Monday, February 27, 2012

Krak Krak #Judul aneh

Aku harus bangun pagi hari ini. Seperti biasanya, aku melakukan rutinitas yang sudah aku jalani selama 3 tahun ini. Berangkat ke sekolah. Aku pun mulai bersiap-siap sambil menggigit roti bakar buatan Ibu. dan hey.. aku menemukan pesan di atas meja makan. Ibu tak akan ada di rumah selama seminggu ini. Baru saja aku hendak melonjak kegirangan, samar-samar aku membaca di pesan Ibu bahwa nanti sore Tante Mila akan datang menginap dan menjagaku hingga Ibu pulang bulan depan.

Aku sedikit kecewa. Bukankah aku sudah bisa mengurus diriku sendiri ? Kenapa harus tante Mila si ? Huuf.. aku mulai mengomel sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul 7. Saatnya aku berangkat sekolah. 

Ku hampirin meja belajarku. Mencari-cari kacamata yang biasanya aku gunakan, tetapi tak kutemukan disana. Terpaksa, aku sembarang mengambil kacamata yang ada di meja belajarku. Entah itu punya siapa. Yang jelas aku harus berangkat sekolah sekarang. Jika tidak.. tamatlah aku.. aku pasti disuruh berlari keliling lapangan.

Ku tarik sepatuku. Ku pasang kaos kakiku dan pelan-pelan ku masukkan kaki ku ke dalam sepatu.

"Siap", pikirku.

Kemudian aku mengambil kacamata itu, lalu memakainya. Ku buka pintu dan aku berjalan dengan santai sambil menghirup udara pagi yang masih sedikit tersentuh oleh polusi.

Langkah kakiku rasanya biasa saja. Aku biasa melangkah dengan jarak yang seperti ini, tapi kenapa aku merasa semua jadi berbeda ? Setiap aku melangkahkan kaki, setiap itu pula aku seakan hilang keseimbangan. Setiap aku menengok kanan dan kiri, ada sedikit rasa merinding melihat di sekitar. Dunia apa ini ? Kenapa mereka semua bertanduk dan bersayap ? Bukankah aku berjalan ke arah yang biasanya ?

Langit berubah menjadi kelabu. Rintik mulai membasahi jalanan yang mulai ramai. Aku masih bingung, ada apakah dengan mereka semua ?

"Krak.. Krak.."

Suara mereka terdengar seperti burung gagak yang bersenandung sedih dan entah kenapa aku mulai mendengarkan bisikan-bisikan lembut di kepalaku. Ku cari kesana kemari asal suara itu, tapi yang ku temukan hanya mereka yang bersosok manusia namun bertanduk dan bersayap.

Aku mulai merinding. Langkahku mulai patah-patah. Sesekali aku hampir jatuh dan teregelincir di jalan yang licin ini.

Ku lihat arloji di tangan kiriku. Aku harus lari ke sekolah atau pulang ke rumah ku ?

Semakin aku berputar mengelilingi jalan ini, semakin aku tak tau harus kemana tujuanku.

"Krak.. Krak.."

Sesesok makhluk itu mulai mendekatiku. Aku mundur perlahan-lahan. Mencoba mencari apapun yang bisa aku lemparkan padanya.

Kulitnya tiba-tiba meleleh, matanya kian merah dan menatapku seakan aku ini santapan lezat. Dia berjalan compang camping. Ku perhatikan, makin lama tulang putihnya terlihat.

Dia mendekat. Aku memutar otak.

Dia semakin mendekat. Aku tak bisa pergi dan menjauh.

Baunya semakin tajam di hidungku. Membuat semua isi di dalam perutku seakan ingin keluar.

"Krak.. Krak.."

Kini kakiku keluh. Aku benar-benar tak bisa keluar dari sini. Dia.. Dia.. sedikit lagi bisa menyentuh kulitku. Aku..



Don't judge book from the cover

Yes. Yes.. Dari lubuk hatiku yang paling dalam getaran itu makin menyesakkan, membuatku ingin berpetualang dan terbang dalam buaian angin malam ini, melambungkan harapan tinggi hingga ku yakin pasti aku tak salah mengartikannya lagi.

Aku sangat menantikan hari ini. Walaupun sudah sekian kali dia memberiku beribu janji, tapi tak apa hati ini selalu sabar menanti kepastian yang dia beri. 

Dia, seseorang yang ku kenal hampir setahun yang lalu. Seseorang yang tak pernah aku duga akan mampu menggelitik bunga-bunga cinta yang kini siap berkembang kapan saja. Oh Tuhan.. aku selalu mendoakannya setiap malam. Masih ku ingat dengan jelas, malam itu kami sempat beribadah bersama. Suaranya yang lantang menyenandungkan kalimatmu, semakin membuat hati damai dan sedikit yakin dia bisa menjadi salah satu pilihanku.

Aku mengenalnya, tapi memang tak terlalu banyak yang ku ketahui dari dirinya. Yang aku tau pasti, dia baik dan taat pada agama, sosok yang ku nantikan bisa menjadi pendamping dalam hidupku. 

Aku tak melihat harta yang dimilikinya, walau aku sedikit-sedikit tau dia mempunyai jabatan di tempat kerjanya. Aku tak melihat parasnya, karena saat kau melihatnya pun kau tak kan langsung bilang "Wah.. cakep !!!" lalu cekikikan mencoba mencuri perhatiannya. Aku tidak begitu. Sekali lagi ku tegaskan. Aku tidak begitu.

Hari minggu akhirnya tiba juga. Kau tau badanku sedikit berisi. Terkadang aku tak terlalu menyukai postur tubuh seperti ini. Aku rela, kawan. Aku rela melenyapkan kebiasaan makan malamku dan mengurangi porsi makanku demi agar aku terlihat sempurna di depannya. Agar dia sedikit terpesona setelah sekian lama kami tak berjumpa. 

Aku anak mama ? Tentu saja, mamaku sangat memanjakan aku sehingga di usia hampir seperempat abad pun aku masih selalu di samping mama.

Tapi hari ini tidak. Hehe. Hampir sepanjang malam aku tak bisa memejamkan mata. Hari ini dia tiba dari kotanya, mengunjungiku, itu katanya. Kangen aku ? Tentu saja dia pernah bilang begitu. Jadi menurutmu, pantas kan kalau aku makin berharap padanya ? Dan tentu saja dia seringkali mengingatkanku makan dan ibadah. Sungguh, setitik demi setitik akhirnya hatiku semakin penuh dengan harapan untuk bisa menjadi pendampingnya. Dan lagi, aku tak bisa berbohong pada mama dan sahabat-sahabatku kalau aku sangat mengharapkannya datang kali ini untuk melamarku. Melamarku ? Ahaha. Kau baca saja ceritaku ini.

Kami mulai berjanji bertemu di tempat wisata di kota ini. Kami memang tak bergandengan tangan apalagi mengungkapkan perasaan yang kami pendam. Suaranya pun terdengar sangat memberiku harapan. Jiwaku bergejolak saat dia dengan seringnya mengambil foto-fotoku. Oh.. aku sendiri tak menghitung berapa kali dia menjepretku dengan kameranya itu. Dan dalam pertemuan kami kali ini, aku tak bohong.. aku merasa perlu tau seperti apa dia yang sebenarnya. Perlu kau tau, dia sahabat baiknya sepupuku dan karena itu, aku selalu yakin dia pantas mendapatkan perhatianku. Cinta, apakah sebentar lagi aku akan membangunmu dalam suatu mahligai rumah tangga ??? Aku sangat berharap, Tuhan.

Hari hampir berakhir. Sudah senja. Waktunya aku berpisah dengannya. Mungkin besok kami masih bisa bersama seperti hari ini. 

Tak apa walau tanpa kata cinta. Tak apa walau hanya sebentar saja. Dari pertemuan hari ini, aku sangat yakin dia pantas aku cintai.

Ku lihat handphone yang ku geletakkan di atas meja kamarku. Ingin ku ambil lalu ku telepon sepupuku disana. Aku tak ingin bercerita tentang hari ini. Aku..

"Rttt..."
"Rttt..."

Handphoneku berbunyi tepat saat aku menyentuh handphoneku.

Ya. Aku sangat senang. Ternyata dia yang meneleponku. Tapi..

"Boleh aku pinjem uang Rp.500.000 buat benerin kamera ?"

Hm.. aku tertegun sebentar. Aku bingung. Rasanya tak mungkin kamerany rusak begitu saja. Bukannya tadi dia sangat asyik mengambil foto ? Atau karena terlalu banyak foto-fotoku ? Ahaha.. aku tak sampai berpikiran seperti itu.

Aku tak pandai mencari alasan. Aku.. akhirnya menjawab iya saja sambil setengah bercanda.

Akhirnya telepon darinya berhasil aku tutup dan sekarang tinggal telepon Kak Budi, sepupuku.

Aku dengan ceria bukan main dibumbui dengan sedikit salah tingkah, akhirnya mampu mengucapkan sepatah kata kepada Kak Budi.

"Kak, dia itu seperti apa ?"

Kak Budi diam kemudian berkata..

"Suruh dia jujur."

Aku sontak terkejut dan terus memaksa Kak Budi, namun pada akhirnya..

"Yang kakak tau, dia mau menikah sebentar lagi."

"Klik."

Telepon selesai. Entah seperti apa rasanya saat itu. Sumpah, air mata ini sudah menggantung di sudut mata, tapi aku tetap butuh kejujuran dari dia. Dia terlalu memberi harapan tinggi untukku.

Persis di saat aku bertanya..

"Ya, tapi hubunganku dengannya sedang tak baik."

Aaah.. mulai detik itu juga, aku tak pernah menghiraukannya lagi. Air mataku memang sempat tak berhenti. Menangisi lelaki yang mempermainkan perasaan hatiku. Aaahh tidak.. Bodoh sekali aku yang hanya melihat sisi luarnya saja. Aaaaah.. rasanya teriak pun sudah percuma. Hatiku sudah terlanjur di robek-robek oleh tingkah lakunya. Aku ini apa ? Mengapa ? Kalau kau sudah punya dia disana, kenapa kau memberiku harapan indah ?

Kau lihat pelangi disana ? Warna-warna yang ada itu karena kau ada dalam setiap langkahku. Kau selalu menyanyikan aku lagu cinta, mengirimkan puisi berisi janji-janji indah, dan melukiskan perasaan yang sungguh.. aku kira itu yang paling sempurna.

Kau lihat secercah kerlip di langit itu ? Kerlip itu memang ku jaga agar tak pergi sehingga janjimu akan benar adanya dan aku menantikan itu hingga kerlip itu menjadi cahaya yang berpijar terang.

