Sunday, January 31, 2016

The Finest Hours - Review [Mengaduk-aduk emosi dengan gaya ceritanya]

Kayanya gue telat deh nge-review film ini. Seharusnya udah dari Jumat kemarin, tapi lelah ini menuntut gue buat menjauhkan jari-jari gue dari keyboard laptop. Hahaha..

Baiklah. Ceritanya gue ama sobat gue lagi pengen banget nonton, have fun sama-sama walaupun jarak memisahkan kita. Yaa.. beginilah cara kita untuk menikmati we time. Tadinya kepengen banget nonton The Boy, tapi.. pas liat trailer-nya kok kesannya cuma di serem-seremin doank ya? Cuma efek suara yang bikin suasana jadi deg-degan. Okelah, gue passed aja. Nunggu Dead Pool aja lah bulan depan.

Jeng.. Jeng.. Tangan gue yang ga pernah lelah mengunjungi website 21, akhirnya menemukan The Finest Hours. Hmm.. iseng-iseng liat trailer-nya di youtube, akhirnya gue dapet kesimpulan kok film ini kayak Titanic ya? Bedanya, Titanic soal cinta. The Finest Hours soal misi penyelamatan. Well, intinya kedua film ini pasti diselipin cerita cinta juga. #mulai males



The Finest Hours

Film ini berkisah tentang misi penyelamatan kapal tanker minyak SS Pendelton yang hancur di lepas pantai Cape Cod pada 18 Februari 1952. SS Pendelton yang membawa 30 kru itu awalnya sedang menuju Boston, namun ombak besar telah membelah lambung kapal menjadi dua bagian. Kapten Bernie Webber memimpin tiga rekannya untuk melakukan upaya penyelamatan di tengah cuaca ekstrim yang menerjang mereka. Dengan hanya sebuah kapal kecil, Kapten Bernie dan ketiga rekannya akan mengalami sebuah operasi penyelamatan yang sulit dan mengancam jiwa mereka. (sumber : 21cineplex)

Oke. Sebelum gue nge-review film ini dari sudut pandang gue. Gue mau kenalin kalian sama pemain yang mempunyai karakter kuat menurut versi gue (sumber : imdb)

Chris Pine...
Casey Affleck...
Ray Sybert
Holliday Grainger...
Miriam Webber
Graham McTavish...
Frank Fauteux

Pertama kali gue liat trailer film ini, gue terpesona sama sosok Bernie. Hahaha.. terpesona? Iya, karena gue ngerasa doi mirip sama Logan Lerman. Itu loh.. yang jadi Percy Jackson. Tapi lama-lama gue ngerasa karakter mereka berdua beda. Tetep terpesona? Hahaha. Iya #Oops

Di awal cerita, gue sempet nyoba nyambung-nyambungin cerita, apa hubungannya Bernie ketemuan sama Miriam dengan insiden kapal yang bakal terjadi. Ohyaa.. karena Bernie ini kerja di pelabuhan dan ngurusin kapal? Probably, yes.


Tiket gue :D

Nah, ketika gue cari-cari ratingnya, ternyata cuma dapet rating 6 koma. Ga jauh dengan ratingnya The Boy. Oh yaa? Jadi gue musti milih salah satu ya? Tapi karena hari ini The Finest Hours tayang perdana dan namanya juga film baru, kayanya rating ga bakalan ngaruh banyak dengan kualitas film. Menurut gue, rating itu cuma soal selera orang aja, gimana orang itu bisa menikmati film dengan caranya masing-masing. So, not bad lah buat gue penikmat film. Good news. Dua hari kemudian, rating film ini naik jadi 7.2. Yeaaay.. !!!

Genre film ini adalah action, drama, history.

Ohyaa? Dimana action-nya? Gue ga nemu. Hahaha..

Trailer The Finest Hours


Bernie pacaran dengan Miriam. Bernie ini tipe orang baik tapi ga pedean. Wiiih.. karakter Bernie ini agak nyentil gue yang ga pedean ini. Hahaha. Jadilah, semuanya berjalan seolah-olah sesuai dengan keinginan Miriam aja.

