergi. Bisa ku lihat dengan jelas, matanya kali ini berbinar-binar dengan pipi yang memerah. Cantik benar.

"Yee.. kau tak bisa asal bilang kalau suaraku ini berisik, Milana."
"Boleh kau tes. Kau mau lagu apa ? Sini aku nyanyikan."

Aku tak mau kalah, kawan. Aku bisa bernyanyi. Tapi kalau soal kualitas suara ? Haha. Mari kita coba saja.

"Jreng.."
"Jreng.."

"Hahaha.."
"Hahaha.."

Milana tertawa dan tertawa melihatku. Dalam hati aku bersyukur, Milana bukanlah seorang wanita yang memendam rasa kesalnya terlalu lama dan keceriannya inilah yang dulu membuatku jatuh cinta.

"Milana, mau lagu apa kau ?"
"Capek tanganku cuma jrang jreng dari tadi."
"Atau lagu Jason Mraz lagi saja yaa ?"

"So I..."
"Sudah, Ya.."
Lagi-lagi nyanyianku terpotong. Tapi tatapan Milana kali ini jadi membuatku salah tingkah. Coba kau bayangkan, seorang wanita cantik nan anggun dan ceria sedang duduk di sampingmu lalu menatapmu dengan penuh cinta setelah sebelumnya menahan tangisan yang membuat kau sendiri tak tega melihatnya. Milana berambut hitam panjang, seringkali di gerai dan rambutnya jatuh dengan lembut mengikuti gerak langkahnya saat berjalan. Selalu tersenyum pada siapa saja yang di jumpainya. Tipe gadis yang anggun dan penuh cinta.

Milana pendiam tapi juga ramah. Mungkin terdengar aneh di telingamu tapi itulah Milana. Kalau harus ku bandingkan dengan Mia.. Aduh.. lagi-lagi aku teringat pada Mia. Bagiku Mia adalah kebalikan  dari Milana tetapi memiliki kepribadian yang agak mirip. Oh ya, satu lagi.. Milana itu manja. Tadi aku lupa menyebutnya. Hehe.

"Ya, maafin aku yang sempat tak percaya pada kau."
"Aku kenal Pini dan aku tau bagaimana rupa Pini."
"Aku cuma merasa agak takut karena Pini memang cantik."

"Ya, Mil. Lupakan."
"Sekarang mari kita bernyanyi lagi."
"Jreng.."
"Jreng.."
 Ku petik gitar ku sekali lagi lalu Milana dan aku mulai bernyanyi mengisi malam.

So I say a little prayer
And hope my dreams will take its there
Where the skies are blue, to see you once again... my love.
All the seas from coast to coast
To find the place I Love The Most
Where the fields are green, to see you once again... my love.

Say it in a prayer (my sweet love)

Dreams will take it there
Where the skies are blue (woah yeah), to see you once again my love. (oh my love)
All the seas from coast to coast
To find the place I Love The Most
Where the fields are green, to see you once again.... My Love.
(Westlife -My Love)



==Jakarta, Jumat 24 February 2012 16:32==
 ~Tikaa


Wednesday, February 22, 2012

~Ketika jiwaku lemah dan merasa hidupku tiada berguna

Keras kepala ? Yes, I'm
Aku sungguh menyadari kelebihanku yang satu ini. Kelebihan keras kepalanya. Haha.

Ga suka sama orang ? Ohh pasti ada.
Aku hanya berharap orang-orang yang ga suka aku mau rela-rela mengungkapkan apa si yang bikin mereka ga suka dari aku. Dan ku mohon, jangan sampai ada banyak orang yang ga suka aku.

Keluarga cemara ? Ahaha.. cita-citaku.

Oh ini bukan cerita yang ku karang lagi. ini sebuah tulisan sederhana saja.

Oh ini juga ga bermaksud mendewakan diriku layaknya raja, aku cuma numpang berkata-kata sedikit saja.

Kau liat pak tua yang suka datang ke kantorku sore ini. Dia sungguh hebat menurutku. Tak kenal lelah walau dia kembali dengan tangan hampah. Lalu dimanakah letak ketidakbahagiaanku ?

Jelas sekali ku lihat guratan tipis di wajahku, Wajah lelah yang membutuhkan istirahat extra daripada aku yang menuntu istirahat dan menumpahkannya dengan bolos kuliah lalu bermalas-malasan. Berusaha mencari sedikit kejelekan untuk di besar-besarkan agar aku terlindungi dari rasa bersalah dan merasa aku paling benar. Selalu ada kata tapi untuk pembenaran diriku sendiri. Ohh Tuhan, sungguh malu aku jika di hadapkan dengan Pak Tua itu.

Aku membuang makanan yang ga aku suka terserah aku saja. Tapi aku juga baru melihat, mereka dengan susah membeli makanan untuk menutupi rasa lapar berhari-hari. Ohhh.. kenapa aku harus membeli makanan mahal lalu melemparkannya ke kotak sampah sambil berkata "Cuih.. masakan apa ini ? Ga enak."
Kenapa tak terucap kata, "Alhamdulillah" karena masih bisa mengisi perut ?

Aku berkeluh kesah kerjaanku menyusahkan saja. Tentunya saat itu aku ga melihat bagaimana pemuda itu mendorong gerobak sampahnya tanpa alas kaki apapun di hari yang terik ini ?
Lihat Kaa, lihat dengan hati.. Lalu berhentilah mengasihani dirimu sendiri. Mereka masih belum beruntung sepertimu. Lalu kenapa masih ga bisa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan ?

Aku mengganggap keluargaku tak pernah menginginkanku. Hello.. kau liat tidak banyak anak-anak jalanan disana ? Bahkan ada yang dijual agar bisa makan. Di titipkan di panti asuhan. Apa yang kurang beruntung dari dirimu, Ka ??
Haruskah kau mendapatkan pelajaran sendiri jika kau ga mampu merasakan dari contoh yang berserakan di jalan ?