Kau tau bagaimana perasaanku ? Sungguh.. ku biarkan kau pergi jauh tenggelam di kedalaman laut sana. Tak perlu kau melemparkan ombak ke pesisirku. Tak perlu kan tinggalkan penyu-penyu itu di sekitarku. Karena aku.. aku sudah jauh dari laut itu dan kau tak kan lagi bisa menggapaiku.


~Inpirasi dari beloved friend - smile, cause u look beautiful when u smile.

Pelajaran yang bisa kita petik :
Don't judge book from the cover


==Jakarta, Selasa 28 February 2012, 02:51 AM==


Friday, February 24, 2012

Apa aja

Aku pengen  nulis fantasi. Udah nyoba jadinya Moldane. Tapi kok ga dapet ide buat ngerampunginnya ya ? Dikit-dikit yang terlintas cerita cinta. Huuuh.. aku kan pengennya nulis kayak Rick Riordan. Bagaimana ? Bagaimana ? Aku ga ada ide.

Dan  by the way, sekarang lagi musim nulis tentang Mesir ya ? Novel-novel fantasi sekarang banyak yang ceritain methodology Mesir. Ikut-ikutan Red Pyramid-nya Rick Riordan.

Oh.. kalau cuma nanya sama penulis lain, dapetnya cuma saran. Kalo kata Tere-Liye, coba action dan nulis karena kesenangan, bukan karena iming-iming peghasilan sama popularitasnya. Tingkatin frekuensi nulis. Kalo kata Niken, kalo udah sering nulis nanti lama-lama bahasanya jadi indah sendiri. Uhuhuhu.. Dan dari kemudian.com aku menemukan karya yang waaaah bagus banget. Jadi terobsesi biar bisa bikin rangkaian kata kaya gitu. Sumpah.. bagus banget !!!

Cinta seorang gadis bisu

Jam berdentang 3 kali, semakin lama semakin setia menunggu kerisauanku pergi. Mengukir mimpi dalam bait-bait cahaya bintang yang tergantung diantara bulan di langit terang.

Sreeet.. lagi-lagi aku merobek kertas dan melemparkannya ke tempat sampah di bawah meja.

Tuhan.. Apa yang harus aku tulis disini ? Apa sebaiknya aku berdiam diri saja sambil selalu memperhatikannya dari jauh ?

Lidahku keluh, tetapi perasaanku makin menggebu.

Bias tawamu menggelitik perasaanku, semakin membuncah seiring waktu, semakin merekah layaknya bunga yang siap berkembang setiap waktu.

Kau.. lagi-lagi melemparkan senyum itu. Aku tau itu bukan untukku saja, tapi apa kau tau setiap senyum itu merekah dari bibirmu, aku jadi semakin mematung dan bisu.

Sikapku mungkin terlihat masa bodoh, tapi hatiku makin berlomba untuk mendapatkan perhatianmu.

Kau lihat aku disini ?
Sedikit-sedikit bernyanyi riuh rendah. Sedikit-sedikit terdiam kecewa karena terlalu banyak sainganku dalam memperebutkan perhatianmu.

Aku kecewa lagi, aku tak bisa menulis apa-apa lagi. Aku bukan pujangga yang mampu melukiskan kata cinta hingga membuatmu terlena. Aku hanya seseorang yang ga tau hingga kapan waktunya, mampu menyatakan semuanya kepadamu.

Aku cuma bisa memandangimu dari sini. Melihatmu turun dan berlari mengejar mimpi setiap pagi.

Aku cuma bisa memperhatikanmu tanpa kata lalu makin mengagumimu yang senantiasa menambahkan rasa cinta dalam diriku.

Aku lelah. Aku bahkan tak terlihat olehmu.

Tapi, malam ini.. disaat sisa-sisa kekuatanku, aku mencoba menyapamu. Sengaja menunggumu di bawah apartmen yang kebetulan sama dengan milikku.

Aku melempar senyum termanisku. Kau lalu menghampiriku, mengajakku berbicara dan bercanda.

Aku.. aku senang, Tuhan. Tapi apa yang bisa ku lakukan ? Aku sungguh gugup untuk menjawab semua pertanyaannya.

Aku.. aku cuma bisa mengangguk atau menggeleng saat dia tanya apa-apa karena aku tau dia belum pernah berkomunikasi dengan orang seperti diriku.

Yaa.. aku seorang gadis bisu. Aku sendiri ga tau kapan kata cinta yang sangat ingin aku ucapkan ini mampu tersampaikan lewat kata-kata yang dapat dia dengar dengan sempurna.

==Jakarta, Jumat 24 February 2012 23:22==



Kenangan atau Cinta Part 5 #Milana marah

"Ya.. kau tak bisa seenaknya begitu donk ! Jangan hanya karena aku sudah tak kuliah disana, kau bisa mesra-mesraan sama wanita lain disana. Dilatari dengan hujan pula. So romantic.

Haha. Bagus. Kali ini aku mengucapkan banyak-banyak terima kasih pada Maria yang telah menyampaikan gosip tentangku dan Pini kepada Milana dengan bumbu yang sempurna membuat kepalaku hampir meledak.

"Milana.. kenapa kau percaya begitu saja pada Maria ? Kau sendiri tau kalau Maria itu penyebar gosip sampah."

Ohh.. Milana maafkan aku membentakmu. Aku tak suka kau menuduhku seperti itu.

Diam. Hening tiba-tiba menyelimuti malam yang penuh bintang ini. Tak ada lagi kata-kata mesra dan manja yang terucap dari bibir Milana. Hanya gesekan sepatu kets ku yang terdengar pelan.

Ku lirik arloji di tangan kiriku yang tak pernah lelah berjalan mengitari angka-demi angka mengisi waktu. Pukul 7 malam. Ku rasa malam ini aku masih bisa mengajaknya nonton bareng atau makan malam seperti biasa. Tapi ternyata bibirku pun keluh untuk merayunya. Tidak. Untuk saat ini aku tak mau menjadi tak bersalah yang rela dituduh-tuduh demi kebaikan hubungan ini.

Ku lirik arlojiku sekali lagi. Sudah sepuluh menit Milana diam dengan memonyongkan bibirnya sedikit. Haha. Biasanya aku paling suka melihatnya manyun seperti ini lalu menggodanya hingga dia membalasku dengan cubitan kecilnya. Dan malam minggu kali ini terpaksa aku memilih untuk pergi dari hadapannya.

Milana diam. Aku tau butiran air mata yang seharusnya tak pernah aku tumpahkan kini menggantung di sudut matanya. Pelangi di matanya kini berganti mendung yang siap tumpah kapan saja. Malam semakin dingin, seperti sikapku padanya saat ini.

Biarlah. Ku pikir Milana sebaiknya aku diamkan sementara. Hubunganku dengannya bukannya baru sehari dua hari. Aku mengenalnya dengan sangat baik. Lalu.. ku langkahkan kaki menuju mobilku yang terparkir disana. Milana hanya diam dan aku tau saat itu butiran air matanya mulai membasahi pipi chubby-nya. Oh aku sungguh..

Well you've done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more

It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me

Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love
Listen to the music of the moment people dance and sing, we're just one big family
It's our God-forsaken right to be loved loved loved loved loved

So I won't hesitate no more, no more

It cannot wait I'm sure

There's no need to complicate

Our time is short
This is our fate, I'm yours 
(Jason Mraz - I'm yours)

"Jreng.."
Suaraku mulai mengisi malam yang tenang. Menyanyikan I'm yours milik Jason Mraz dengan gitar. Aku tak mengerti apa yang terjadi. Saat ku lihat butiran air mata itu makin penuh menyesaki mata Milana, aku bertekad menyatakan perasaanku sekali lagi pada Milana.

Kau tak menduganya, hah ? Kau pikir aku berjalan ke mobilku untuk meninggalkan Milana dengan tangisannya begitu saja ? Tidak, kawan. Aku berencana mengambil gitar bututku dan menyanyikan lagu ini lagi buat Milana. Menyatakan perasaanku sekali lagi dan hey..

"Berisik, kak Aria.."
Tiba-tiba saja Dena adiknya Milana keluar dari pintu rumah dengan membawa buku tebal yang sepertinya si, udah siap menimpukku.
"Eh.. Eh.."
Aku gelagapan sekaligus malu bukan main. Aku salah tingkah lagi.

"Maafin, kak Aria, Den.."
"Kau tau lah ini malam minggu. Hahaha.."
Makin tak jelas saja omonganku. Macam anak SD yang mencoba berbohong karena takut ketahuan nakal.

"Haha.. tapi Dena lagi ngerjain PR. Mengganggu, tau.."
"Kak Aria dan Kak Milana pindah ke taman aja, biar sekalian ngusir nyamuk-nyamuk disana. Hihihi."
Dena makin menggodaku saja. Aku makin tak bisa membalas.

"Huff.."
Aku menarik nafas pelan. Berusaha mencari cara agar Dena diam tapi..

"Yasudah, Den."
"Kakak pindah."
Milana menarik tanganku dengan cepat sambil menjulurkan lidahnya kepada Dena. Haha. Lucu sekali melihat kelakuan dua kakak beradik ini. Dena mengejar kami tapi keburu mama Milana menyuruhnya masuk ke dalam rumah. Haha.

~Di taman

"Aku.."
Aku mencoba memulai percakapan tapi aku bingung lalu memutus kata-kataku.

"Jreng.."
"I won't.."
Aku mencoba memetik gitarku sekali lagi. Berharap kali ini suaraku mampu seirama dengan suara gitar butut ini.

"Hahaha.."
"Sudah.. sudah, Ya.."
"Jangan bikin malam ini jadi turun hujan badai karena terganggu oleh suaramu."
"Benar kata Dena. Suara kau berisik benar. Hahaha."

Bias air mata Milana sudah pergi. Bisa ku lihat dengan jelas, matanya kali ini berbinar-binar dengan pipi yang memerah. Cantik benar.

"Yee.. kau tak bisa asal bilang kalau suaraku ini berisik, Milana."
"Boleh kau tes. Kau mau lagu apa ? Sini aku nyanyikan."

Aku tak mau kalah, kawan. Aku bisa bernyanyi. Tapi kalau soal kualitas suara ? Haha. Mari kita coba saja.

"Jreng.."
"Jreng.."

"Hahaha.."
"Hahaha.."

Milana tertawa dan tertawa melihatku. Dalam hati aku bersyukur, Milana bukanlah seorang wanita yang memendam rasa kesalnya terlalu lama dan keceriannya inilah yang dulu membuatku jatuh cinta.

"Milana, mau lagu apa kau ?"
"Capek tanganku cuma jrang jreng dari tadi."
"Atau lagu Jason Mraz lagi saja yaa ?"