Bernie dari awal udah ga pede dengan hubungannya dengan Miriam. Entah dari mau ketemu pertama kali aja.. dia salah tingkah, mikir salah make baju segala. Hahaha.. Ditambah lagi, dengan perasaan takut kalo Miriam ga suka karena dia ga cakep. Oooh.. ga cakep? Gue aja naksir ama Bernie. Hahaha. Sampai temennya bilang.. "Lo kan udah lama teleponan sama Miriam, nyaman sama Miriam. Jadi, dia suka ama lo bukan karena penampilan elo. Dia suka sama elo karena kalian sama-sama nyaman. Lagian siapa si yang bisa ga suka sama seorang Bernie ?" Huahaha.. Kalimat sakti banget :D

Yaa.. Miriam punya karakter keras kepala tapi tegas, to the point dan suka melakukan hal-hal sesuai dengan hatinya, cantik banget, perhatian dan sanggup menunjukkan perasaannya kepada Bernie melebihi sikap Bernie kepada dia. Sekali lagi, karakter Miriam bikin karakter Bernie jadi cemen dibandingkan dengan Miriam.

Barnie dan Miriam

Ada satu scene yang bikin gue pengen ketawa tiap inget scene ini. Hahaha..

Di suatu pesta dansa, Miriam yang ga bisa dansa, ingin menyerah dan berhenti berdansa dengan Bernie. Dia malu, ga percaya diri karena ga bisa dansa di depan Bernie. Bernie yang tau itu malah ngajarin Miriam sampai Miriam bisa. One.. Two.. Three.. One.. Two.. Three.. 

Miriam yang mulai merasa relax dan bisa berdansa kemudian bilang ke Bernie...
Miriam : Will you marry me ?
Bernie : What ?
Miriam : Will you marry me ?
Bernie : No

Buseeeeet.. Gilaa ni cewek berani banget. Hahaha.. #langsung tepok tangan
Miriam langsung keluar ruangan dan di kejar oleh Barnie. Hahaha.. Obrolan macam apa yang diusahain oleh Bernie? Orang serius ngomongin soal perasaan.. Eh.. Bernie malah sibuk ngomongin cuaca dan badai.

Lagi-lagi Miriam ambil sikap dan akhirnya Barnie bilang..
Barnie : How could I leave you ? I love you. Okay. Let's getting married. When do you want to marry ?
Miriam : April 16

Huahahaha.. sangat-sangat to the point. Gilaa.. tepok tangan lagi gue buat Miriam.

~Next
Ceritanya Barnie mau minta ijin sama kaptennya untuk menikah. Yaa mungkin maksudnya biar bisa ijin ga masuk kerja kali ya. Tapi, semua orang malah mentertawakan Barnie. Bilang itu kan cuma formalitaslah, masa cewe yang ngelamar lah, yang cowok sebenarnya siapa lah. Pokoknya pada nyudutin Barnie gitu dan Barnie pun ga bisa-bisa ngomong langsung ke atasannya karena waktu itu suasana emang sedang ga bersahabat juga.

Barnie

Dan.. Gue sempet kesel sama atasannya ini. Semua orang bilang karena dia bukan orang asli sana, jadi dia ga ngerti apa-apa. Yaa.. Gue juga ngerasa atasannya Barnie ini agak egois, hanya karena ga mau dianggap ga tau apa-apa, bukan berarti harus mengorbankan nyawa orang donk. Tapi, Barnie terlalu baik. Dia menyanggupi dan mengabaikan semua omongan orang-orang. 3 orang teman Barnie ikut membantu, mereka punya keyakinan sama yaitu "Yang menolong mereka bisa kita atau orang lain. Sama aja. Mereka tetap butuh pertolongan".

Oke. Disini emosi mulai dimainkan.