Huf.. aku mengelus dada lagi. Rasanya terlalu banyak yang ingin aku lontarkan dari bibir ini. Sayangnya bukan kata-kata yang baik. Bukan cerita yang membuat aku ini bangga.

Jadi marilah, sejenak pejamkan mata.
Pegang matamu, bayangkan kau ga punya mata untuk melihat lalu ucapkan syukur karena kau masih bisa melihat.
Pegang hidungmu, bayangakan kau ga punya hidung lalu ucapkan syukur karena hidung kau berfungsi dengan baik.
Tidak cuma itu saja, pegang semua anggota tubuhnya.. bayangkan salah satunya tak pernah ada, lalu ucapkan syukur karena kau memilikinya. Syukur.. Indahnya rasa syukur mengalahkan segala penyakit hati.
Ayooo ikhlaslah pada yang kuasa disana. Bersyukurlah akan semua yang kau miliki.

==Jakarta, Kamis 23 February 2012 03:45 AM==
~Ketika jiwaku lemah dan merasa hidupku tiada berguna

Surat Buat Papa dan Mama

Dear Papa dan Mama,

Pa, dulu sewaktu aku kecil aku di doktrin buat jadi pintar, jadi cantik dan membanggakan papa dan mama.
Ma, dulu mama selalu bilang aku selalu bisa meramaikan rumah yang paling sepi sekalipun.
Pa, Ma, dulu papa dan mama kadang terlalu memaksakan keinginan papa dan mama kepadaku, padahal aku sendiri punya cita-cita, pa, ma. Aku sebenar-benarnya masih menyimpan sobekan gambar  astronot dari majalah milik Papa. Aku masih ingin menjadi seorang astronot , pa, ma. Walaupun aku sendiri bingung bagaimana cara mencapainya.
Pa, Ma, sekarang dalam usia aku sudah bisa di bilang dewasa.
Papa dan Mama liat aku kan, aku tumbuh menjadi gadis cantik seperti yang papa dan mama harapkan.
Pa, Ma. Sewaktu lulus sekolah papa dan mama masih saja mengatur aku ini itu. Kenapa aku harus menuruti keinginan papa dan mama ? Aku tak ingin jadi dokter, pa, ma. Jadilah aku menggagalkan ujian seleksi masuk kedokteran yang papa dan mama cita-citakan.
Pa, Ma, aku pun sebenarnya ga terlalu suka dengan jurusan yang sekarang aku pilih walaupun ini juga pilihan kedua mama dan papa. Ya, aku memilih ini agar papa, mama, dan aku senang karena ini pilihan kita bertiga.
Tapi, pa, ma.. sebentar lagi aku akan menghadapi sidang terakhir. Bukan soal sidang ini yang aku bimbangkan, tapi mau jadi apa aku setelah lulus nanti ?
Pa, ma. Aku memang sudah dapat magang di perusahaan besar. Penelitian, pa, ma. Aku memang bercita-cita jadi profesor seperti yang sebentar lagi bisa aku capai.
Tapi, Pa, ma.. ada yang menggelitik hatiku. Ada yang mengatakan padaku kalau semua ini ga benar. Aku bingung, Pa, Ma. Sungguh aku mencintai pekerjaan magangku. Tapi hatiku seakan ga puas dengan apa pilihanku. Aku masih tergelitik untuk jadi astronot, pa, ma. Bahkan saat aku melihat papa dan mama atau tema-temanku sakit, aku tergelitik untuk bertanya kepada diriku sendiri, kenapa aku dulu ga meneruskan mimpi papa dan mama untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter ?
Pa, Ma, seragam Intan putih bersih. Dia sudah bekerja di suatu rumah sakit besar di jakarta. Aku tau pakaianku dalam penelitian juga tak kalah bagusnya, tapi Pa, ma.. rasanya aku kalah telak. Aku hanya mengikuti naluriku yang sekarang sedang lemah.
Pa, Ma. mau jadi apa aku nanti ?
Aku ga tau, pa, ma..
Aku seperti kehilangan arah, bagaikan terombang-ambing di lautan luas.
Pa, Ma.. Rasanya bukan dokter atau astronot yang aku pilih sekarang. Bukan juga seorang profesor yang hebat seperti cita-cita lainku. Aku bisa saja kuliah lagi untuk menggapai cita-citaku yang
tertinggal. Tapi, Pa, Ma.. aku tetap merasa ga punya arah.
Adakah Papa dan Mama menyadari perasaanku ?
Sepertinya ini hanya kekosongan yang harus diisi oleh kasih sayang papa dan mama.
Lalu papa dan mama apa kabar ?
Berbaikanlah, pa, ma..
Mila kangen kalian. Mila ga mau ngerasa makin kosong karena perceraian kalian.
Mila

"Tes.."
Aku ga sanggup lagi menulis. Air mataku jatuh membuyarkan sedikit tinta pada suratku.
Ku lipat kertas itu dengan meyelipkan foto kami sewaktu aku masih kecil. Berharap papa dan mama masih mengenang cinta kasih mereka.

Ku masukkan ke dalam amplop lalu ku rekatkan dengan lem di atas meja belajarku.

Papa dan mama tepisah pulau denganku. Aku masih menuntut ilmu di kota pelajar ini. Ga tau kapan bisa pulang lagi.

Malam makin larut. Cicak berderap-derap di dinding mengejar nyamuk dan bermain-main dengan pasangannya.

Ah alangkah indahnya dulu. Ku matikan lampu, lalu ku tutup wajahku dengan selimut tebal. Menangis sepuasnya sampai aku lelah dan menutup mata. Menanti esok saat mentari mengajakku bercanda dan tertawa. Menanti pelangi yang selalu ada saat hujan telah tiada.