"So I..."
"Sudah, Ya.."
Lagi-lagi nyanyianku terpotong. Tapi tatapan Milana kali ini jadi membuatku salah tingkah. Coba kau bayangkan, seorang wanita cantik nan anggun dan ceria sedang duduk di sampingmu lalu menatapmu dengan penuh cinta setelah sebelumnya menahan tangisan yang membuat kau sendiri tak tega melihatnya. Milana berambut hitam panjang, seringkali di gerai dan rambutnya jatuh dengan lembut mengikuti gerak langkahnya saat berjalan. Selalu tersenyum pada siapa saja yang di jumpainya. Tipe gadis yang anggun dan penuh cinta.

Milana pendiam tapi juga ramah. Mungkin terdengar aneh di telingamu tapi itulah Milana. Kalau harus ku bandingkan dengan Mia.. Aduh.. lagi-lagi aku teringat pada Mia. Bagiku Mia adalah kebalikan  dari Milana tetapi memiliki kepribadian yang agak mirip. Oh ya, satu lagi.. Milana itu manja. Tadi aku lupa menyebutnya. Hehe.

"Ya, maafin aku yang sempat tak percaya pada kau."
"Aku kenal Pini dan aku tau bagaimana rupa Pini."
"Aku cuma merasa agak takut karena Pini memang cantik."

"Ya, Mil. Lupakan."
"Sekarang mari kita bernyanyi lagi."
"Jreng.."
"Jreng.."
 Ku petik gitar ku sekali lagi lalu Milana dan aku mulai bernyanyi mengisi malam.

So I say a little prayer
And hope my dreams will take its there
Where the skies are blue, to see you once again... my love.
All the seas from coast to coast
To find the place I Love The Most
Where the fields are green, to see you once again... my love.

Say it in a prayer (my sweet love)

Dreams will take it there
Where the skies are blue (woah yeah), to see you once again my love. (oh my love)
All the seas from coast to coast
To find the place I Love The Most
Where the fields are green, to see you once again.... My Love.
(Westlife -My Love)



==Jakarta, Jumat 24 February 2012 16:32==
 ~Tikaa


Wednesday, February 22, 2012

~Ketika jiwaku lemah dan merasa hidupku tiada berguna

Keras kepala ? Yes, I'm
Aku sungguh menyadari kelebihanku yang satu ini. Kelebihan keras kepalanya. Haha.

Ga suka sama orang ? Ohh pasti ada.
Aku hanya berharap orang-orang yang ga suka aku mau rela-rela mengungkapkan apa si yang bikin mereka ga suka dari aku. Dan ku mohon, jangan sampai ada banyak orang yang ga suka aku.

Keluarga cemara ? Ahaha.. cita-citaku.

Oh ini bukan cerita yang ku karang lagi. ini sebuah tulisan sederhana saja.

Oh ini juga ga bermaksud mendewakan diriku layaknya raja, aku cuma numpang berkata-kata sedikit saja.

Kau liat pak tua yang suka datang ke kantorku sore ini. Dia sungguh hebat menurutku. Tak kenal lelah walau dia kembali dengan tangan hampah. Lalu dimanakah letak ketidakbahagiaanku ?

Jelas sekali ku lihat guratan tipis di wajahku, Wajah lelah yang membutuhkan istirahat extra daripada aku yang menuntu istirahat dan menumpahkannya dengan bolos kuliah lalu bermalas-malasan. Berusaha mencari sedikit kejelekan untuk di besar-besarkan agar aku terlindungi dari rasa bersalah dan merasa aku paling benar. Selalu ada kata tapi untuk pembenaran diriku sendiri. Ohh Tuhan, sungguh malu aku jika di hadapkan dengan Pak Tua itu.

Aku membuang makanan yang ga aku suka terserah aku saja. Tapi aku juga baru melihat, mereka dengan susah membeli makanan untuk menutupi rasa lapar berhari-hari. Ohhh.. kenapa aku harus membeli makanan mahal lalu melemparkannya ke kotak sampah sambil berkata "Cuih.. masakan apa ini ? Ga enak."
Kenapa tak terucap kata, "Alhamdulillah" karena masih bisa mengisi perut ?

Aku berkeluh kesah kerjaanku menyusahkan saja. Tentunya saat itu aku ga melihat bagaimana pemuda itu mendorong gerobak sampahnya tanpa alas kaki apapun di hari yang terik ini ?
Lihat Kaa, lihat dengan hati.. Lalu berhentilah mengasihani dirimu sendiri. Mereka masih belum beruntung sepertimu. Lalu kenapa masih ga bisa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan ?

Aku mengganggap keluargaku tak pernah menginginkanku. Hello.. kau liat tidak banyak anak-anak jalanan disana ? Bahkan ada yang dijual agar bisa makan. Di titipkan di panti asuhan. Apa yang kurang beruntung dari dirimu, Ka ??
Haruskah kau mendapatkan pelajaran sendiri jika kau ga mampu merasakan dari contoh yang berserakan di jalan ?


Huf.. aku mengelus dada lagi. Rasanya terlalu banyak yang ingin aku lontarkan dari bibir ini. Sayangnya bukan kata-kata yang baik. Bukan cerita yang membuat aku ini bangga.

Jadi marilah, sejenak pejamkan mata.
Pegang matamu, bayangkan kau ga punya mata untuk melihat lalu ucapkan syukur karena kau masih bisa melihat.
Pegang hidungmu, bayangakan kau ga punya hidung lalu ucapkan syukur karena hidung kau berfungsi dengan baik.
Tidak cuma itu saja, pegang semua anggota tubuhnya.. bayangkan salah satunya tak pernah ada, lalu ucapkan syukur karena kau memilikinya. Syukur.. Indahnya rasa syukur mengalahkan segala penyakit hati.
Ayooo ikhlaslah pada yang kuasa disana. Bersyukurlah akan semua yang kau miliki.

==Jakarta, Kamis 23 February 2012 03:45 AM==
~Ketika jiwaku lemah dan merasa hidupku tiada berguna

Surat Buat Papa dan Mama

Dear Papa dan Mama,

Pa, dulu sewaktu aku kecil aku di doktrin buat jadi pintar, jadi cantik dan membanggakan papa dan mama.
Ma, dulu mama selalu bilang aku selalu bisa meramaikan rumah yang paling sepi sekalipun.
Pa, Ma, dulu papa dan mama kadang terlalu memaksakan keinginan papa dan mama kepadaku, padahal aku sendiri punya cita-cita, pa, ma. Aku sebenar-benarnya masih menyimpan sobekan gambar  astronot dari majalah milik Papa. Aku masih ingin menjadi seorang astronot , pa, ma. Walaupun aku sendiri bingung bagaimana cara mencapainya.
Pa, Ma, sekarang dalam usia aku sudah bisa di bilang dewasa.
Papa dan Mama liat aku kan, aku tumbuh menjadi gadis cantik seperti yang papa dan mama harapkan.
Pa, Ma. Sewaktu lulus sekolah papa dan mama masih saja mengatur aku ini itu. Kenapa aku harus menuruti keinginan papa dan mama ? Aku tak ingin jadi dokter, pa, ma. Jadilah aku menggagalkan ujian seleksi masuk kedokteran yang papa dan mama cita-citakan.
Pa, Ma, aku pun sebenarnya ga terlalu suka dengan jurusan yang sekarang aku pilih walaupun ini juga pilihan kedua mama dan papa. Ya, aku memilih ini agar papa, mama, dan aku senang karena ini pilihan kita bertiga.
Tapi, pa, ma.. sebentar lagi aku akan menghadapi sidang terakhir. Bukan soal sidang ini yang aku bimbangkan, tapi mau jadi apa aku setelah lulus nanti ?
Pa, ma. Aku memang sudah dapat magang di perusahaan besar. Penelitian, pa, ma. Aku memang bercita-cita jadi profesor seperti yang sebentar lagi bisa aku capai.
Tapi, Pa, ma.. ada yang menggelitik hatiku. Ada yang mengatakan padaku kalau semua ini ga benar. Aku bingung, Pa, Ma. Sungguh aku mencintai pekerjaan magangku. Tapi hatiku seakan ga puas dengan apa pilihanku. Aku masih tergelitik untuk jadi astronot, pa, ma. Bahkan saat aku melihat papa dan mama atau tema-temanku sakit, aku tergelitik untuk bertanya kepada diriku sendiri, kenapa aku dulu ga meneruskan mimpi papa dan mama untuk melanjutkan pendidikan menjadi dokter ?
Pa, Ma, seragam Intan putih bersih. Dia sudah bekerja di suatu rumah sakit besar di jakarta. Aku tau pakaianku dalam penelitian juga tak kalah bagusnya, tapi Pa, ma.. rasanya aku kalah telak. Aku hanya mengikuti naluriku yang sekarang sedang lemah.
Pa, Ma. mau jadi apa aku nanti ?
Aku ga tau, pa, ma..
Aku seperti kehilangan arah, bagaikan terombang-ambing di lautan luas.
Pa, Ma.. Rasanya bukan dokter atau astronot yang aku pilih sekarang. Bukan juga seorang profesor yang hebat seperti cita-cita lainku. Aku bisa saja kuliah lagi untuk menggapai cita-citaku yang
tertinggal. Tapi, Pa, Ma.. aku tetap merasa ga punya arah.
Adakah Papa dan Mama menyadari perasaanku ?
Sepertinya ini hanya kekosongan yang harus diisi oleh kasih sayang papa dan mama.
Lalu papa dan mama apa kabar ?
Berbaikanlah, pa, ma..
Mila kangen kalian. Mila ga mau ngerasa makin kosong karena perceraian kalian.
Mila

"Tes.."
Aku ga sanggup lagi menulis. Air mataku jatuh membuyarkan sedikit tinta pada suratku.
Ku lipat kertas itu dengan meyelipkan foto kami sewaktu aku masih kecil. Berharap papa dan mama masih mengenang cinta kasih mereka.

Ku masukkan ke dalam amplop lalu ku rekatkan dengan lem di atas meja belajarku.

Papa dan mama tepisah pulau denganku. Aku masih menuntut ilmu di kota pelajar ini. Ga tau kapan bisa pulang lagi.

Malam makin larut. Cicak berderap-derap di dinding mengejar nyamuk dan bermain-main dengan pasangannya.

Ah alangkah indahnya dulu. Ku matikan lampu, lalu ku tutup wajahku dengan selimut tebal. Menangis sepuasnya sampai aku lelah dan menutup mata. Menanti esok saat mentari mengajakku bercanda dan tertawa. Menanti pelangi yang selalu ada saat hujan telah tiada.

==Jakarta, Kamis 23 February 2012 03:24 AM==

Kenangan atau Cinta Part 4 #Aku cari masalah ?

"Hey.. Hati-hati kalau membicarakan orang lain. Kau pikir telingaku tak ada, hah ?"
"Aku bisa mendengar kau membicarakanku dengan jelas."
"Jadi berhentilah berbisik-bisik dibelakangku !!!"
Aku mendengus pelan. Puas sudah rasa hatiku setelah menumpahkan rasa tak enak hatiku kepada wanita penggosip ini, si penyebar hal yang tidak-tidak pada teman-teman kampusku.