Miriam : Apakah Barnie disini ?
Gus : Miriam, apa yang kamu lakukan disini ?
Miriam : Aku ga bisa menghubungi Barnie dan aku ngerasa ada sesuatu disini.
Gus : Barnie baru aja pergi. Dia ditugaskan untuk menyelamatkan kapal yang terombang-ambing di lautan lepas. Dan dalam kondisi seperti ini, kita ga bisa yakin dia akan berhasil.
Miriam : Dimana kapten ? Aku ingin bicara.
Gus : Miriam, bisakah kamu duduk saja disini ? Menemaniku sambil menunggu kabar dari Barnie lewat radio ?
Miriam : Aku ingin bicara dengan kapten.
Gus : Miriam, apa yang ingin kamu lakukan. Ini ga normal dilakukan oleh seorang wanita. Bisakah kamu bersikap seperti seorang wanita ?
Temen Gus : Jadi kamu wanita bermantel bulu pada malam itu ?
Miriam : Ya, kenapa ?
Temen Gus : Kamu yang melamar Bernie ?
Miriam : Apa salahnya kalo aku yang melamar Bernie ?
Gus : Miriam, tenanglah. Duduk dan tunggu saja disini.

Eeeeeh.. Miriam tipe yang keras kepala dan tegas banget ya? Barnie jadi kayak cewek kalo Miriam bersikap gini. Tapi, jujur.. Dari sini gue makin suka sama karakter Miriam. Yaaa cewek harus punya sikap. Apapun keadaannya, cewek ga boleh cuma menunggu dalam perasaan khawatir yang berlebihan. #yaaa.. Ambigu. Hahaha..

Nah, ketika Barnie lebih memilih untuk membantu orang lain walaupun dengan mengorbankan nyawanya sekalipun, dan ketika Miriam terlalu khawatir dengan keadaan Barnie, kemudian mendatangi atasan Barnie untuk meminta agar Barnie kembali saja.. Atasan Barnie keliatannya terlalu keras kepala tapi ga punya keyakinan untuk keberhasilan Barnie.


Miriam

Captain : Siapa kamu ?
Miriam : Aku pacar Barnie. Kesini meminta ijin untuk menikah dengan Barnie.
Captain : Urusan begini kan cuma formalitas. Kenapa harus minta ijin dengan saya ? Menikah ya menikah aja.
Miriam : Ya, tapi kamu mengirim Barnie ke misi yang sama aja dengan menyuruh Barnie mengorbankan nyawanya.
Captain : Aku tau konsekuensinya. Apakah sebelum kamu pacaran dengan Barnie kamu ga tau kalo dia kerja mengawasi kapal ? Apa yang kamu harapkan dengan berpacaran dengan seseorang yang kerja mengawasi kapal ? Apa kamu pernah memikirkan itu sebelumnya ?
Miriam : Ask them to come back here.
Captain : Lalalalala..
Miriam : Ask them to come back here.
Captain : Lalalalala..
Miriam : Ask them to come back here.
Captain : Lalalalala..
(*gue lupa percakapannya, tapi intinya kayak diatas)

Woww.. gue selalu tepok tangan dengan sikap Miriam. Yes.. ni cewek emang gila. Penuh karakter. Tegas tapi penuh kasih sayang.

~Next
Gue mau bahas soal Barnie di lautan lepas. Barnie dan ketiga temannya cuma bawa kapal kecil yang untuk batas keamanannya cuma diperbolehkan membawa ga lebih dari 12 penumpang. Yaa.. kapal kayak speed boat gitu. Bayangin kapal kecil gitu harus melewati lautan lepas di tengah badai. Ombak yang menggulung-gulung dan rintik salju serta hujan menambah pekatnya dingin dalam hembusan angin yang ga bersahabat. 

Gilaaa.. Gue pernah naek kapal waktu badai 2 kali. Ombak yang gede bikin nyali gue ciut banget namun karena kapal yang gue naikin selalu berada di atas ombak, gue yakin-yakin aja selamat. Air yang masuk-masuk ke kapal kecil yang gue naikin bikin gue deg-degan juga. Ombak yang tinggi bikin gue was-was kapal kecil gue oleng terus tenggelam. Yup.. Desember 2014 gue ke Krakatau dan ngalamain perasaan yang entahlah itu.