==Jakarta, Kamis 23 February 2012 03:24 AM==

Kenangan atau Cinta Part 4 #Aku cari masalah ?

"Hey.. Hati-hati kalau membicarakan orang lain. Kau pikir telingaku tak ada, hah ?"
"Aku bisa mendengar kau membicarakanku dengan jelas."
"Jadi berhentilah berbisik-bisik dibelakangku !!!"
Aku mendengus pelan. Puas sudah rasa hatiku setelah menumpahkan rasa tak enak hatiku kepada wanita penggosip ini, si penyebar hal yang tidak-tidak pada teman-teman kampusku.

"Ah.. maaf, Aria. Aku tak bermaksud.."
Wanita itu benar-benar keliatan terpaksa meminta maaf karena aku telah mendengar perkataan-perkataan sampahnya. Langsung saja ku potong cepat-cepat permintaan maaf wanita ini.
"Sudah.. sudah.. terserah kau sajalah. Aku cuma minta agar kau langsung saja bilang di depan aku, jangan cuma menyebarkan berita tak sedap tentang aku. Kau pikir aku ini apa ?"

Tanpa ba bi bu.. aku langsung melangkah pergi dari hadapan mereka semua. Mencoba tersenyum kepada mereka yang berpapasan padaku. Mencoba menganggap hari ini sama indahnya dengan hari-hariku kemarin.

"Sruuuffff.."
Aku kembali menyeruput capucino dinginku. Kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu. 

~
Hari itu, hujan deras. Aku cuma bisa termangu di warung makan depan kampus sambil memegang catatan  milik Arga, temanku, yang harus ku kembalikan sebelum jam pelajaran terakhir selesai. Ini gara-gara aku tak hadir di kelas Pak Edi kemarin karena aku sedikit flu. Aku harus mempunyai salinan catatan ini karena besok akan ada quiz dari Pak Edi. Closed Book. Otomatis aku tak akan bisa berkutik bila tak mem-fotocopy catatan ini hari ini juga. Kebetulannya lagi, ini sudah jam 5 sore, kelas terakhir mulai sebentar lagi dan tukang fotocopy disana biasanya tutup setelah magrib.

"Tes.. Tes.."
Bunyi tetesan hujan kian mengacau suasana hatiku. Waktu terus berjalan. Detik berganti menit dan sebentar lagi pukul 6 tepat. Bagaimana ini ? Arga sudah menelepon dan sms aku dari tadi. Tak mungkin lah aku membawa kabur buku catatannya sementara dia juga kebakaran jenggot untuk quiz besok pagi. 

"Arghh.."
Aku berteriak dalam hati. Bagaimanalah ini ? Tak ada tanda-tanda hujan bakalan berhenti. Apa ini salahku yang lebih memilih makan sore di warung daripada mem-fotocopy catatan ini dulu ?

"Tinutinutinutinutinu.."
Handphoneku berdering lagi. Rasanya ini udah hampir 10 kali Arga meneleponku. Apa mau di kata, aku sedang tak ingin mengangkat telepon saat ini. Aku hanya mencoba berkonsentrasi menghitung air hujan yang jatuh membasahi bumi. Kalaupun aku menerobosnya saat ini, tentu bukan aku saja yang mandi hujan lalu meringkuk kedinginan di ujung kelas nanti malam, buku-bukuku beserta catatan Arga pun akan mencicipi rasa asemnya air hujan kota ini.

Dan ahaa.. aku melihatnya, tiba-tiba cahaya jatuh di depanku, mengarahkan aku ke arah jam 3. Lama aku tak berkedip menatapnya. Sesosok gadis putih berlesung pipit, berambut panjang agak basah sedikit, dan dia benar-benar menarik perhatianku. Ahaha.. Bukan karena dia mempunyai senyuman menawan, kawan. Bukan juga karena dia cantik dan hm.. dia sebenernya tipe ku banget si. Hehe. tapi bukan juga karena dia telah punya pacar lalu hatiku hancur berkeping-keping. Oh ya, aku belum cerita kepadamu, kawan. Di kampus ini, aku dan Milana sempat satu fakultas, akan tetapi dia memilih pindah ke kampus lain saat semester 3 karena dia ngerasa tak cocok dengan jurusan yang dia pilih. Jadi, kau pasti bisa menebak disini banyak sekali mata-mata Milana.

Ehem.. aku belum menyelesaikan bagaimana sosok wanita lembut disana menarik perhatianku dari tetesan hujan ini. Aku tertarik pada.. dompetnya ? Hahaha.. Tidak. Sangat tidak untuk tertarik dengan dompetnya. Aku tertarik pada..

"Sreeet.."
Dia membuka payungnya. Payung yang indah berwarna pink dusty. Sepertinya gadis ini sangat feminim. Ku dekati dia pelan-pelan sambil tetap menjaga tatapan mataku. Kata orang-orang, tatapan mataku lah yang membuat para wanita tersanjung. Ahaha.. Ada-ada saja.

"Hm.. kamu sendirian ?"
Waw.. Ibu, aku berhasil mengeluarkan sepatah kata dari bibirku. Semoga dia tidak sombong. Batinku terus berdoa agar gadis ini tak menolak perkenalanku.

Dia tersenyum. Manis sekali, Ibu. Rasanya jantungku makin berdegup kencap. Entah dia bisa melihat rona pipiku atau tidak. Tapi kuharap suara degupan jantungku tak terdengar olehnya karena ditutupi suara hujan. Aaaamin.

"Oh yaa.. aku sendirian kok. Tapi aku harus pergi sekarang. Maaf yaa.."
Gadis itu berkata sambil mengibaskan rambutnya. Yaa ampun, cantik cantik.. lesung pipi nya pun sungguh aaaah.. pokoknya harus ku katakan sekarang.