"Ah.. maaf, Aria. Aku tak bermaksud.."
Wanita itu benar-benar keliatan terpaksa meminta maaf karena aku telah mendengar perkataan-perkataan sampahnya. Langsung saja ku potong cepat-cepat permintaan maaf wanita ini.
"Sudah.. sudah.. terserah kau sajalah. Aku cuma minta agar kau langsung saja bilang di depan aku, jangan cuma menyebarkan berita tak sedap tentang aku. Kau pikir aku ini apa ?"

Tanpa ba bi bu.. aku langsung melangkah pergi dari hadapan mereka semua. Mencoba tersenyum kepada mereka yang berpapasan padaku. Mencoba menganggap hari ini sama indahnya dengan hari-hariku kemarin.

"Sruuuffff.."
Aku kembali menyeruput capucino dinginku. Kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu. 

~
Hari itu, hujan deras. Aku cuma bisa termangu di warung makan depan kampus sambil memegang catatan  milik Arga, temanku, yang harus ku kembalikan sebelum jam pelajaran terakhir selesai. Ini gara-gara aku tak hadir di kelas Pak Edi kemarin karena aku sedikit flu. Aku harus mempunyai salinan catatan ini karena besok akan ada quiz dari Pak Edi. Closed Book. Otomatis aku tak akan bisa berkutik bila tak mem-fotocopy catatan ini hari ini juga. Kebetulannya lagi, ini sudah jam 5 sore, kelas terakhir mulai sebentar lagi dan tukang fotocopy disana biasanya tutup setelah magrib.

"Tes.. Tes.."
Bunyi tetesan hujan kian mengacau suasana hatiku. Waktu terus berjalan. Detik berganti menit dan sebentar lagi pukul 6 tepat. Bagaimana ini ? Arga sudah menelepon dan sms aku dari tadi. Tak mungkin lah aku membawa kabur buku catatannya sementara dia juga kebakaran jenggot untuk quiz besok pagi. 

"Arghh.."
Aku berteriak dalam hati. Bagaimanalah ini ? Tak ada tanda-tanda hujan bakalan berhenti. Apa ini salahku yang lebih memilih makan sore di warung daripada mem-fotocopy catatan ini dulu ?

"Tinutinutinutinutinu.."
Handphoneku berdering lagi. Rasanya ini udah hampir 10 kali Arga meneleponku. Apa mau di kata, aku sedang tak ingin mengangkat telepon saat ini. Aku hanya mencoba berkonsentrasi menghitung air hujan yang jatuh membasahi bumi. Kalaupun aku menerobosnya saat ini, tentu bukan aku saja yang mandi hujan lalu meringkuk kedinginan di ujung kelas nanti malam, buku-bukuku beserta catatan Arga pun akan mencicipi rasa asemnya air hujan kota ini.

Dan ahaa.. aku melihatnya, tiba-tiba cahaya jatuh di depanku, mengarahkan aku ke arah jam 3. Lama aku tak berkedip menatapnya. Sesosok gadis putih berlesung pipit, berambut panjang agak basah sedikit, dan dia benar-benar menarik perhatianku. Ahaha.. Bukan karena dia mempunyai senyuman menawan, kawan. Bukan juga karena dia cantik dan hm.. dia sebenernya tipe ku banget si. Hehe. tapi bukan juga karena dia telah punya pacar lalu hatiku hancur berkeping-keping. Oh ya, aku belum cerita kepadamu, kawan. Di kampus ini, aku dan Milana sempat satu fakultas, akan tetapi dia memilih pindah ke kampus lain saat semester 3 karena dia ngerasa tak cocok dengan jurusan yang dia pilih. Jadi, kau pasti bisa menebak disini banyak sekali mata-mata Milana.

Ehem.. aku belum menyelesaikan bagaimana sosok wanita lembut disana menarik perhatianku dari tetesan hujan ini. Aku tertarik pada.. dompetnya ? Hahaha.. Tidak. Sangat tidak untuk tertarik dengan dompetnya. Aku tertarik pada..

"Sreeet.."
Dia membuka payungnya. Payung yang indah berwarna pink dusty. Sepertinya gadis ini sangat feminim. Ku dekati dia pelan-pelan sambil tetap menjaga tatapan mataku. Kata orang-orang, tatapan mataku lah yang membuat para wanita tersanjung. Ahaha.. Ada-ada saja.

"Hm.. kamu sendirian ?"
Waw.. Ibu, aku berhasil mengeluarkan sepatah kata dari bibirku. Semoga dia tidak sombong. Batinku terus berdoa agar gadis ini tak menolak perkenalanku.

Dia tersenyum. Manis sekali, Ibu. Rasanya jantungku makin berdegup kencap. Entah dia bisa melihat rona pipiku atau tidak. Tapi kuharap suara degupan jantungku tak terdengar olehnya karena ditutupi suara hujan. Aaaamin.

"Oh yaa.. aku sendirian kok. Tapi aku harus pergi sekarang. Maaf yaa.."
Gadis itu berkata sambil mengibaskan rambutnya. Yaa ampun, cantik cantik.. lesung pipi nya pun sungguh aaaah.. pokoknya harus ku katakan sekarang.

Aku masih menimbang-nimbang apa yang ingin aku katakan lagi. Tak mungkin aku to the point bilang kalo aku..

Saat dia hendak melangkahkan kakinya ke jalan, secara refleks aku menarik tangannya.

"Tunggu.. aku belum selesai."
Lagi-lagi aku malu, Ibu. Tapi dia tetap tersenyum dengan manisnya. Aku bahkan tak tau siapa namanya.

"A.. A.. A.. A.. ku.."
Aku terbata-bata. Haha. Dalam hati aku serasa ingin menimpuk diriku sendiri. Alangkah tak tau malunya aku ini, pakai gagap segala.

"Yaa ? Kamu kenapa, Aria ?"

Dia tau namaku ? Horee.. Horee.. Rasanya ingin terbang ke langit ke tujuh agar pelangi bisa aku bawa untuk mengakhiri hujan deras ini.

Saat aku hendak balik menatapnya, aku lihat dia sedang memegang handphone nya. Ah Ibu, Aria yang dia sebutkan tadi bukan namaku tapi seseorang yang sedang berbicara dengannya di handphone. Kesel juga aku di giniin ama gadis cantik ini.

"Oh..maaf, aku tadi angkat telepon bentar. Aku pikir kau masih lama bicaranya. Hehe."
Dia tertawa lagi dan itu membuat aku teguh akan pendirianku untuk bilang kalau..

"Hm.. aku... aku.."
"Kamu kenapa si ? Dari tadi cuma bilang aku aku terus ?"
"Hehe.. Gapapa.."
Balasku sambil mengelap keringat di dahi.
"Duh.. aku mau menyebrang ke tempat fotocopy-an nih. Bentar lagi tutup. Lagi buru-buru. Kamu kenapa ?"
"Eh..."
Mataku langsung membulat. Ku pegang erat tangan kanannya yang sedang memegang payung pink dusty. Samar-samar aku merasakan suara halusku keluar saat tangan kami bersentuhan.

"Aku boleh menumpang payungmu ? Hehe.. Maaf.."
Bersamaan dengan itu, aku langsung mengacak-ngacak rambutku sendiri dan dia tertawa dengan puas sampai pipinya merah.
"Hahaha.. Susah ya buat ngomong minta di sebrangin ke depan sana ?"
Dia bertanya sambil mengedip ke arahku.
"Hehe.."
Lagi-lagi aku salah tingkah.

"Drap.. Drap.."
Kami pun berjalan melewati genangan air kecil di depan kaki kami. Ku lirik dia sebentar, rasanya pipinya masih merah merona. 

Kami berpayung berdua. Andai kata dia pacarku, mungkin ini akan jadi momen romantis dalam cerita cinta kami. Tertawa di  balik payung untuk melindungi diri dari hujan sambil sesekali tangan kami bersentuhan secara tak sengaja.

Akhirnya kami sampai ke tempat fotocopy-an. Aku segera mengeluarkan buku catatan Arga. Dia segera mengeluarkan catatan lain. Kami langsung sibuk masing-masing. Dan di saat menunggu foto copy-an selesai, aku mengucapkan terima kasih padanya.

"Hahaha.. Aku Pini anak Psikologi."
Dia mengulurkan tangannya padaku. Sesaat kurasakan tangannya dingin sekali dan pipinya masih saja merah. Semuanya ku pikir karena hujan. Ya. Dingin karena hujan.

"Hm.. aku Aria anak Matematika."

Sedikit obrolan basa-basi mulai tercipta lalu terjadilah tukar-menukar nomor handphone. Hehe. Sebenarnya aku lah yang memulai minta nomor handphonenya. Bukan apa-apa, aku hanya tak mau dianggap sebagai lelaki sombong yang tak tau budi, yang langsung menghilang segera setelah menerima kebaikan dari seorang wanita.

Akhirnya fotocopy-an kita selesai sudah. Aku yang sudah telat masuk mata kuliah terakhir langsung lari-lari kecil menyebrang jalan menuju kelas. Untungnya hujan sudah berangsur reda. Kalau tidak, pastilah celanaku ini makin penuh dengan percikan air yang besar-besar. Ku lambaikan tanganku padanya. Lalu menghilang di balik hujan.

~

"Sruuuf.."
Capucinoku sudah habis. Ku lempar gelasnya ke tempat sampah. Yeay.. langsung masuk. Kemudian aku kembali terbuai dalam pemikiranku sendiri.

Kenangan yang cukup manis juga menurutku. Sayangnya aku tak bisa melanjutkan "sesuatu" dengannya karena di suatu siang aku memergokinya sedang makan siang bersama seorang lelaki yang keliatannya sangat akrab dengannya. Yaa.. Aku juga tak mengharapkan sebuah cinta atas nomor handphone yang aku berikan, kok. Ahaha.

Tapi kenyataan kadang beda dengan pandangan orang-orang di sekitar kita. Salah satunya di pandangan Maria, cewek penggosip di kampus ini. Dengan segera dia melaporkan apa yang dia lihat pada saat hujan waktu itu kepada Milana. Lalu menyebar ke seantaro kampus. Dan masalah satu lagi adalah.. ternyata Pini lagi gonjang-ganjing dengan lelaki yang ku lihat waktu itu. Yang aku tau, lelaki itu suka pada Pini tetapi Pini bersikeukeuh untuk menolak dan semua orang di kampus ini mempercayai Maria kalau aku inilah penyebab Pini menolak lelaki itu. What ? Salahku kalau aku ini cakep ? Menyebalkan. Aku ini masih suka sama Mia. Kalaupun aku dan Milana berakhir, aku merasa cinta ini memang seharusnya buat Mia. Milana ? Aaah.. aku sendiri tak mengerti apa yang aku rasakan buat Milana, pacar sah ku. Bukan Mia, cinta pertamaku yang selalu aku pendam.