Dan.. Akhir Desember 2015 kemarin gue lagi-lagi main di kapal. Sailing Komodo 5D4N. Dan.. ehem.. ada hari dimana gue menikmati perjalanan selama 17 jam di kapal ditambah badai. Gue yang udah give up dengan mabuk laut gue cuma bisa tiduran aja di kapal. Makan aja susah. Hahaha.. Dan deg-degannya kenapa baru gue rasakan pas gue nonton film ini? 

Sumpah.. Ketika adegan kapal terbelah dua, ketika perahu kecil diturunkan oleh Sybert kebawah dan hancur diterjang ombak, ketika Bernie dan kawan-kawan berjuang melawan ombak tinggi, dan ketika Bernie kehilangan kompas.. gue jadi keinget mulu dengan pengalaman gue naek kapal 2 kali kemarin. Yes.. Gue ngerasa takut iya, deg-degan iya, hopeless, scare, worry, tapi mau ga mau gue ga bisa mundur lagi. Mau mundur atau lanjut, resikonya Bernie dan kawan-kawan bisa kehilangan nyawa. Kenapa harus mundur ketika kita udah membuat pilihan dan tau resikonya?

Kapal terbelah dan tenggelam separuh


Hmm.. ada temen gue yang bilang kalo scene disini berlebihan. Tapi, buat gue? Gue yang di dunia nyata ini pernah merasakan perasaan kayak gitu. Perasaan yang bukan aja gue rasain ketika gue di kapal Penishi atau kapal kecil di tahun-tahun kemarin. Tapi, lebih ke perasaan ketika gue dihadapkan pada keadaan dimana gue harus ngasih pilihan untuk hidup gue. Perasaan yang mau ga mau harus gue kuatkan dan harus percaya sama pilihan gue. Jadi sekarang gue yang lebay? Hahaha..

Sybert. Awalnya gue tertarik sama karakter doi karena doi mirip banget sama Kurt Hugo Schneider. Hm.. pasti pada ga kenal sama Kurt. Doi artis youtube. Gue suka doi karena aransemen musik yang doi cover nyaman aja di telinga gue. Dan pas gue ngeliat aktingnya Sybert, yang dikepala gue hanyalah doi ambil gitar atau apapun yang ada disitu buat dijadiin musik terus mereka nyanyi-nyanyi bareng di kapal biar ga tegang dengan keadaan kapal yang udah kebelah dua. Hahaha.. Ka, Are you kidding with your imagination?


Sybert

Okay, gue serius. Gue suka karakter Sybert bukan karena mirip Kurt aja. Sybert adalah seseorang yang keliatannya selalu invisible di depan orang-orang, padahal dia punya pengaruh besar dalam pengendalian kapal. Hahaha.. Why, Ka? Why? Why do you have feeling like Sybert ? Feeling invisible around people? Why? Not sure. I can't answer this.

Baiklah. Fautex atau yang dipanggil Pops oleh para awak kapal, yakin dengan kemampuan dan usaha yang dilakukan Sybert. Ketika Brown malah ingin menurunkan kapal demi menyelamatkan nyawa mereka. Sybert punya keyakinan lain. Mereka bisa mengulur waktu demi menunggu regu penyelamat. Ya, bisakah kalian yakin akan ada penyelamat yang datang ketika cuaca lagi benar-benar berbahaya dan kalopun penyelamat itu datang, penyelamat itu sama aja dengan menantang maut dan mengantarkan nyawa mereka sendiri? Wooww... Sybert. Keyakinan itu pasti ada ketika kita bisa bersikap tenang.