Aku masih menimbang-nimbang apa yang ingin aku katakan lagi. Tak mungkin aku to the point bilang kalo aku..

Saat dia hendak melangkahkan kakinya ke jalan, secara refleks aku menarik tangannya.

"Tunggu.. aku belum selesai."
Lagi-lagi aku malu, Ibu. Tapi dia tetap tersenyum dengan manisnya. Aku bahkan tak tau siapa namanya.

"A.. A.. A.. A.. ku.."
Aku terbata-bata. Haha. Dalam hati aku serasa ingin menimpuk diriku sendiri. Alangkah tak tau malunya aku ini, pakai gagap segala.

"Yaa ? Kamu kenapa, Aria ?"

Dia tau namaku ? Horee.. Horee.. Rasanya ingin terbang ke langit ke tujuh agar pelangi bisa aku bawa untuk mengakhiri hujan deras ini.

Saat aku hendak balik menatapnya, aku lihat dia sedang memegang handphone nya. Ah Ibu, Aria yang dia sebutkan tadi bukan namaku tapi seseorang yang sedang berbicara dengannya di handphone. Kesel juga aku di giniin ama gadis cantik ini.

"Oh..maaf, aku tadi angkat telepon bentar. Aku pikir kau masih lama bicaranya. Hehe."
Dia tertawa lagi dan itu membuat aku teguh akan pendirianku untuk bilang kalau..

"Hm.. aku... aku.."
"Kamu kenapa si ? Dari tadi cuma bilang aku aku terus ?"
"Hehe.. Gapapa.."
Balasku sambil mengelap keringat di dahi.
"Duh.. aku mau menyebrang ke tempat fotocopy-an nih. Bentar lagi tutup. Lagi buru-buru. Kamu kenapa ?"
"Eh..."
Mataku langsung membulat. Ku pegang erat tangan kanannya yang sedang memegang payung pink dusty. Samar-samar aku merasakan suara halusku keluar saat tangan kami bersentuhan.

"Aku boleh menumpang payungmu ? Hehe.. Maaf.."
Bersamaan dengan itu, aku langsung mengacak-ngacak rambutku sendiri dan dia tertawa dengan puas sampai pipinya merah.
"Hahaha.. Susah ya buat ngomong minta di sebrangin ke depan sana ?"
Dia bertanya sambil mengedip ke arahku.
"Hehe.."
Lagi-lagi aku salah tingkah.

"Drap.. Drap.."
Kami pun berjalan melewati genangan air kecil di depan kaki kami. Ku lirik dia sebentar, rasanya pipinya masih merah merona. 

Kami berpayung berdua. Andai kata dia pacarku, mungkin ini akan jadi momen romantis dalam cerita cinta kami. Tertawa di  balik payung untuk melindungi diri dari hujan sambil sesekali tangan kami bersentuhan secara tak sengaja.

Akhirnya kami sampai ke tempat fotocopy-an. Aku segera mengeluarkan buku catatan Arga. Dia segera mengeluarkan catatan lain. Kami langsung sibuk masing-masing. Dan di saat menunggu foto copy-an selesai, aku mengucapkan terima kasih padanya.

"Hahaha.. Aku Pini anak Psikologi."
Dia mengulurkan tangannya padaku. Sesaat kurasakan tangannya dingin sekali dan pipinya masih saja merah. Semuanya ku pikir karena hujan. Ya. Dingin karena hujan.

"Hm.. aku Aria anak Matematika."

Sedikit obrolan basa-basi mulai tercipta lalu terjadilah tukar-menukar nomor handphone. Hehe. Sebenarnya aku lah yang memulai minta nomor handphonenya. Bukan apa-apa, aku hanya tak mau dianggap sebagai lelaki sombong yang tak tau budi, yang langsung menghilang segera setelah menerima kebaikan dari seorang wanita.

Akhirnya fotocopy-an kita selesai sudah. Aku yang sudah telat masuk mata kuliah terakhir langsung lari-lari kecil menyebrang jalan menuju kelas. Untungnya hujan sudah berangsur reda. Kalau tidak, pastilah celanaku ini makin penuh dengan percikan air yang besar-besar. Ku lambaikan tanganku padanya. Lalu menghilang di balik hujan.

~

"Sruuuf.."
Capucinoku sudah habis. Ku lempar gelasnya ke tempat sampah. Yeay.. langsung masuk. Kemudian aku kembali terbuai dalam pemikiranku sendiri.

Kenangan yang cukup manis juga menurutku. Sayangnya aku tak bisa melanjutkan "sesuatu" dengannya karena di suatu siang aku memergokinya sedang makan siang bersama seorang lelaki yang keliatannya sangat akrab dengannya. Yaa.. Aku juga tak mengharapkan sebuah cinta atas nomor handphone yang aku berikan, kok. Ahaha.

Tapi kenyataan kadang beda dengan pandangan orang-orang di sekitar kita. Salah satunya di pandangan Maria, cewek penggosip di kampus ini. Dengan segera dia melaporkan apa yang dia lihat pada saat hujan waktu itu kepada Milana. Lalu menyebar ke seantaro kampus. Dan masalah satu lagi adalah.. ternyata Pini lagi gonjang-ganjing dengan lelaki yang ku lihat waktu itu. Yang aku tau, lelaki itu suka pada Pini tetapi Pini bersikeukeuh untuk menolak dan semua orang di kampus ini mempercayai Maria kalau aku inilah penyebab Pini menolak lelaki itu. What ? Salahku kalau aku ini cakep ? Menyebalkan. Aku ini masih suka sama Mia. Kalaupun aku dan Milana berakhir, aku merasa cinta ini memang seharusnya buat Mia. Milana ? Aaah.. aku sendiri tak mengerti apa yang aku rasakan buat Milana, pacar sah ku. Bukan Mia, cinta pertamaku yang selalu aku pendam.