Yaa.. meskipun gara-gara Pini hubunganku dengan Milana jadi dihiasi dengan keributan. Aku tetap menjaga kontak dengan Mia.

Mia. Mia. Mia. Apa aku memang harus berkonsultasi dengan Pini soal ini ? Pini kan psikologi, dia pasti mengerti setidaknya tentang cinta. Tapi, kenapa aku merasa Pini menyukaiku ya ?

Ku akhiri pemikiran kacauku dengan melangkah ke kelas Pak Edi sambil membiarkan semuanya semakin berserakan di hatiku.

Ibu, anakmu ini harus bagaimana ?


==Jakarta, Kamis 23 February 2012, 02:35 AM==



i had ever hate some people.. i think i can knew someone who doesn't like me

i had ever hate some people.. i think i can knew someone who doesn't like me

Monday, February 20, 2012

Kenangan atau Cinta Part 3 #Masa lalu ku

Baiklah. Aku sangat tidak mengharapkan kemarin menjadi pertemuan terakhirku dengan Mia dan bukan berarti hari ini aku harus memutuskan pacar manjaku, Milana. Aku tidak sejahat itu. Aku hanya berusaha mencoba menelusuri jejak hatiku. Pada siapa aku akan menyerahkan segenap hatiku dan ketulusan yang akan aku jaga sampai rambut ini memutih dan tanah menjadi tempat peristirahatanku. Hey, kenapa kau tertawa mendengarku berkata seperti itu? Jangan asal menuduhku sebagai lelaki yang suka mempermainkan cinta. Bukan salahku jika Milana tergila-gila padaku dan bukan salahku juga jika aku masih menyimpan perasaan yang begitu dalam kepada Mia.
Kau tau apa tentang aku ? Keluargaku ? Kau hanya tau soal kak Ing yang aku ceritakan sebelumnya. Kau bahkan tak pernah tau bagaimana kisah masa lalu ku. Bagaimana ibu ku berjuang untuk menyekolahkan aku, membuat aku pintar daripada diri ibu sendiri ? Kau tak tau kan bahwa aku dan kak Ing dulu sempat jualan koran di lampu merah di depan sana itu ? Kau juga tak tau kan kadang untuk makan pun ibu tak peduli. Ibu hanya memikirkan aku dan kak Ing. Dan apakah kau tau, Mia. Hanya Mia lah yang senantiasa berada disampingku saat itu. Mia bukanlah anak dari keluarga sangat kaya. Tapi Mia seringkali menyisihkan uang jajannya untuk membelikanku makanan saat kelas istirahat dan aku hanya bisa diam tanpa ada satupun teman yang mengajakku bermain. Mia yang seringkali mengajariku beberapa pelajaran yang belum aku mengerti. Ya, Mia sang bintang kelas itu. Mia yang rendah hati namun tetap memilihku disampingnya walau teman-teman yang lain seakan ingin menendangku dari sekolah itu.
Oke. Aku akan bercerita sedikit tentang keluargaku. Awalnya, Ayah dan Ibuku hidup dengan bahagia hampir tanpa cacat. Ayah sangat mencintai Ibu dan Ibu pun sangat mencintai Ayah. Kami berempat selalu bersama. Setiap akhir minggu Ayah pasti mengajak kami sekeluarga untuk berekreasi bersama-sama. Kami suka tertawa bersama, Aku sangat suka melihat Ayah dan Ibu saat memasak di dapur rumah kecil kami. Ayah akan menggoreng atau menumis, aku dan kak Ing akan sibuk melempar-lempar sayuran ke panci, lalu Ibu akan mengiris bumbu-bumbu dapur yang sebelumnya di cuci dan dipercikkan ke wajah Ayah. Ayah yang selalu bersikap sok jago dalam goreng-menggoreng akan mengejar Ibu yang telah berhasil membuat Ayah basah. Aku dan Kak Ing akan mengejar Ayah. Lalu saat semua tertangkap kami akan saling kelitik dan Ayah mengambil selang air lalu membuat kami mandi bersama di pekarangan belakang rumah. Acara masakpun jadi tertunda sebentar, tapi sungguh aku sangat merindukan hal itu. Hal yang sudah terjadi hampir 20 tahun itu, bahkan saat itu kak Ing baru duduk di kelas 1 SD.
Kemudian tiba-tiba semua berubah..
Pada pagi hari di saat kami masih mempersiapkan acara masak bersama kami. Tiba-tiba tawa kami terhenti karena ketukan pintu dari depan rumah. Aku, Kak Ing, Ibu ataupun Ayah sama sekali tak menyadarinya sama sekali akan petaka yang mengintip dari cela-cela pintu rumah kami. 
"Tok.. Tok.. Permisi.."
"Tok.. Tok.. Permisi.."
"Yaa.. bentar.."
Ayah langsung terburu-buru membuka pintu yang diketuk dengan tak sabaran itu.
Tiba-tiba sunyi. Ayah terdiam di depan pintu tanpa menjawab panggilan Ibu yang menanyakan siapa yang datang di pagi ini.
Aku berlari-lari kecil diikuti Kak Ing yang menarik bajuku. Waktu itu, aku pakai kaos Kuning dan Celana Pendek. Kak Ing juga sama, aku sering di anggap kembar dengannya karena selera baju kami sama.
Aku menarik-narik baju Ayah, bertanya sekali lagi siapa yang datang.
"Yah.. siapa ? Kenapa ga disuruh masuk, Yah ?"
Tapi sosok perempuan cantik di depan pintu cuma tersenyum pada kami sambil memegang tangan anak kecil yang lebih tua dari Kak Ing. Aku tak ingat banyak. Ibu pernah bilang usia anak laki-laki itu 8 tahun, beda 2 tahun dengan Kak Ing dan dia bernama Kak Dan.
Ayah tetap diam membatu. Berkali-kali aku bertanya, berkali-kali juga Ayah diam tanpa kata.
Ibu datang menghampiri kami tetapi suasana tak berubah sedikitpun. Ibu tersenyum kaku dan mempersilahkan wanita cantik itu untuk duduk di ruangan tamu sempit kami. Ibu berbasa-basi mengambilkan minum sementara anak yang disebut kak Dan itu tak tersenyum sedikitpun.
Dalam sekelabat bayangan Ibu yang membalik badannya menuju dapur, aku melihat ada air mata menggantung di sudut matanya. Aku menyusul Ibu, membiarkan tamu kami bercengkrama dengan Ayah ditemani Kak Ing.
"Ibu.. Ibu kenapa sedih, Bu ?"
"Wanita cantik itu siapa ?"
Dengan polosnya aku bertanya dengan Ibu. Aku sungguh tak mengerti bagaimana perasaan Ibu saat itu.
Ayah memanggil aku dan Ibu. Aku di suruh main ke atas bersama Kak Ing dan Kak Dan yang keliatannya suka marah-marah itu. Aku menurut saja. 
Bisik-bisik terdengar dari kamarku yang memang menghadap ruang tamu itu. Kak Dan diam dan tak pernah mau menjawab apapun yang kami tanyakan. Mata Kak Dan merah. Aku tak tau apa maksudnya. Tadi Ibu, dan sekarang Kak Dan.
Kak Dan dengan tajam menatap kami seakan-akan kami ini sampah pengganggu. Samar-samar aku bisa melihat bola matanya yang sekarang mulai banjir dengan air mata. Dia mendorong Kak Ing dengan keras sampai kak Ing mengaduh lalu dia berteriak dengan lantang.. "Jangan ambil Papa lagi.."
Aku dan Kak Ing mungkin belum mengerti apa yang terjadi saat itu. Yang aku dan Kak Ing tau, sosok pria yang kami banggakan dan sedang bercengkrama dengan Ibunya di bawah adalah Ayah. Bukan Papa seperti yang Kak Dan teriakkan. Aku dan Kak Ing balik mengejar Kak Dan hingga dia menangis dipelukan Ayah. 
"Yah, Kak Dan jahat, Kak Dan mendorongku."
Kak Ing mengadu ke Ayah tapi Ayah tetap diam hingga wanita cantik itu meninggalkan rumah kecil kami.
Tak ada acara memasak lagi sejak hari itu, yang selalu ada hanyalah kedatangan wanita cantik itu dengan Kak Dan.
Ayah dan Ibu pun tak pernah terlihat saling menggenggam tangan erat seperti dulu. Mata ibu selalu digantungi oleh kantung hitam. Ayah mulai merokok tanpa bisa kami cegah lagi. Wanita cantik itu makin lama makin terlihat mesra dengan Ayah dan Kak Dan makin lama makin manja dengan Ayah.
Kami pelan-pelan ditinggalkan oleh kasih sayang Ayah. Ayah mulai jarang pulang. Kalaupun Ayah di rumah, pastilah wanita cantik itu di rumah ini juga bersama dengan Kak Dan. Kau tau ? Bahkan wanita itu tak segan-segan menginap di rumah ini. Dan bisa kau tebak, aku dan kak Ing tak menyukai kehadirannya yang menurut kami jahat. Dia selalu memaki Ibu saat Ayah tak ada. Ia menatap benci pada aku dan Kak Ing ketika kami lewat di depannya. Belum lagi Kak Dan, Kak dan bahkan pernah menggigit tangan Ibu dan melempar piring makan ke arah Ibu hanya karena dia tak suka Ikan goreng.
Hingga lama-lama Ibu mendekati aku dan Kak Ing, menggenggam jemari tangan kami dengan penuh cinta, membuat kami merasa nyaman diantara semuanya. Ibu menangis dan tak menjawab apapun pertanyaan kami. Ibu memeluk erat tubuh kami, membiarkan semua rasa sesaknya keluar dalam bentuk buliran air mata yang selalu menggantung di sudut mata cantiknya. Ya, Ibu bahkan lebih cantik daripada wanita cantik itu. Ibu sangat mencintai Ayah. Kami sangat tau itu. Yang kami tak tau adalah.. bahwa wanita cantik itu adalah istri Ayah. Tidak, Ibu tak bermaksud menjadi istri kedua Ayah. Ibu pun tak kenal dengan wanita itu, Ibu dulu sering melihat foto wanita itu saat Ibu baru mengenal Ayah. Kau tau, Ayahku dulu terbang menggunakan pesawat bersama-sama dengan wanita cantik itu dan kak Dan. Lalu tiba-tiba pesawat jatuh di sekitaran daerah tempat tinggal Ibu. Ayah terpental jauh dari tempat jatuhnya pesawat dan ditemukan di sekitaran sawah milik Kakek, Ayah Ibu. Warga desa yang menemukan pun menolong Ayah. Mereka merawat Ayah dengan baik sampai akhirnya Ayah siap untuk pulang ke kotanya. Selama masa perawatan itu, tentu saja Ayah mencari-cari informasi tentang wanita cantik itu dan Kak Dan. Sampai akhirnya berita di televisi menyatakan bahwa wanita cantik yang ternyata bernama Arni itu meninggal bersama dengan penumpang lain. Anaknya, Kak Dan yang bernama asli Danuar juga ditemukan terpelanting tak jauh dari Bu Arni. Kami semua mengganggapnya sudah tenang di surga.
Ayah pun pulang ke kotanya yang lumayan jauh dari desa terpencil kami. Ibu dan orang-orang kampung juga tau bahwa Ayah masih belum percaya dengan berita tersebut. Hingga 2 tahun kemudian, Ayah datang kembali ke desa kami dan melamar Ibu. Ibu yang diam-diam memang menyukai Ayah sejak pertama kali merawatnya, tentu saja menggangguk iya. Cincin dari bunga rumput pun masih ibu simpan di kotak khusus yang ibu letakkan di atas meja agar Ibu selalu ingat bagaimana Ayah melamarnya di tengah-tengah sawah. Bagaimana burung-burungpun bernyanyi riang mendengar ucapan Ayah yang dibawah angin ke telinga Ibu itu. Ayah sudah mengganggap keluarganya tenang disana dan Ayah harus mengakui bagaimana hatinya bergetar setiap kali mata Ibu melirik dengan semu merah di wajah cantiknya. Ayah melamar Ibu, dan 2 minggu kemudian upacara pernikahanpun dilaksanakan di desa ini. Setelah itu, Ayah membawa Ibu ke kota karena Ayah kerja di kotanya. Yaa.. hidup Ibu dan Ayah semuanya sempurna. Saling mencintai hingga hari itu datang.
Wanita itu membujuk Ayah untuk kembali ke kotanya, wanita itu merayu Ayah yang sepertinya merasa kebingungan. Ibu hanya menggangguk pasrah. Ibu terlalu merasa bersalah dan mengganggap dirinya telah merebut suami wanita itu. Kalau aku pikir sekarang, aku sampai heran bagaimana pula Ayah pernah jatuh cinta dengan wanita seperti itu.
Ayah pergi. Ibu masih terisak di kamar. Di tangannya masih ada sobekan kertas undangan itu. Pernikahan Rahma dan Aditya.
Aku menelan ludah. Aku tak percaya nama Ayahku, Aditya ada di sampul depan undangan itu bersama fotonya yang bergelayutan dengan wanita itu. Apa ini maksudnya ? Aku menahan amarahku.
Kau tau apa yang anak kecil bisa lakukan untuk menghancurkan pesta pernikahan Ayahnya ? Ya, walaupun ini hanya pesta pernikahan untuk mengingat pernikahan mereka yang telah lalu dan dimakan usia serta bencana pesawat terbang itu, tentu saja aku pasti bisa menghancurkannya.
Hari itu, minggu pagi. Ibu berdandan seadanya. Aku dan Kak Ing memakai jas kecil memaksa senyum kami kepada Ibu. Semalam, aku dan Kak Ing telah membuat rencana kecil.
Kami tiba di pesta penikahan itu tepat pukul 11. Sebentar lagi acara makan siang dimulai. Ayah tampan sekali memakai tuxedo abu-abunya. Ayah melempar senyum kepada kami saat kami mendekati panggungnya. Aku merasakan kantung mataku menjadi penuh. Aku merasa titik demi titik pipiku basah merasa tidak terima kami ditinggalkan seperti ini. Aku langsung berlari tanpa melihat wanita kejam itu lagi. Ibu membiarkanku. Berpura-pura tertawa walaupun dari matanya pun semua orang sudah tau kalau Ibu habis menangis lagi.
Acara makan siang sudah tiba, nanyian dan musik mulai memenuhi seluruh ruangan ini. Aku mendekari meja makan, mengambil piring lalu berpura-pura menjatuhkannya. "Prang.."
Aku berhasil membuat mata melihat ke arahku. Dan yeaah mereka menganggap aku tak sengaja menjatuhkan piring itu.
Aku mengambil piring satu lagi lalu menyendokkan nasi ke.. ke tamu di hadapanku. Lalu lauk-pauk serta sayuran yang terhidang di meja. Semua aku bikin kacau. Kak Ing juga membantuku menumpahkan air minum di meja sana. Semua sempurna berantakan. Aku tak bisa mereka tahan. Gerakanku terlalu gesit dan aku merasa aku bisa membalaskan rasa kesalku pada wanita itu.
Tetapi.. disana.. aku melihat Ibu tertunduk lemah tanpa bisa menjawab apa-apa saat wanita itu memaki-maki Ibu sekencang yang dia bisa. Ayah cuma diam. Aku merasa itu bukan Ayahku. Itu bukan Ayah. Ayah selalu melindungi Ibu. Ini siapa ???
Aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang terjadi saat itu. Bahkan saat itu aku belum sekolah. Yang aku mengerti Ibu sedih sekali. Ibu membawa kami pulang. Dan terus menangis di perjalan pulang. Tak lama setelah hari itu, kami pindah ke kota lain. Kota yang menurutku sangat jauh dari kota kami dulu. Tidak di desa. Karena kami tau pasti, Ayah bisa menemukan kami disana.