Tapi, Brown dan seluruh awak kapal ga ada yang percaya dengan Sybert. Mereka tetap sepakat menurunkan perahu kecil. Yaa.. Sybert ga memilih berdebat. Sybert langsung datang dan memutuskan tali pengikat perahu di kapal yang langsung memicu keributan. Dan.. apa yang dipikirkan Sybert benar. Perahu kecil itu hancur diterjang ombak, menyisahkan kepingan kayu yang terpecah dan menyebar bersama air laut yang marah. Sybert menyelamatkan seluruh awak kapal dengan keyakinannya dan merekapun mulai melakukan strategi mengulur waktu demi menunggu kedatangan regu penyelamat mereka.

Sybert berpikiran untuk menekankan poros kapal di laut yang dangkal. Agar air ga masuk ke dalam kapal dan mereka bisa bertahan untuk sementara waktu. Gimana rasanya ketika keyakinan itu harus dipaksakan dengan kenyataan? Mungkin saja kan mereka malah akan tenggelam selamanya?

Oke, gue lanjutin ke cerita Bernie.
Bernie yang mengemudi kapal akhirnya berhasil melewati arus ombak yang paling berbahaya dan paling dikenal mematikan. Hilang atau mati.

Bernie

Tapi.. kompas kapal hilang. Radio ga bisa digunakan untuk berkomunikasi. Apa yang harus dilakukan? Teman-teman Bernie mulai kehilangan kepercayaan diri dan memilih untuk kembali. Tapi kita udah sampai disini. Resiko yang kita ambil sama aja kalo kita memilih untuk kembali. Percayalah. Kita udah sampai sini, kita pasti bisa menyelamatkan mereka.

Eitss... gue pengen nangis deh pas scene mereka kehilangan kompas. Bernie, seseorang yang awalnya keliatan ragu dan sekedar melaksanakan perintah karena dia ngerasa harus membantu orang lain. Bernie yang baik dan selalu ingin membantu orang lain. Aaaah.. tiba-tiba aja keyakinan dirinya tinggi banget. Bernie percaya. Percaya adalah satu kata yang gampang di ucapkan namun susah dilakukan. Dan gue? Apa gue bisa punya rasa percaya diri tinggi kayak gitu ya? #Duuh.. mulai lagi. Hahaha.

Akhirnya, setelah melewati kejadian demi kejadian yang menguras emosi. Kapal tankernya ditemukan.. Yes. Gue ga sedih lagi. Hahaha.. Tapi, kapalnya cuma bisa ngebawa 12 orang. Yaa.. itu cuma aturan tertulis. Mereka bisa membawa orang lebih dari itu. 

Ada kesan yang tersampaikan dari senyuman Sybert kalo semua keyakinan bakalan berujung sesuai dengan keyakinan kita (Huahaha.. Gue suka apa gimana ya ama Sybert? Dikit-dikit Sybert. Dikit-dikit Bernie. Apalah gue ini? #Eeeeh)

Pemindahan awak kapal tanker ke Kapal Bernie

Ada satu awak kapal yang ga yakin ketika harus lompat dari tangga kapal tanker untuk menuju kapal Bernie. Salah satu dari mereka *koki kapal, meyakinkan doi untuk yakin kalo semuanya bakal baik-baik. Tapi, keyakinan belom tentu bersahabat dengan kita, kawan. Sang koki malah menabrak badan kapal dan ga sadarkan diri. Jatuh ke lautan dan susah untuk ditolong karena ombak air laut yang ga memungkinkan. Yaaa.. kejadian ini membuat mereka yang tersisa di kapal merasa ga yakin dengan keselamatan mereka. 1 orang tewas. Suasana sendu mulai dimainkan. Aaaaah.. gue sedih lagi. Hiks..

Tapi.. Sybert menyemangati dan memberi keyakinan pada awak kapal yang ragu-ragu itu. Berhasil. Dia selamat. Mereka dengan 32 awak kapal dan 4 orang regu penyelamat berhasil melewati masa suram itu,

Bernie menghubungi Captain. Ya, Captain sok tau yang ga mikirin orang itu. Akhirnya Bernie bisa ambil sikap juga. Bernie mematikan radio dan mengikuti semua kata hatinya. Mereka membiarkan kapal mereka terbawa arus dan membiarkan cahaya membawa mereka pada keyakinan dimana mereka seharusnya berada.