Yaa.. meskipun gara-gara Pini hubunganku dengan Milana jadi dihiasi dengan keributan. Aku tetap menjaga kontak dengan Mia.

Mia. Mia. Mia. Apa aku memang harus berkonsultasi dengan Pini soal ini ? Pini kan psikologi, dia pasti mengerti setidaknya tentang cinta. Tapi, kenapa aku merasa Pini menyukaiku ya ?

Ku akhiri pemikiran kacauku dengan melangkah ke kelas Pak Edi sambil membiarkan semuanya semakin berserakan di hatiku.

Ibu, anakmu ini harus bagaimana ?


==Jakarta, Kamis 23 February 2012, 02:35 AM==



i had ever hate some people.. i think i can knew someone who doesn't like me

i had ever hate some people.. i think i can knew someone who doesn't like me

Monday, February 20, 2012

Kenangan atau Cinta Part 3 #Masa lalu ku

Baiklah. Aku sangat tidak mengharapkan kemarin menjadi pertemuan terakhirku dengan Mia dan bukan berarti hari ini aku harus memutuskan pacar manjaku, Milana. Aku tidak sejahat itu. Aku hanya berusaha mencoba menelusuri jejak hatiku. Pada siapa aku akan menyerahkan segenap hatiku dan ketulusan yang akan aku jaga sampai rambut ini memutih dan tanah menjadi tempat peristirahatanku. Hey, kenapa kau tertawa mendengarku berkata seperti itu? Jangan asal menuduhku sebagai lelaki yang suka mempermainkan cinta. Bukan salahku jika Milana tergila-gila padaku dan bukan salahku juga jika aku masih menyimpan perasaan yang begitu dalam kepada Mia.
Kau tau apa tentang aku ? Keluargaku ? Kau hanya tau soal kak Ing yang aku ceritakan sebelumnya. Kau bahkan tak pernah tau bagaimana kisah masa lalu ku. Bagaimana ibu ku berjuang untuk menyekolahkan aku, membuat aku pintar daripada diri ibu sendiri ? Kau tak tau kan bahwa aku dan kak Ing dulu sempat jualan koran di lampu merah di depan sana itu ? Kau juga tak tau kan kadang untuk makan pun ibu tak peduli. Ibu hanya memikirkan aku dan kak Ing. Dan apakah kau tau, Mia. Hanya Mia lah yang senantiasa berada disampingku saat itu. Mia bukanlah anak dari keluarga sangat kaya. Tapi Mia seringkali menyisihkan uang jajannya untuk membelikanku makanan saat kelas istirahat dan aku hanya bisa diam tanpa ada satupun teman yang mengajakku bermain. Mia yang seringkali mengajariku beberapa pelajaran yang belum aku mengerti. Ya, Mia sang bintang kelas itu. Mia yang rendah hati namun tetap memilihku disampingnya walau teman-teman yang lain seakan ingin menendangku dari sekolah itu.
Oke. Aku akan bercerita sedikit tentang keluargaku. Awalnya, Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia hampir tanpa cacat. Ayah sangat mencintai Ibu dan Ibu pun sangat mencintai Ayah. Kami berempat selalu bersama. Setiap akhir minggu Ayah pasti mengajak kami sekeluarga untuk berekreasi bersama-sama. Kami suka tertawa bersama, Aku sangat suka melihat Ayah dan Ibu saat memasak di dapur rumah kecil kami. Ayah akan menggoreng atau menumis, aku dan kak Ing akan sibuk melempar-lempar sayuran ke panci, lalu Ibu akan mengiris bumbu-bumbu dapur yang sebelumnya di cuci dan dipercikkan ke wajah Ayah. Ayah yang selalu bersikap sok jago dalam goreng-menggoreng akan mengejar Ibu yang telah berhasil membuat Ayah basah. Aku dan Kak Ing akan mengejar Ayah. Lalu saat semua tertangkap kami akan saling kelitik dan Ayah mengambil selang air lalu membuat kami mandi bersama di pekarangan belakang rumah. Acara masakpun jadi tertunda sebentar, tapi sungguh aku sangat merindukan hal itu. Hal yang sudah terjadi hampir 20 tahun itu, bahkan saat itu kak Ing baru duduk di kelas 1 SD.
Kemudian tiba-tiba semua berubah..
Pada pagi hari di saat kami masih mempersiapkan acara masak bersama kami. Tiba-tiba tawa kami terhenti karena ketukan pintu dari depan rumah. Aku, Kak Ing, Ibu ataupun Ayah sama sekali tak menyadarinya sama sekali akan petaka yang mengintip dari cela-cela pintu rumah kami. 
"Tok.. Tok.. Permisi.."
"Tok.. Tok.. Permisi.."
"Yaa.. bentar.."
Ayah langsung terburu-buru membuka pintu yang diketuk dengan tak sabaran itu.
Tiba-tiba sunyi. Ayah terdiam di depan pintu tanpa menjawab panggilan Ibu yang menanyakan siapa yang datang di pagi ini.
Aku berlari-lari kecil diikuti Kak Ing yang menarik bajuku. Waktu itu, aku pakai kaos Kuning dan Celana Pendek. Kak Ing juga sama, aku sering di anggap kembar dengannya karena selera baju kami sama.
Aku menarik-narik baju Ayah, bertanya sekali lagi siapa yang datang.
"Yah.. siapa ? Kenapa ga disuruh masuk, Yah ?"
Tapi sosok perempuan cantik di depan pintu cuma tersenyum pada kami sambil memegang tangan anak kecil yang lebih tua dari Kak Ing. Aku tak ingat banyak. Ibu pernah bilang usia anak laki-laki itu 8 tahun, beda 2 tahun dengan Kak Ing dan dia bernama Kak Dan.
Ayah tetap diam membatu. Berkali-kali aku bertanya, berkali-kali juga Ayah diam tanpa kata.
Ibu datang menghampiri kami tetapi suasana tak berubah sedikitpun. Ibu tersenyum kaku dan mempersilahkan wanita cantik itu untuk duduk di ruangan tamu sempit kami. Ibu berbasa-basi mengambilkan minum sementara anak yang disebut kak Dan itu tak tersenyum sedikitpun.
Dalam sekelabat bayangan Ibu yang membalik badannya menuju dapur, aku melihat ada air mata menggantung di sudut matanya. Aku menyusul Ibu, membiarkan tamu kami bercengkrama dengan Ayah ditemani Kak Ing.
"Ibu.. Ibu kenapa sedih, Bu ?"
"Wanita cantik itu siapa ?"
Dengan polosnya aku bertanya dengan Ibu. Aku sungguh tak mengerti bagaimana perasaan Ibu saat itu.
Ayah memanggil aku dan Ibu. Aku di suruh main ke atas bersama Kak Ing dan Kak Dan yang keliatannya suka marah-marah itu. Aku menurut saja. 
Bisik-bisik terdengar dari kamarku yang memang menghadap ruang tamu itu. Kak Dan diam dan tak pernah mau menjawab apapun yang kami tanyakan. Mata Kak Dan merah. Aku tak tau apa maksudnya. Tadi Ibu, dan sekarang Kak Dan.
Kak Dan dengan tajam menatap kami seakan-akan kami ini sampah pengganggu. Samar-samar aku bisa melihat bola matanya yang sekarang mulai banjir dengan air mata. Dia mendorong Kak Ing dengan keras sampai kak Ing mengaduh lalu dia berteriak dengan lantang.. "Jangan ambil Papa lagi.."
Aku dan Kak Ing mungkin belum mengerti apa yang terjadi saat itu. Yang aku dan Kak Ing tau, sosok pria yang kami banggakan dan sedang bercengkrama dengan Ibunya di bawah adalah Ayah. Bukan Papa seperti yang Kak Dan teriakkan. Aku dan Kak Ing balik mengejar Kak Dan hingga dia menangis dipelukan Ayah. 
"Yah, Kak Dan jahat, Kak Dan mendorongku."
Kak Ing mengadu ke Ayah tapi Ayah tetap diam hingga wanita cantik itu meninggalkan rumah kecil kami.