Ibu menemukan rumah sederhana di kota itu. Ibu bekerja dengan menjahit dan menjual kue-kue buatan tangannya. Aku mulai sekolah. 1 sekolah dengan Kak Ing. Semua sepertinya akan baik-baik saja sampai Edo teman sekelasku yang juga tetanggaku berkicau mengenai keluarga kami yang tak punya Ayah. Saat itu, semua menjauhiku. Semua melirik aku seperti aku ini sampah yang terbuat dari apa ? Sungguh Ayah, aku tak apa-apa, disini ada Mia yang selalu membelaku. Gadis cantik yang rambutnya sering di kuncir kuda dan lincah ini selalu mau berteman denganku, anak Ayah dan Ibu yang sejak dulu berjanji akan menjaga Mia.
Aku sekelas dengan Mia dari kelas 1 SD sampai 6 SD. Lalu saat lulus SD, kamipun mengambil sekolah tujuan masing-masing. Saat itu, aku sengaja tak mengambil sekolah yang sama dengan Mia karena persoalan biaya. Yaa, karena untuk membantu Ibu saja aku pun harus merelakan kulitku terbakar matahari dengan berjualan koran di lampu merah sana.
Aku senang Ayah. Aku senang Ibu. Setidaknya dari sini aku masih melihat Mia di atas bis kota itu. Mungkin dia tak pernah menyadari mataku yang selalu menangkap sosok tubuhnya saat dia turun di lampu merah itu lalu menyebrang menuju toko buku di sebrang sana. Tak apa, Kak ing, adikmu ini menikmati setiap tetesan keringatnya dengan cinta yang semakin memenuhi hati kecil ini. Dengan dia yang masih menguncir kuda rambutnya. Dengan dia yang tumbuh menjadi gadis tomboi dan dikelilingi laki-laki yang menjadi sahabatnya. Dengan dia yang selalu menenteng buku baru di tangannya saat keluar dari toko buku itu. Dengan dia yang oooh.. jika tersenyum menggelitik dan mencampur adukkan perasaan hati adikmu ini.

==Jakarta, Selasa 21 February 2012 02:05 AM ==

Thursday, February 16, 2012

Nyamuk~

Malam semakin larut. Cicak kian ramai mengejar nyamuk kesana kemari membuat semakin gaduh suasana.
"Plak.. Plok.."
"Gatal.."
Aku mengucapkan kata gatal berkali-kali. Bentol dan tepakan dari tanganku tak bisa berhenti sebagai ungkapan aku sangat terganggu dengan gigitan para nyamuk nakal ini.
Malam ini aku ga sendiri, aku bersama teman-teman dari studio rekaman "AJ Labels" untuk membantu Enno Lerian dalam pembuatan video klip-nya yang berjudul Nyamuk-Nyamuk Nakal. Ruangan ini sengaja dibuat gaduh dan so messy agar nyamuk-nyamuk betah. Beberapa crew malah sempat menangkap beberapa nyamuk untuk dilepaskan di ruangan ini. Kau tebak saja, jangan banyak bertanya. Bagaimanalah keadaan nyamuk-nyamuk itu disini ? Mereka berpesta-pora dengan kakiku. Aaah.. aku lupa memakai celana panjang dan kaos kaki. Walaupun aku sudah memakai autan atau anti nyamuk lainnya, tetap saja mereka terlihat nyaman menempel di kakiku. Mungkinkah karena aku ga sempet mandi sore tadi ? Tentu saja kau juga tau, kalau kau tak mandi, pastilah bau badan kau akan terasa menyengat. Walaupun tak bau sangat seperti sampah, tapi bau ini sangant gampang dikenalin oleh indra nyamuk. Jadilah kau santapan makan malamnya yang super mewah. Ahaha.. Bahkan crew yang lain pun ikut tertawa melihat nyamuk-nyamuk itu bespesta-pora.

Kau lihat gadis kecil yang berambut pendek dengan bando di kepalanya ? Jangan cuma bengong kalau melihat aktris, kawan. Cobalah kau sapa lalu kau ajak berkenalanlah dia. Dia tak sombong. Dia suka tertawa bersama kami. Dia lah Enno Lerian.
Haha. Kali ini dia bermain bersama kami sembari menunggu selesainya persiapan ini.

Waktu sudah pukul 7 malam. Semua persiapan sudah selesai. Papan take tinggal di take saja. Lalu tiba-tiba lampu mati. Hey.. Jangan kaget. Lampu memang sengaja kami matikan kemudian langsung take.
Musik mulai  mengisi seluruh ruangan ini. Terlihat sang cicak mulai sedikit terganggu dengan musik kencang yang kami mainkan. Saat Enno mulai melenggak-lenggokkan badannya, tiba-tiba saja aku merasa betisku berdengut. Ini bukan gigitan nyamuk biasa.. Ini...
Monster nyamuk !!!
Aku kaget sekali, ada nyamuk sebesar lemari menggigit betisku.
Aku teriak.. Aaahhhh... Aaahhh..
Dan aku terbangun.. ternyata betisku di tusuk dengan jarum pentul oleh adikku. Mungkin karena aku ga bangun-bangun jadilah dia semakin kuat menusuknya. Hiks. Hiks. Dasar adik pengganggu :((

~Jakarta, Kamis 17 February 2012 ~ 12:16 PM

Monday, February 13, 2012

ala J.K Rowling~

J.K. Rowling : Jika kau menulis dengan rasa senang, tentulah pembaca tulisanmu akan merasakan juga kesenangan yang kau rasakan.”