Bernie yang asli mendapatkan penghargaan

Yes. Mereka berhasil kembali ke daratan. Selamat. Bernie ketemu lagi dengan Miriam. Mereka jadi menikah. Barnie lahir tahun 1952 dan meninggal di usia 81 tahun.

~The End


Kok kayanya singkat banget ya cerita gue? Hehehe..


*Gue bingung antara pengen ngelanjutin cerita atau selesai disini.


Kenapa gue suka film ini dan pengen nonton lagi ?


Karena gue ngerasa perasaan gue jadi campur aduk ketika nonton ini. Ada rasa marah, kecewa, beharap, takut, yakin, percaya diri, pasrah, seneng, sedih, pengen ketawa. Aaah entahlah apa itu. Yang jelas gue bisa nangkep semangat yang disiratkan dari kisah nyata ini. Yeeaaay.. Gue harus bisa menata keyakinan hati bahwa harapan bakal selalu ada walaupun bisa jadi kenyataannya bakal jauh dari apa yang kita angankan :D

Rating dari gue skala 1-10?
8.5 :D

Saturday, January 30, 2016

Satu hal

Ada hal yang ga perlu kita tau dan membiarkannya berlalu seiring dengan waktu
Ada hal yang mati-matian kita jelaskan kepada orang lain tapi kita sendiri ga memahami apa yang sedang terjadi
Ada hal yang kita takutkan secara besar-besaran tapi sederhana ketika kita menemukan keyakinan
Ada hal yang kita ragukan namun tetap kita pertahankan
Ada hati yang terbolak balik seiring dengan salahnya mendapatkan pemahaman
Ada cerita yang selalu punya rahasia dan makna untuk kita jadikan pegangan ketika kita dihadapkan dalam suatu ketidakpastian

~Dan jadikanlah setiap lelah ini sebagai rasa syukurku padamu, Tuhan..
Rasa syukur yang tiada terbatas untukmu nanti
Ketika aku mengerti dengan semua pilihan yang mau ga mau harus aku tentukan sedari kini
Rasa syukur yang membuatku memahami bahwa semuanya mempunyai kebaikan untuk diri ini
Terima kasih, Tuhan..

Jakarta,
Minggu, 31 Januari 2016
11.57 AM

Segelas kopi

Bukan hanya soal aku
Bukan juga cuma soal kamu
Ini tentang kita yang merengkuh nasib pada satu janji

Janji yang bagaikan segelas kopi
Dimana kita tau kita punya sisi pahit
Namun kita tuangkan gula agar perjalanan kita menjadi sedikit manis

Lalu kita lupa, sedikit rasa pahit itu bakal tetap ada sebagai rasa spesial kita
Terus kenapa kita menyerah menikmati aromanya ketika kita mengaduknya bersama dan menamakannya cinta ?

Ini bukan hanya soal aku atau kamu
Ini tentang kita yang mulai lelah mengaduk segelas kopi disini
Bukankah seharusnya kreasi kita bisa menciptakan rasa yang lebih berwarna dalam sebuah gelas yang kita namakan cinta ?

Ini cerita tentang kita
Bukan hanya tentang kamu atau aku yang mulai enggan menikmati proses menciptakan kopi dengan berbagai aroma dan rasa

Ini tentang kita
Yang akhirnya meletakkan sendok pengaduk itu disini saja
Disamping segelas kopi yang pernah kita namakan cinta
Membiarkan kopi itu mendingin dan kehilangan aroma serta rasa khasnya

Ini tentang kita
Kita yang seperti kopi yang tertinggal di dalam gelasnya tanpa sempat kita nikmati bersama

Inilah kita yang seperti segelas kopi
Menamakan diri kita cinta namun membiarkannya tersembunyi disini saja