Tak ada acara memasak lagi sejak hari itu, yang selalu ada hanyalah kedatangan wanita cantik itu dengan Kak Dan.
Ayah dan Ibu pun tak pernah terlihat saling menggenggam tangan erat seperti dulu. Mata ibu selalu digantungi oleh kantung hitam. Ayah mulai merokok tanpa bisa kami cegah lagi. Wanita cantik itu makin lama makin terlihat mesra dengan Ayah dan Kak Dan makin lama makin manja dengan Ayah.
Kami pelan-pelan ditinggalkan oleh kasih sayang Ayah. Ayah mulai jarang pulang. Kalaupun Ayah di rumah, pastilah wanita cantik itu di rumah ini juga bersama dengan Kak Dan. Kau tau ? Bahkan wanita itu tak segan-segan menginap di rumah ini. Dan bisa kau tebak, aku dan kak Ing tak menyukai kehadirannya yang menurut kami jahat. Dia selalu memaki Ibu saat Ayah tak ada. Ia menatap benci pada aku dan Kak Ing ketika kami lewat di depannya. Belum lagi Kak Dan, Kak dan bahkan pernah menggigit tangan Ibu dan melempar piring makan ke arah Ibu hanya karena dia tak suka Ikan goreng.
Hingga lama-lama Ibu mendekati aku dan Kak Ing, menggenggam jemari tangan kami dengan penuh cinta, membuat kami merasa nyaman diantara semuanya. Ibu menangis dan tak menjawab apapun pertanyaan kami. Ibu memeluk erat tubuh kami, membiarkan semua rasa sesaknya keluar dalam bentuk buliran air mata yang selalu menggantung di sudut mata cantiknya. Ya, Ibu bahkan lebih cantik daripada wanita cantik itu. Ibu sangat mencintai Ayah. Kami sangat tau itu. Yang kami tak tau adalah.. bahwa wanita cantik itu adalah istri Ayah. Tidak, Ibu tak bermaksud menjadi istri kedua Ayah. Ibu pun tak kenal dengan wanita itu, Ibu dulu sering melihat foto wanita itu saat Ibu baru mengenal Ayah. Kau tau, Ayahku dulu terbang menggunakan pesawat bersama-sama dengan wanita cantik itu dan kak Dan. Lalu tiba-tiba pesawat jatuh di sekitaran daerah tempat tinggal Ibu. Ayah terpental jauh dari tempat jatuhnya pesawat dan ditemukan di sekitaran sawah milik Kakek, Ayah Ibu. Warga desa yang menemukan pun menolong Ayah. Mereka merawat Ayah dengan baik sampai akhirnya Ayah siap untuk pulang ke kotanya. Selama masa perawatan itu, tentu saja Ayah mencari-cari informasi tentang wanita cantik itu dan Kak Dan. Sampai akhirnya berita di televisi menyatakan bahwa wanita cantik yang ternyata bernama Arni itu meninggal bersama dengan penumpang lain. Anaknya, Kak Dan yang bernama asli Danuar juga ditemukan terpelanting tak jauh dari Bu Arni. Kami semua mengganggapnya sudah tenang di surga.
Ayah pun pulang ke kotanya yang lumayan jauh dari desa terpencil kami. Ibu dan orang-orang kampung juga tau bahwa Ayah masih belum percaya dengan berita tersebut. Hingga 2 tahun kemudian, Ayah datang kembali ke desa kami dan melamar Ibu. Ibu yang diam-diam memang menyukai Ayah sejak pertama kali merawatnya, tentu saja menggangguk iya. Cincin dari bunga rumput pun masih ibu simpan di kotak khusus yang ibu letakkan di atas meja agar Ibu selalu ingat bagaimana Ayah melamarnya di tengah-tengah sawah. Bagaimana burung-burungpun bernyanyi riang mendengar ucapan Ayah yang dibawah angin ke telinga Ibu itu. Ayah sudah mengganggap keluarganya tenang disana dan Ayah harus mengakui bagaimana hatinya bergetar setiap kali mata Ibu melirik dengan semu merah di wajah cantiknya. Ayah melamar Ibu, dan 2 minggu kemudian upacara pernikahanpun dilaksanakan di desa ini. Setelah itu, Ayah membawa Ibu ke kota karena Ayah kerja di kotanya. Yaa.. hidup Ibu dan Ayah semuanya sempurna. Saling mencintai hingga hari itu datang.
Wanita itu membujuk Ayah untuk kembali ke kotanya, wanita itu merayu Ayah yang sepertinya merasa kebingungan. Ibu hanya menggangguk pasrah. Ibu terlalu merasa bersalah dan mengganggap dirinya telah merebut suami wanita itu. Kalau aku pikir sekarang, aku sampai heran bagaimana pula Ayah pernah jatuh cinta dengan wanita seperti itu.
Ayah pergi. Ibu masih terisak di kamar. Di tangannya masih ada sobekan kertas undangan itu. Pernikahan Rahma dan Aditya.
Aku menelan ludah. Aku tak percaya nama Ayahku, Aditya ada di sampul depan undangan itu bersama fotonya yang bergelayutan dengan wanita itu. Apa ini maksudnya ? Aku menahan amarahku.
Kau tau apa yang anak kecil bisa lakukan untuk menghancurkan pesta pernikahan Ayahnya ? Ya, walaupun ini hanya pesta pernikahan untuk mengingat pernikahan mereka yang telah lalu dan dimakan usia serta bencana pesawat terbang itu, tentu saja aku pasti bisa menghancurkannya.
Hari itu, minggu pagi. Ibu berdandan seadanya. Aku dan Kak Ing memakai jas kecil memaksa senyum kami kepada Ibu. Semalam, aku dan Kak Ing telah membuat rencana kecil.
Kami tiba di pesta penikahan itu tepat pukul 11. Sebentar lagi acara makan siang dimulai. Ayah tampan sekali memakai tuxedo abu-abunya. Ayah melempar senyum kepada kami saat kami mendekati panggungnya. Aku merasakan kantung mataku menjadi penuh. Aku merasa titik demi titik pipiku basah merasa tidak terima kami ditinggalkan seperti ini. Aku langsung berlari tanpa melihat wanita kejam itu lagi. Ibu membiarkanku. Berpura-pura tertawa walaupun dari matanya pun semua orang sudah tau kalau Ibu habis menangis lagi.
Acara makan siang sudah tiba, nanyian dan musik mulai memenuhi seluruh ruangan ini. Aku mendekari meja makan, mengambil piring lalu berpura-pura menjatuhkannya. "Prang.."
Aku berhasil membuat mata melihat ke arahku. Dan yeaah mereka menganggap aku tak sengaja menjatuhkan piring itu.
Aku mengambil piring satu lagi lalu menyendokkan nasi ke.. ke tamu di hadapanku. Lalu lauk-pauk serta sayuran yang terhidang di meja. Semua aku bikin kacau. Kak Ing juga membantuku menumpahkan air minum di meja sana. Semua sempurna berantakan. Aku tak bisa mereka tahan. Gerakanku terlalu gesit dan aku merasa aku bisa membalaskan rasa kesalku pada wanita itu.
Tetapi.. disana.. aku melihat Ibu tertunduk lemah tanpa bisa menjawab apa-apa saat wanita itu memaki-maki Ibu sekencang yang dia bisa. Ayah cuma diam. Aku merasa itu bukan Ayahku. Itu bukan Ayah. Ayah selalu melindungi Ibu. Ini siapa ???
Aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi saat itu. Bahkan saat itu aku belum sekolah. Yang aku mengerti Ibu sedih sekali. Ibu membawa kami pulang. Dan terus menangis di perjalan pulang. Tak lama setelah hari itu, kami pindah ke kota lain. Kota yang menurutku sangat jauh dari kota kami dulu. Tidak di desa. Karena kami tau pasti, Ayah bisa menemukan kami disana.