Sunday, February 12, 2012

Hayya ala sholaa.. (Hidupkanlah/ Dirikanlah Sholat)


Allahu Akbar 4 x (Allah Maha Besar KeagunganNya)
Asyhadu ala ilaha ilallah 2x (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah)
Asyhadu ana Muhammada Rasullullah 2x (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul Allah)
Hayya ala Shola 2 x (Hidupkanlah / Dirikanlah Sholat)
Hayya ala falaah 2 x (Hidupkanlah / Raihlah Kemenangan)
Allahu Akbar 2 x (Allah Maha Besar KeagunganNya)
La ilaha ilallah 1 x (Tiada Tuhan selain Allah)


Ga banyak yang bisa aku ceritakan dari video ini. Ini tentang mengingat sholat. Coba tonton dan resapi maknanya. Kalau aku sendiri pas nonton jadi merinding yaa.. Ga kebayang nafasku diambil sebelum aku sholat. Yaa ALLAH, jangan sampai.

Video ini aku dapetin dari temen kantor. Sesaat dia bertanya apakah aku sudah sholat, dan dengan entengnya aku menjawab "bentar lagi ah, nanggung". Kemudian dia berlalu setelah memintaku melihat video ini.
Terima kasih mas Dandy sudah mengingatkanku sholat melalui video ini #.0.

==Jakarta, Minggu 12 Febuary 2012, 20:45 PM==
~Tikaa

Hallo Minggu

Hallo Minggu..
Bukankah hari ini janjimu adalah mengerjakan UAS yang tertinggal di minggu lalu tanpa perlu mempermasalahkan ini itu ?
Hiks.. Hiks.. Menahan pertimbangan yang sedikit menyebalkan. Bagaimana tidak, entah aku sadar atau ga, ternyata masih ada 5 UAS oii.. 5 @50.ooo = 250.ooo
Aku bahkan baru tau kemarin kalo UAS susulan ternyata bayar @50.ooo Huwwwaaa mama.. #banting-banting tisu :(
Apakah yang terjadi dengan anakmu ini ?
Betul.. Betul.. Febuary ini aku seakan orang kaya aja, buang duit sana-sini seakan udah jadi Paman Gober aja. Huhu.. Tak apa. Tak apa. Semua akan baik-baik saja. Aku membujuk hati untuk berdamai.

Karena waktu, akhirnya baru selesai satu dan yaaaps.. 50.ooo telah pergi dari dompetku.
Awalnya agak gimana ya ? Tapi pas di tanya ikhlas ga ? Yang tadinya aku jawab sambil bercanda "Ga.. Ga ikhlas. Lalu aku ralat dengan kata ikhlas. Plong.. Semua plong. Ikhlas.
Mudah-mudahan bukan hanya dalam soal ini aja aku bisa ikhlas. Mudah-mudahan dalam segala hal aku bisa ikhlas. Aaaamin..
Hehe..

Pelajaran hari ini :
Jangan pernah menyesali semua keputusan yang kau buat. Jangan pernah, karena semuanya pasti ada resikonya :D

==Jakarta, Minggu 12 February 2012 19:41 PM==
~Tikaa

Saturday, February 11, 2012

Kenangan atau Cinta Part 2 #Beneran Ketemu

There I was again tonight
Forcing laughter, faking smiles
Same old tired, lonely place
Walls of insincerity 
Shifting eyes and vacancy
Vanished when I saw your face
All I can say is it was enchanting to meet you 

This night is flawless
Don't you let it go 
I'm wonderstruck 
Dancing around all alone
I'll spend forever wondering if you knew
I was enchanted to meet you 

This is me praying that 
this was the very first page 
Not where the storyline ends 
My thoughts will echo your name 
Until I see you again 
These are the words I held back as I was leaving too soon
I was enchanted to meet you 
Please, don't be in love with someone else
Please, don't have somebody waiting on you 
Please, don't be in love with someone else
Please, don't have somebody waiting on you
(Enchanted - Taylor Swift)

Aduh Mak.. kenapa lagu ini yang selalu terngiang-ngiang di telingaku ? Aku bahkan menyanyikannya hampir setiap waktu. Aku mulai ga mengerti. Ada apa dengan Aria ? Walau suaraku ga beres, walau liriknya ngacoh atau ga lengkap-lengkap.. sebenarnya lagu inilah yang benar-benar mewakilkan perasaanku pada Mia. Huhu.. Mak.. Sumpah aku ngerasa malu banget. 5 tahun aku kehilangan kontak. 5 tahun aku cuma berdiam diri. Lalu tiba-tiba Mia sms besok akan pulang ? Hahaha. Aku yakin, kalau jodoh pasti akan bertemu kembali. Aaamin.

Ku tuang air dingin ke dalam gelasku. Ku teguk banyak. Ku harap air ini bisa mendinginkan hatiku yang panas karena api cinta. Uhuk.. uhuk.. terbatuk aku karena terlalu banyak mengkhayal.

Andaikata besok cuma berdua. Apakah bisa dikatakan sebagai nge-date ? Aku mau nyiapin candle night dinner. Ahaha. Apa mungkin gadis setomboi Mia suka dengan candle night dinner seperti yang kulakukan pada beberapa wanita yang menggilaiku ?

Aku ga sedang bercanda. Coba kau perhatikan wajahku, gayaku ? Ahaha.. Aku ambil cermin dulu ya. Pandangilah wajahku dengan seksama. Siapa yang ga suka aku ? Aku tampan. Banyak gadis yang suka aku. Tentunya kalau kamu yang membaca ini adalah seorang wanita, aku yakin kamupun bisa memujaku.

"Pluk.."
"Hadeuh.."
Kak Ing menimpukku dari belakang. Dia sepertinya benar-benar dendam kepadaku. Uh.. bukan salahku kalau aku tampan.
"Pluk.."
"Aduh kak, kenapa si nimpuk-nimpuk aku pake bantal terus ?" 
"Dosa loh !!!"
"Apanya yang dosa, kak ?"
Aku memasang tampang polosku. Hihihi. Semoga saja dengan begitu Kak Ing berhenti menimpukku.
"Kamu dosa kalau berlama-lama natapin cermin kayak gitu. Tolong deh Aria, berhenti atau aku timpuk kamu lagi."
Kak Ing mengancamku setengah menggoda. 
"Ahaha.. kakak kok ga bangga si liat Aria cakep gini ?"
"Pluk.."
Aku di timpuk lagi. Kemudian aksi timpuk-timpukan ini berlanjut hingga kami lelah untuk saling menertawakan diri sendiri. Ahaha. Kak Ing memang kakak terbaikku. Walau kak Ing tega menimpukku dengan bantal iler nya, tetap saja.. Aku sayang sama Kak Ing. Hm.. Kalau dengan Mia ? Aku gimana ya ?

~*~

"Aria.. nanti malem jadi kan makan bareng Milana ?"
"Milana pengen makan kepiting. Hehe.."
Duh.. sumpah aku lupa banget kalau pernah janji sama Milana. Aku bingung.. bagaimana ini ? Tentu aku sangat lebih memilih Mia. Mia. Mia. MIA.
"Hm.. Sayang, maaf yaa.. kayaknya ga jadi. Aria mau nganterin Kak Ing. Palingan agak maleman dikit Aria bawain kepitingnya ke rumah Milana. Gapapa kan sayang ?"
Aku terus mencoba membujuk Milana yang manja ini. Aku mohon Tuhan. Jangan ciptakan hal sekecil ini menjadi bibit masalah dalam hubunganku dengan Milana.
"Oke. Oke. Nanti malam aku hubungi kamu lagi."
Milana langsung pergi. Ah.. sudahlah. Aku tau. Aku bahkan sangat tau malam ini Milana ingin mengajakku makan bareng bersama sahabat-sahabatnya.

"Ar.. nanti jam 5 aku tunggu di depan resto Myu yaa. Aku udah ajakin anak-anak yang lain. Jangan telat. Kami menantimu. Hehe."
OMG. Sms dari Mia. Hatiku langsung jedag-jedug ga karuan. Mendengar suaranya saja aku belum berani apalagi bertemu langsung ? Duh.. semoga aku ga terliat salah tingkah di depannya, Tuhan.

~*~

Hari Sabtu. Jam 5 teng.
Ku hamburkan pandanganku kesekitar. Kemana Mia ? Kenapa disini seperti ga ada tanda-tanda kehadirannya ? Telepon ? Tidak ? Telepon ? Tidak ?
Baru saja hendak aku dial nomornya..
"Hey.. Ahaha.."
Aku terdiam untuk sementara. Terpaku pada sosok Mia yang sedang tertawa renyah di depanku. Mia bersama 5 orang temannya. Aku pria sendiri. Oh.. Oh.. aku mulai uring-uringan. Akankah aku akan dicuekin  Mia ?
"Udah lama, Ar ? Jangan diem aja !!!"
"Ah.. eh.. Oh.. Ba.. ba.. baru aja, Mi.."
"Mia sama siapa aja ? katanya Ardi ikutan ? Kok jadinya aku sendiri ni ?"
Aku mencoba protes. Kalau begini jadinya kan mendingan aku berdua aja sama dia sekalian. Biarin deh keringat dingin mengucur deras, biarin deh hatiku dag-dig-dug hingga aku bisa berjam-jam. Asalkan nanti aku ga di cuekin.
"HYaaa.. ahaha.. tenang, Ar. Ardi lagi di jalan. Palingan bentar lagi sampe. Eh.. Maaf, hape aku bunyi. Dari Ardi ni. Mungkin dia udah di sekitar sini."
Aku cuma bisa mengangguk. Menatapnya dan menatapnya. Mendengarnya dengan suara mantap.
"Yaa.. di.. Yaa.. kita udah di depan ni. Buruan jalannya, jangan kayak bebek keseleo. Ahaha."
Lagi-lagi Mia tertawa. Aku merasa ada yang berbeda. Mia yang ku kenal dulu ga seceria ini. Ga apa. Aku lebih menyukai Mia yang seperti ini. Miana Amelia yang ceria dan penuh tawa seperti yang di depanku ini.
Tapi aku ga menyadari, disana.. Tepat disaat aku menatap Mia tanpa kedip. Tepat disaat aku mencoba berada dekat dengan Mia. Tepat disaat aku merasakan ternyata rasa itu masih ada. Tepat disaat aku memikirkan bagaimana caranya aku selalu bisa melihat senyum Mia.. Tepat pada saat itulah, seseorang yang dari tadi hanya duduk diam disana pelan-pelan mendekatiku.
"Aya. Kau bisa memanggilku Aya."
"Salam kenal."
Wanita itu menghampiriku. Aduh.. dari gelagat senyumnya, sepertinya dia menyukai aku. Aku cuma membalas dengan anggukan sembari menyebutkan namaku.
"Aria. Temen Mia waktu masih kecil dulu."
Deg. Aku ga mau kalau cuma jadi teman. Tolong, ga mau kalau cuma jadi teman.
Seketika senyuman Aya semakin mengembang. Sepertinya dia senang sekali mendengar aku menyebut kata 'temen'.
"Ardi. Kok baru dateng jam segini si ? Udah laper ni."
Mia menepuk-nepuk perutnya sambil bercanda dengan Ardi. Aku suka. Aku suka Mia yang begini. Bukan Mia yang dulu hanya diam. Cuek sekali. Entah berapa kali aku sapa, dia seakan ga melihatku. Atau.. emang aku ini invisible di mata Mia ?
Malam nan panjang membuat pipiku semakin meronah. Musik yang bersenandung kian membuat suasana malam semakin hangat. Ternyata yang aku sadari adalah.. aku ga mengenal Mia sepenuhnya. Tapi aku ingin mengenal Mia sepenuhnya. Itu janjiku."