Ibu menemukan rumah sederhana di kota itu. Ibu bekerja dengan menjahit dan menjual kue-kue buatan tangannya. Aku mulai sekolah. 1 sekolah dengan Kak Ing. Semua sepertinya akan baik-baik saja sampai Edo teman sekelasku yang juga tetanggaku berkicau mengenai keluarga kami yang tak punya Ayah. Saat itu, semua menjauhiku. Semua melirik aku seperti aku ini sampah yang terbuat dari apa ? Sungguh Ayah, aku tak apa-apa, disini ada Mia yang selalu membelaku. Gadis cantik yang rambutnya sering di kuncir kuda dan lincah ini selalu mau berteman denganku, anak Ayah dan Ibu yang sejak dulu berjanji akan menjaga Mia.
Aku sekelas dengan Mia dari kelas 1 SD sampai 6 SD. Lalu saat lulus SD, kamipun mengambil sekolah tujuan masing-masing. Saat itu, aku sengaja tak mengambil sekolah yang sama dengan Mia karena persoalan biaya. Yaa, karena untuk membantu Ibu saja aku pun harus merelakan kulitku terbakar matahari dengan berjualan koran di lampu merah sana.
Aku senang Ayah. Aku senang Ibu. Setidaknya dari sini aku masih melihat Mia di atas bis kota itu. Mungkin dia tak pernah menyadari mataku yang selalu menangkap sosok tubuhnya saat dia turun di lampu merah itu lalu menyebrang menuju toko buku di sebrang sana. Tak apa, Kak ing, adikmu ini menikmati setiap tetesan keringatnya dengan cinta yang semakin memenuhi hati kecil ini. Dengan dia yang masih menguncir kuda rambutnya. Dengan dia yang tumbuh menjadi gadis tomboi dan dikelilingi laki-laki yang menjadi sahabatnya. Dengan dia yang selalu menenteng buku baru di tangannya saat keluar dari toko buku itu. Dengan dia yang oooh.. jika tersenyum menggelitik dan mencampur adukkan perasaan hati adikmu ini.

==Jakarta, Selasa 21 February 2012 02:05 AM ==

Thursday, February 16, 2012

Nyamuk~

Malam semakin larut. Cicak kian ramai mengejar nyamuk kesana kemari membuat semakin gaduh suasana.
"Plak.. Plok.."
"Gatal.."
Aku mengucapkan kata gatal berkali-kali. Bentol dan tepakan dari tanganku tak bisa berhenti sebagai ungkapan aku sangat terganggu dengan gigitan para nyamuk nakal ini.
Malam ini aku ga sendiri, aku bersama teman-teman dari studio rekaman "AJ Labels" untuk membantu Enno Lerian dalam pembuatan video klip-nya yang berjudul Nyamuk-Nyamuk Nakal. Ruangan ini sengaja dibuat gaduh dan so messy agar nyamuk-nyamuk betah. Beberapa crew malah sempat menangkap beberapa nyamuk untuk dilepaskan di ruangan ini. Kau tebak saja, jangan banyak bertanya. Bagaimanalah keadaan nyamuk-nyamuk itu disini ? Mereka berpesta-pora dengan kakiku. Aaah.. aku lupa memakai celana panjang dan kaos kaki. Walaupun aku sudah memakai autan atau anti nyamuk lainnya, tetap saja mereka terlihat nyaman menempel di kakiku. Mungkinkah karena aku ga sempet mandi sore tadi ? Tentu saja kau juga tau, kalau kau tak mandi, pastilah bau badan kau akan terasa menyengat. Walaupun tak bau sangat seperti sampah, tapi bau ini sangant gampang dikenalin oleh indra nyamuk. Jadilah kau santapan makan malamnya yang super mewah. Ahaha.. Bahkan crew yang lain pun ikut tertawa melihat nyamuk-nyamuk itu bespesta-pora.

Kau lihat gadis kecil yang berambut pendek dengan bando di kepalanya ? Jangan cuma bengong kalau melihat aktris, kawan. Cobalah kau sapa lalu kau ajak berkenalanlah dia. Dia tak sombong. Dia suka tertawa bersama kami. Dia lah Enno Lerian.
Haha. Kali ini dia bermain bersama kami sembari menunggu selesainya persiapan ini.

Waktu sudah pukul 7 malam. Semua persiapan sudah selesai. Papan take tinggal di take saja. Lalu tiba-tiba lampu mati. Hey.. Jangan kaget. Lampu memang sengaja kami matikan kemudian langsung take.
Musik mulai  mengisi seluruh ruangan ini. Terlihat sang cicak mulai sedikit terganggu dengan musik kencang yang kami mainkan. Saat Enno mulai melenggak-lenggokkan badannya, tiba-tiba saja aku merasa betisku berdengut. Ini bukan gigitan nyamuk biasa.. Ini...
Monster nyamuk !!!
Aku kaget sekali, ada nyamuk sebesar lemari menggigit betisku.
Aku teriak.. Aaahhhh... Aaahhh..
Dan aku terbangun.. ternyata betisku di tusuk dengan jarum pentul oleh adikku. Mungkin karena aku ga bangun-bangun jadilah dia semakin kuat menusuknya. Hiks. Hiks. Dasar adik pengganggu :((

~Jakarta, Kamis 17 February 2012 ~ 12:16 PM

Monday, February 13, 2012

ala J.K Rowling~

J.K. Rowling : Jika kau menulis dengan rasa senang, tentulah pembaca tulisanmu akan merasakan juga kesenangan yang kau rasakan.”

Sunday, February 12, 2012

Hayya ala sholaa.. (Hidupkanlah/ Dirikanlah Sholat)


Allahu Akbar 4 x (Allah Maha Besar KeagunganNya)
Asyhadu ala ilaha ilallah 2x (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah)
Asyhadu ana Muhammada Rasullullah 2x (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah)
Hayya ala Shola 2 x (Hidupkanlah / Dirikanlah Sholat)
Hayya ala falaah 2 x (Hidupkanlah / Raihlah Kemenangan)
Allahu Akbar 2 x (Allah Maha Besar KeagunganNya)
La ilaha ilallah 1 x (Tiada Tuhan selain Allah)


Ga banyak yang bisa aku ceritakan dari video ini. Ini tentang mengingat sholat. Coba tonton dan resapi maknanya. Kalau aku sendiri pas nonton jadi merinding yaa.. Ga kebayang nafasku diambil sebelum aku sholat. Yaa ALLAH, jangan sampai.

Video ini aku dapetin dari temen kantor. Sesaat dia bertanya apakah aku sudah sholat, dan dengan entengnya aku menjawab "bentar lagi ah, nanggung". Kemudian dia berlalu setelah memintaku melihat video ini.
Terima kasih mas Dandy sudah mengingatkanku sholat melalui video ini #.0.

==Jakarta, Minggu 12 Febuary 2012, 20:45 PM==
~Tikaa