"Trrtt.. Trtt.."
"Handphone siapa ni yang bergetar ?"
Mia mulai menggodaku. Ahaha.. Lucu sekali melihat gelagatnya saat itu.
"Ah.. Mi, Aya tau.. pasti cuma digetar-getarin doank. Hehe."
Uh.. Kenapa cewek satu ini selalu bicara kalau ada sesuatu yang menyangkut diriku ?
"Duh.. maaf ya temen-temen. Aku pulang duluan ni. Kakak baru sampe rumah ni. Di rumah lagi ga ada orang."
Aku berkilah agar semua percaya.
"Yaaa.. ga bisa pulangnya sebentar lagi, Ar ?"
Mia menahanku. Ga. Bukan cuma Mia. Aya juga.
"Hm.. Mia ga apa kan pulang sendiri ? Atau mau bareng ? Aria harus pulang ni. Udah dari tadi di sms-in. Di telepon."
"Yaa.. yasudahlah.. ga apa, Ar. Ati-ati yak."
Mia tersenyum padaku dengan tulus. Aku pikir aku udah ngelancarin sedikit perhatian khusus buat Mia. Haha. Ku pikir Mia mau aku ajak pulang bareng. Tapi ternyata aku pulang sendiri. Hiks. Ga apa. Sepertinya lebih baik begitu. Karena yang sms dan telepon dari tadi tu Milana. Milana ngambek. Aduuh.. alasan apalagi yang bisa aku pakai untuk merayu Milana. Udah uring-uringan aku. Rasanya ga ingin pergi saja. Biarlah. Aku kan sudah menemukan cinta sejati aku. Ahaha.
Akhirnya aku pulang. Aku meluncurkan mobil merahku ke rumah Milana. Setidaknya aku ga harus putus karena ambekan Milana yang seperti ini. Aku harus segera memperbaiki suasana.
Mobil merahku sudah terparkir di depan rumah Milana. Aku merapikan diri sebentar. Membuka pintu mobil lalu melangkah memasuki perkarangan rumah Milana. Memencet bel dan menunggu Milana membukakan. Disana aku melihat Milana tersenyum kecut menyambutku dan aku mulai mencari cara agar malam ini dia bisa memaafkan kebohonganku.
Ku tarik tangannya, ku ajak dia masuk ke mobil lalu menjelajahi malam mencari resto kepiting yang dia mau. Haha. Sepertinya gampang saja. Dan..
"Trrt.. Trtt.."
Sms dari Mia, menanyakan apa aku sudah tiba di rumah. Ku balas seadanya. Walau hatiku riang, tapi aku ga mau Milana mengamuk lagi malam ini.
Lihatlah dari luar jendela mobil ini. Bintang-bintang berdansa dengan kerlipnya. Seperti hatiku yang berkerlap-kerlip karena sebuncah perasaan yang semakin tumbuh buat Mia. Miana Amelia.

~*~

Valentine..

Huaaa.. udah valentine aja. Hikhiks..
Ga ngarep ini si..


Cuma ngarepin yang ini. Hihihi.. #Vanhouten


Tapi bukan buat valentine-valentine-an loh..
Gw emang suka vanhouten :*

Diskriminasi ?

Tolong kasih pendapat dari apa yang gw dapet..
Ini poto di Gramedia Plaza semanggi. Hm.. sebenernya gw kurang suka ama ni poto, kok kaya ada diskriminasinya ya ? Coba liat deh..

Al-Quran

Al-Kitab

Itu kitab suci muslim di taro sembarangan aja, di lantai. Terus di sudut-sudutin pula. Kayak ga dianggap banget. Emosi dikit deh. Kalau kitab nasrani malah di letakkin di rak. Huff.. sabar-sabar.. mungkin cuma perasaan gw aja.. Whatever deh.. 

Keterangan : Poto di ambil hari Jumat, 10 February 2012

Pernikahan SahabatKuu :D

Oii.. Seminggu kemarin aku pulang kampung, sahabat sejak kecilku menikah. Cantiknya kawan ku..
Aku sharing  poto-potonya ya !!!

Ellin dan Andi, 5 February 2012

Biarlah poto ini ga terlalu bagus, asal orang-orangnya masih lengkap. Ahaha. Dari kiri ke kanan : Heny, Pia, Indah a.k.a Nenek, aku, Alvin, Candra, Anto a.k.a kakakku. 

Hari itu serba buru-buru, mau aku ceritain ?
Rencana sabtu tanggal 4 itu, aku ga mau tidur. Takut ga kebangun. Tapi ternyata ketiduran juga. Sekitar jam 12 mata ga bisa kompromi. Plek. Tertidur dengan cantiknya. Hehe.
Tiba-tiba aku kebangun. Ah.. Masih jam 4 kurang 10 menit. 5 menit lagi yaa. Lantas aku tidur lagi. Dan eh.. adzan subuh. Setengah 5 ? Aku langsung ga jelas, mana barang-barang belum diberesin sama sekali. HAdeuh  heboh deh subuh itu. Ga sempet mandi. Ga sempet sikat gigi, beberapa barang ketinggalan. Tapi  untungnya bukan barang wajib. Alhasil jam 5 kurang aku baru berhasil menyelesaikannya dan berangkat menuju bandara. 

Ga ada taxi yang lewat kosan. Masih gelap. Akhirnya dengan terseok-seok aku membawa buntalan itu. Huh.. harus kusebut apa lagi selain buntalan ? Tas besar ? Ahh ga usah banyak gaya.
Aku dapet taxi setelah menyebrang jalan. Saat itu jam 5 teng. Ngebut juga aku jalan. Aku melirik jam di handphone. Pas, jam 5 lebih 10 menit aku tiba di damri. Duduk dengan cantik dan Oh tidak.. ternyata jam di damri sudah 5 lenih 15 menit. Aku pikir akan berangkat sebentar lagi. Ku tunggu-tunggu ternyata mas-mas di bangku sebelah mendapat jawaban kalau damri ini akan berangkat jam setengah 6.
Maaaak.. rasanya pengen menangis. Apalagi damri nya baru jalan setelah pukul 5 lebih 40 menit. Aku ulangi 5 lebih 40 menit sodara-sodara !!!
Bagaimanalah jadinya nanti ? TELAT ??? TENTU SAJA !!!
Tapi aku masih berdoa dan ber-istigfar dalam hati. Tuhan, sempatkanlah. Sempatkanlah.
Jam 6 lebih 15 damri tiba di terminal 1 B. Wah.. sepertinya masih keburu, semoga delay. Semoga Delay. Sayangnya penerbangan pertama tentunya jauh dari delay, karena itu juga aku lebih suka penerbangan pertama.

"Mas, mau print tiket."
Aku mesem-mesem ngeliatin mas-mas yang ngelayanin aku. Lalu setelah dia tau aku terbang jam setengah tujuh. Oke, 10 menit lagi flight dan sekarang sudah boarding. Demi aku yang cuma bisa cengengesan, mas-mas itu sibuk kesana kemari, telepon dan telepon sampai akhirnya aku mendapatkan tiketku yang sudah di-print dan bersiap untuk check in. Aku merasa seperti orang penting, dianterin sampai ke pesawat (walau yang nganter beda orang, pokokny thx banget buat Sriwijaya Air)

Fyuh.. aku mengelap keringat di dahiku. Pas. Pas. Akhirnya aku tepat waktu. Eng Ing Eng.. pesawat pun melaju dengan indahnya. Aku duduk di side 1F di pinggir jendela. Masih dengan nafas ngos-ngosan, mencoba memejamkan mata untuk beristirahat sebentar lalu.. ga bisa tidur. Hehe.

~Sudahlah, itu cerita keberangkatan, bagaimana saat pulang ke Jakarta lagi ?
Yaa.. aku pulang ga sendiri, berdua bersama sepupuku. Penerbangan jam 7.40 PM. Hujan menghujam bumi sejak siang, sejak aku tiba di rumah. Jangan salahkan aku, sudah jelas-jelas di tiket jam 7.40 PM tapi kok jam 7.10 PM udah boarding ?
Aku buru-buru ? Tentu saja. Hihihi. Yang aku sadari setelah sampai di rumah jam setengah sebelas malam adalah.. simcard aku kemana ? Hadeuh Hadeuh.. seingetku adalah di atas kasur. Kemana kemana ? #ayu ting ting mode on.

Akhirnya tiba juga hari jumat. Tiba juga keinginanku untuk memproses itu simcard. Ga lah mau nyuruh-nyuruh orang rumah ngirim simcard doank. Aku ke Grapari  Plaza Semanggi di lantai 2, kebetulan nomor itu nomor simpati. Jika kamu mengalami masalah dengan kartumu, aku sarankan lebih baik ke Wisma Mulia di jalan gatot subroto, pelayanannya lebih baik. Hari kerja buka jam 8.30-16.30. Sabtu 8.30-12.00 dan kalau tidak salah hari Minggu tutup. Atau ke Wisma Alia dekat Tugu Tani, disitu 24 jam.

Yippie.. aku mendapatkan simcard baru dengan nomor lama. Baru aktif setelah 24 jam. Jadi karena aku memprosesnya hari Jumat jam 7 malam, maka nomor ku baru aktif lagi hari Sabtu jam 7 malam. Dan saat nomor ku ternyata sudah aktif lagi. Aku mengambil kotak kacamataku, ingin merapikan meja di kamarku dan memasukkan kacamataku ke dalam kotak itu, Lantas..

Jeng jeng jeng..
Disitu tersenyum manis simcard ku. Aaah.. ternyata simcard ku ga ketinggalan di rumah. Jadi lah sekarang aku punya 2 simcard simpati. Yang satu sudah ga aktif, yang satu lagi aktif.


Yasudahlah.. Simpen aja. Kali aja bisa jadi jimat. Haha..

Pelajaran : laen kali teliti sedikit ya, nak.. Jangan grasak-grusuk ga jelas. Kapan jadi teratur nya si, Tikaa,, woii denger gaa ?? Ahahaha

==Jakarta, 12 February 2012 05:11 AM==
Tikaa~